04. The Day

146 10 0
                                    

Semenjak kejadian tadi, aku sedikit menghindari banyak orang. Aku merasa orang-orang itu menganggapku seorang cewek yang penyakitan dan tidak bisa disembuhkan.

Aku sedikit tersinggung, ketika bel pulang berbunyi pun aku langsung pergi tanpa memperhatikan siapapun lagi.

Didepan gerbang aku sudah dijemput oleh Bang Akmal pacar dari kakakku, mungkin ada sesuatu sampai orang-orang dirumah ngga bisa menjemputku.

" Ayo bang pulang. " Aku langsung naik kemotornya duluan, padahal bang Akmal masih berdiri disamping motornya.

" Eh ada apa ini? Kenapa tiba-tiba pengin pulang, padahal aku pengin makan bakso yang pedes ini."

Bang Akmal langsung naik kemotornya dan memberiku helm.

" Ya, bakso langganan aku sama Kak Oxa biasanya masih ada jam segini." Aku berseru dengan memakai helm yang diberinya.

"Dih, semangat juga eh!" Dia tertawa dan mulai menjalankan motornya.

Sebenernya aku males berbicara sama siapapun, tapi jika sudah bersama Bang Akmal rasanya itu banyak sekali yang diceritakan.

"Bang, aku pengin makan Es Cream yang banyak." Aku berbicara sambil meremas pinggangnya.

" Duh!! Ndut sakit tau, iya nanti habis makan bakso beli Es Cream yang banyak." Bang Akmal menggeliat ketika pinggangnya kucubit kecil-kecil.

Sesampainya ditukang Bakso, bapak yang jual bakso langsung berkata.

" Ya ampun mbak Faw ya? Udah lama ngga kesini, cuma mbak Ana yang masih sering kesini. Ini pacarnya ya mbak?" Ya bapak-bapak penjual bakso ini sangat mudah akrab dan julidnya tidak ketulungan.

" Hahaha, iya Pak baru mulai sekolah tadi. Bukan ini pacarnya Kak Ana. Bapakkan udah tau. "

Tanpa memesan pun beliau sudah tau apa yang akan kami pesan.

" Hehe iya mbak, kan saya pengin tau juga pacarnya mbak Faw ini." Bapak itu langsung membuat baksonya dengan cekatan meskipun masih berbicara denganku.

Ketika bakso kami sudah disajikan Bang Akmal baru mulai menanyaiku.

" Gimana sekolahnya tadi? Serukan ya? Abang tadi semangat loh mau njemput kamu. Tapi masak yang dijemput manyun mulu." Dia mulai memakan baksonya tanpa mengalihkan pandangannya dariku.

" Bang? Memangnya aku ngga bisa sembuh ya? "

Pertanyaan ini sebenarnya sudah ingin aku tanyakan dari dulu, tapi aku terlalu khawatir sama kak Ana.

" Eh kenapa tiba-tiba tanya gitu? " Bang Akmal Langsung berhenti memakan baksonya.

" Engga juga sih, pengin tau aja. Kan-- "

Belum juga aku selesai berbicara Bang Akmal sudah berbicara lagi.

" Udah makan aja baksonya, habis itu minum obatmu."

" Aku ngga bawa Obat bang." Jika sudah begini aku sudah ngga berani lagi berbicara samamu.

" Yauda buruan makan, terus nanti pulang minum obat." Dia mulai lagi memakan baksonya.

Ketika sudah selesai makan Bang Akmal mulai berbicara lagi.

" Kenapa diam aja sih? Udah ih gapapa Abang juga maklum kok sama kamu. Kamu bisa sembuh Ndutku sayang."

Senyum Bang Akmal itu memang luar biasa, benar kata Kak Oxa kalo Bang Akmal itu memang dibuat sangat spesial.

Ehm aku belum menceritakan kakakku yang cerewet itu ya. Jadi gini aku itu anak kedua dan punya Kakak yang bernama Oxana Zada, orang terdekat kami biasa memanggilnya Oxa . Tapi karena pengucapannya agak sulit jadi dia terkadang dipanggil Ana.

Dia berumur 23 tahun, seorang Psikiater muda.  Kak Oxa berpacaran  dengan Bang Akmal sekitar 3 tahunan. Menurutku memang mereka diciptakan bersama dan saling melengkapi. Meskipun Psikiater kak Oxa itu orang yang rumit dia memiliki OCD yang aneh, dan Bang Akmal merupakan orang yang selalu bisa menjadi sangat mudah dalam hal apapun.

Mereka memang diciptakan bersama untuk merawatku yang ciptakan Aneh ini.

To Be Continued ...

My Second LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang