12. Pertemuan

72 5 0
                                    

Ketika kami sampai didepan tempat yang menjual jajan itu, Adam langsung turun lalu membukakan pintu disampingku.

“Gua bisa sendiri, ngga usah sok perhatian tai.” Aku meninju lengannya ketika aku sudah turun dari mobilnya.

“Gak gak lo kasar kalo sama si yellow. Kan kasian kesayanganku ini.” Dia menutup pintu mobil itu dengan perlahan. Lalu mengelus mobilnya itu, dasar Ogre idiot.

“Ngga kenal, gua ngga kenal.” Aku langsung meninggalkannya sendirian, lalu berjalan keabang penjual kue Leker.

Ternyata Adam ngambek dan memilih membeli Seblak langgananya ketika kupanggilpun dia hanya melotot kearahku.
Aku mendekat kearahnya sambal memakan kue lekerku, dengan sengaja aku mencolek pipinya.

“Dih, siapa sih colek colek.” Dia menatapku sinis.

“Lo PMS Dam?Emosian banget dari tadi.” Aku tetap menggodanya, sampai ibu-ibu penjual seblak itu tertawa melihat kami.

“Bacot lo, sini gua minta lekernya.” Dia langsung menarik tanganku yang memegang Leker yang sudah kumakan tadi.

“Jangan banyak-banyak napa Dam. Punya lo udah ditas gua.” Aku menarik tanganku, sedangkan tangan kiriku menahan kepalanya.

Setelah dia melepaskan gigitannya ternyata Lekerku tinggal sedikit.

“Yakan tinggal sedikit Dam, udah dibilang ini punya gua.” Ketika aku akan menjitak kepalanya tiba-tiba ibu yang menjual seblak memangil Adam sehingga aku langsung diam.

“Bentar ya gua tinggal.” Dia mengusak kepalaku pelan.

“Gak usah pegang-pegang lo habis ngupil gitu.” Dia hanya tertawa jahanam.

***

Kami sudah sampai dirumah, tetapi semua pintu tertutup dan sepertinya tidak ada orang dirumah.

“Dirumah nggak ada orang keknya Dam, mampir dulu yak temenin gua.” Aku turun dari mobil lalu membukakan gerbang untuk Adam.

“Makanya waktu lo telfon tadi gua langsung sampe. Gua tadi udah disuruh Kak Oxa njemput lo dirumah tadi.” Adam langsung memasukkan mobilnya kedalam rumah.

“Oh gitu, emang orang-orang pada kemana?” Aku melepas sepatuku lalu masuk duduk teras rumah.

“Ngga tau juga Kak Oxa nggak bilang ke lo?” Dia juga ikut melespak sepatunya lalu diduduk disampingku.

“Gua belom lihat hape dari tadi.”
Akhirnya aku membuka handphoneku, ternyata ada beberapa panggilan tak terjawab dari Mama, dan beberapa pesan dari Kak Oxa.
Langsung saja aku menelfon Mama.

“Ada apa ma?” baru dering pertama mama sudah langsung menjawab.

“Oh iya, ini aku dijemput sama Adam. Mama sama Bapak kan? ”

“Oh yauda pulangnya jangan lupa oleh-oleh yaa.” Aku tertawa, sedangkan Adam menyahuti telfon dari mama, langsung saja aku mengubah panggilan itu menjadi loudspeaker.

“Ma, Adam juga mau oleh-oleh. Adam bawain Roti Bakar rasa kacang ya.”

“Ngga ada rasa lain apa? Rasa kacang mulu ngga bosen?” Aku menyikutnya pelan.

Iya-iya nanti mama bawain kesukaan kalian, bilang sama Kak Oxa juga ya.”

“Ok siap ma, Kak Oxa juga lagi keluar sama Bang Akmal.”

Udah ya, hati-hati dirumah” Mama menutup telfonnya ketika aku sudah berpamitan.

Adam langsung masuk kedalam rumah, lalu keluar lagi sudah membawa 2 mangkuk.

Dibelakangya diikuti Mak Tin selaku asisten rumah tangga yang membawakan kami minum.

“Nih makan seblak lo, keburu mengembang kayak lo.” Dia menuangkan seblaknya sendiri dengan cekatan.

“Dih, seblak apaan tu kok level 1. Seblak yang beneran itu level 5.” Aku membanggakan seblak yang sedang kupegang.

“Udah 2 tahun yang lalu gua janji sama diri gua sendiri kalo ngga akan dengerin omongan lo lagi soal makanan pedes. Bisa-bisa gua dilempar kerumah sakit lagi.” Dia mulai memakan seblaknya pelan-pelan.

“Dasar cupu, badan doang yang gede baru makan aja muka lo udah merah banget.”

Iya beneran dia makan seblaknya baru beberapa sendok tapi mukanya udah kayak mau meledak.

Padahal itu baru level 1. Aku tertawa saat Adam sudah minum segelas besar dalam satu tegukan, semenjak kejadian dia masuk rumah sakit itu dia ngga berani lagi taruhan makan pedas denganku.

Dia sudah cukup trauma tidak bisa berhenti kekamar mandi.

To be continued…

My Second LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang