19. Hello!

35 5 0
                                    

Ketika sudah sampai dikamar, aku kepikiran juga soal marahku ke Adam.

Sebenernya bukan salah dia juga, seharusnya aku nggak harus marah seperti itu ke Adam. Aku mengusap wajahku kasar ngga seharusnya seperti ini.

Entah kenapa semenjak kembali kesekolah aku mudah marah, mudah tersinggung. Ada yang aneh dengan diriku sendiri.

Adam kan udah jadi teman yang sangat mengerti tentangku, malah aku seperti ini ke dia. Harusnya aku sadar kalo Adam juga punya perasaan, mungkin saja mulai besok dia akan menjauhiku.

Sama saja aku sudah menyinggung perasaan Adam, tapi mungkin juga Adam mau mengerti tentang Pobia-ku.

“Akh, kenapa sih gua tadi bisa kayak gitu.” Aku mengacak rambutku frustasi, banyak kemungkinan yang bisa dilakukan Adam.

“ Setidaknya besok ada dua rencana yang harus kulakukan. Fawnia Fighting!” Dengan sangat frustasi aku mengangkat tinjuku keudara guna menyemangati diri sendiri.

***

Pagi ini aku bangun seperti biasanya, meskipun aku terkena insomnia karena memikirkan bagaimana reaksi Adam hari ini.

Setelah selesai dengan semua kegiatanku akhirnya aku melangkah dengan lemas, aku terlalu takut sama semua kemungkinan yang ada.

“ Oke Faw, lo harus semangat. Fighting! ” lagi-lagi aku hanya bisa menyemangati diriku sendiri.

Ketika sampai diluar rumah aku kaget bukan kepalang, si Adam sudah duduk diteras rumah dengan Mama. Ngga ngga seharusnya Adam harus marah ke gua, biar gua ngga ulangin lagi.

Melihatku yang sudah siap Adam berdiri dengan semangat seperti biasanya, seperti tidak terjadi apa-apa meskipun dimatanya sedikit ada rasa menyesal

“ Ma, Fawnia udah siap itu. Adam sekolah dulu ya.” Dia mencium telapak tangan Mama yang sedang duduk.

“ Hati-hati ya Dam.” Sedangkan Mama mengelus kepalanya pelan.

“ Fawnia berangkat sekolah Ma.” Aku juga mencium telapak tangan beliau.

“ Iya, semangat ya sayang.” Mama mengecup pipiku pelan.

Lalu kami berdua berjalan ke Motor miliknya, ya meskipun berbeda dengan biasanya kami tetap menjalani semuanya seperti biasa.

Di perjalanan aku harus melakukan tugasku, dengan begitu aku tidak akan bertatap mata dengan Adam.

“ Dam.” Aku menepuk bahunya 2 kali agar dia memelankan motornya.

“ Kenapa Faw?” untung saja dia peka kode-kode seperti ini, akhirnya dia memelankan motornya.

Karena masih terlalu pagi jadi tidak ada alasan untuk terburu-buru.

“ Maaf ya soal kemarin.” Aku mengatakannya dengan suara yang pelan, semoga saja Adam tetap mendengarnya.

Untung saja Adam mendengar ucapanku akhirnya dia menjawab dengan suaranya pelan.

“Iya, gua juga minta maaf ya gegara gua lo jadi ketakutan, untung kemaren ada Bina.”

“ Maaf ya Dam, gua sebenarnya juga nyesel udah marah ke lo.”

“ Udah santai, gapapa kok. Gausah dibahas lagi ya, jangan sedih gua gapapa kok.”

Mungkin karena dia sudah tidak ingin aku meminta maaf terus dia akhirnya melajukan motornya dengan kecepatan tinggi sampai disekolah.

***

Selesai sudah tugas pertamaku, untung saja Adam tidak jadi marah ke aku.

“ Griz, si Tama itu temen deket ya sama Tama.” Aku bertanya pada Griz yang sedang buru-buru mencatat tugas Bhs Inggris milikku.

“ Iya lumayan sih Faw, biasanya sih kalo ada Tama disitu pasti ada Bina juga.” Dia menjawab tanpa menatapku.

“ Eh, kenapa lo tiba-tiba tanya Bina? Lo suka ya sama Bina~~~” Griz akhirnya mengangkat kepalanya lalu menggodaku dengan mencolek-colek pipiku.

“ U-udah sana kerjain tugas lo. Jangan berisik dah Griz.”

Karena terburu-buru dengan tugasnya Griz akhirnya meng-ignore tentang pertanyaanku.

“ Nanti pas istirahat kekantin bareng ya.” Gantian sekarang aku yang mencolek-colek bahunya.

Karena terganggu akhirnya dia menjawab dengan mengomel sambil tetap menulis tugasnya.

To Be Continued …

My Second LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang