Hari sudah berganti hari, bulan sudah berganti bulan. Entah apa yang kupikirkan selama ini, aku sekarang menjadi nyaman jika dengan Bina. Meskipun kami hanya keluar 2 kali rasanya aku sudah sangat dekat dengannya.
Hari hari penuh ujian sudah kami lewati, hari ini kami sudah resmi mengakhiri ujian kami. Sekarang Bina sedang berdiri didepanku dengan senyumnya. Mau tidak mau aku langsung menyambut senyumnya.
" Nanti keluar yuk! Mau kan? " kulihat dia tersenyum, Senyumnya juga berbeda dari biasanya.
" Sore ya? Oke lah jemput ya! " aku tertawa dengan maksudnya. Mungkin dia bermaksud membuat pesta untuk merayakan hari bebasnya." Mau kan? " Dia masih tersenyum tapi kali ini dia memainkan semua jari tangannya.
" Iya boleh. " Aku menepuk bahunya.
Senyumnya semakin lebar, perlahan merah ditelinganya sedikit demi sedikit menghilang. Dia terlihat malu-malu. Dia membuka mulutnya lagi mungkin akan berbicara lagi.
" Fawnia!!!! " teriakan menggelegar itu bukan lain adalah milik makluk besar bernama Adam.
Detik kemudian dia langsung menjambak kerudungku sampai anak rambut didahiku terlihat. Langsung sajaku tarik lengannya." Apaan dah? Santai dong, rambut gua kelihatan bangsat.!"
" Woi bro! " dia mengangkat tangannya untuk menyapa Bina.
" Pulang sama gue yuk! Beli jajan dulu kita. " dia mencerocos tanpa memperdulikan ekspresiku.
" Fawnia mau gua pinjem nanti sore bolehkan? " Bina menatap Adam dengan tatapan berbinarnya. Seperti memohon untuk meminta sesuatu, Adam tersenyum." Okay, gua bawa pulang dulu ya. Nanti lo bawa pergi kek, lo buang kek. Bodo amat pokoknya dia harus pulang sama gua sekarang. " Adam membuat gestur yang membuatku selalu ingin menaboknya. Mungkin dia itu dibuat dan didesign untuk tabok-able.
" Bacot! Ayo pulang udah.! " aku menyeret Adam, kulirik Bina melambaikan tangannya.
" Dah Bin! Nanti jangan lupa jemput ya? " Aku melambaikan tangan kananku, sedangkan tangan kiriku sedang menyeret badan besar itu.
***
Seperti biasa akhirnya kami terdampar ditempat yang menjual makanan kesukaan Adam, dia memakannya dengan sangat bersemangat. Saat dia sudah selesai dengan makanannya, dia menatapku dengan senyum yang menjengkelkan." Ada apa? Nggak usah natep sok imut gitu tambok lagi sini. " Aku mendekatkan tanganku kesamping kepalanya.
" Gua mau tanya sama lo? Lo jawab jujur ya?" Dia mengedip kan matanya genit.
Wow wow wow ada apa ini? Sepertinya ada sesuatu. Dia seperti ingin mengintrograsiku.
" Apaan dah? Buruan gua gorok lo! Gua kepo Dam!"
Bukannya menjawab dia malah tersenyum sangat menyebalkan.
" Apa lo nggak kangen rasanya dicintai?" Dia menatapku dengan kedua tangannya menyangga dagunya.
Sudah kuduga di mencurigakan.
" Lo nggak tau ya? Selama ini kata Kak Oxa gua selalu dikelilingi orang yang cinta sama gue. Makanya gua bisa sembuh." Aku mulai memakan lagi makanan yang tadi dipesannya.
Dia terlihat kaget dengan jawabanku, setelah mengerjap sebentar dia kembali memasang senyum mengejeknya.
" Bukan itu maksud gua, orang baru yang menyadari dia tertarik dengan lo. Dia yang mencoba mencari tentang lo lebih banyak lagi. Dia yang ingin tau ada apa dengan lo selama ini. Dia orang yang baru aja terjerumus dengan pesona tersembunyi lo."
Jetak...
Gemas sekali rasanya dia sok bijak sekali. Kujitak saja dahinya saat dia sibuk berbicara.
" Sok bijak lo, sini gua aduin lo ke Mia biar lo dapet double jitak dari dia."
Dia melipat kedua tangannya diatas meja, ketika ia sudah selesai mengusap dahinya yang memerah.
"Gua beneran Faw, kapan sih lo nganggep gua serius?"
To be continued....
KAMU SEDANG MEMBACA
My Second Life
Teen FictionKukira dengan menjaga jarak denganmu bisa membuatku melihat dunia dengan damai, tetapi aku sudah kecanduan akan senyummu itu. Senyum yang bisa mengalahkan obat yang selama 2 tahun ini ku konsumsi. Benar kata mereka kamu memanglah segalanya - Faw