18. I'm Not okay

42 5 0
                                    

Aku mencengkram tangan Bina dengan sangat keras, terlihat dari ekspresi wajahnya yang sedikit menyernyit tapi dia tidak berkomentar tentang itu sebaliknya dia malah berbicara.

" Faw, lo kenapa? Takut apa?" Dia mengguncang bahuku pelan.

" Bina gua takut, disana disana Bin. Gua takut." Aku menunjuk kearah Badut itu jari telunjukku yang menunjuk arah itu bergetar.

Tanpa banyak kata lagi, Bina menarikku untuk berada dibelakangnya.

Meskipun dari depan masih terlihat badanku setidaknya dia masih berusaha menyembunyikanku.

Musik-musik yang tadi terdengar sekarang menjadi sangat keras mungkin sekarang 'dia' ada didepan kami.

Lambat-laun music terdengar sedikit pelan, sekitar satu menit kemudian music itu benar-benar sudah tidak terdengar lagi. Meskipun sudah tidak terdengar lagi aku masih tidak ingin membuka mataku.

" Faw, badutnya sudah nggak ada. Fawnia." Dia memegang bahuku pelan, tanpa sadar sedari tadi aku berjongkok dibelakang Bina.

Mata itu melihatku dengan pandangan yang berbeda, bukan itu bukan pandangan mengasihani. Dia menyodorkan sebotol air mineral yang berada dimeja kami tadi.

" Minum dulu, pelan-pelan." Akhirnya dia tersenyum ketika aku menerima botol itu.

Melihat tangan kananku yang bergetar ketika membawa botol air tersebut, dia memegang tangan kiriku yang bebas dia menggenggam tanganku dengan kedua tangannya.

Tapi dia tetap tidak melepaskan pandangannya.

" Ada apa ini ?" Nada suara itu seperti terdengar sedikit amarah didalamnya, sepertinya itu suara Adam.

" Tadi Fawnia ketakutan." Bina perlahan memberikan tanganku kepada tangan besar milik Adam.

" Ada apa Faw? Lo kenapa." Seketika nada suara Adam berubah menjadi khawatir.

" Lo tanya ada apa? Ini semua gara-gara lo semisal kalo tadi lo bisa menahan laper bentar aja mungkin gua ngga bakal ketemu sama badut sialan itu." Aku menghempaskan tangan Adam dengan keras.

" Faw. Gua ngga maksud gitu . gua... gua minta maaf Faw."

" Gua mau pulang." Aku menarik tas ku yang berada diatas kursi.

" Gua antar ya." Bina dengan Adam berbicara bersamaan.

" Gua bisa pulang sendiri! " Aku langsung berjalan kearah sebelah café, yang merupakan tempat berkumpulnya Ojek online.

Untung saja ketika berjalan tadi, aku sempat mengeluarkan hape untuk memesannya yang langsung diterima oleh salah satu drivernya.

Meskipun aku meng klik dengan susah payah karena tanganku yang masih gemetar.

Ketika aku sudah naik kejok motor driver itu, kulihat Adam dan Bina berebut membayar didalam café. sudah kubilang kepada Adam rasa takutku bisa mengalahkan apa saja.

***

Ketika sudah sampai dirumah, ternyata kak Oxa sedang menyiram tanaman hias milik Mama.

" Gua tadi pulang naik Ojol, ngga usah tanya-tanya dulu." Aku melepas sepatuku dan langsung masuk kedalam rumah tanpa berbicara dengan siapa pun.

Setelah tidur siang yang kemaleman akhirnya aku keluar kamar pada jam makan malam, sebelum kena semprot Mama dan Kak Oxa tentunya aku sudah mandi dulu didalam kamar Kak Oxa.

"Tadi kata kak Oxa kamu pulang naik Ojol, emangnya Adam ngga bisa anterin kamu?" Mama bertanya pada saat aku sedang mengambil susu dari kulkas.

" Iya dia sibuk sama urusan perutnya yang kayak karet itu."

" kalian marahan lagi?" Kali ini Kak Oxa yang bertanya, ketika aku menghembuskan nafasku dia sudah memasang wajah mengejeknya lagi.

" Bukan kita, gua aja yang marah sama dia." Karena aku masih dalam mode malas bercerita dengan siapa-siapa akhirnya aku memutuskan kembali kedalam kamarku yang super duper nyaman itu.

" Eits, lihat ma sekarang bahasanya lo-gue sama yang lebih tua." Belum puas juga rupanya dia mengejekku.

" Banyak omong ya sekarang Kak Oxana ini."

" Fawnia ngga sopan bicara gitu, mama ngga suka." Ketika mama berbicara seperti itu Kak Oxa dengan sangat berani tertawa dengan sangat keras hingga memukul-mukul meja didepannya.

Sontak saja aku berlari kembali kearahnya lalu memasukkan roti yang dari tadi dipegangnya.

Untung saja aku langsung berlari lagi kearah kamar sebelum Mama mengomel lebih panjang.

To Be Continued ...

My Second LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang