26. Pembelajaran (3)

26 3 0
                                    

Sebelum Bina benar-benar memberikan nomor hapenya ke cewek itu, dia menatapku dengan pandangan memelasnya yang sangat menyediihkan.

Dia mengedip beberapa kali lagi kearahku dengan memelas. Entah kenapa daripada membantu itu cewek mendapatkan nomor Bina aku lebih baik memberi pelajaran gadis baru bergaul itu.

" Jadi Bin... kamu bener-bener mau ngasih kontak kamu ke dia." Aku memelankan suaraku, tapi kupastikan cewek itu mendengarkan.

Bina menolehkan kepalanya dengan sangat keras kearahku. Dia akhirnya menunjukkan senyumnya.

" Dih, mbaknya kok gitu sih? Emang lo itu siapanya dia sih? Lo kan Cuma cinta sepihak sama dia. " cewek itu ternyata masih belum menyerah juga, bahkan dia berani menunjuk-nunjukku.

Jeng jeng jeng..

Akhirnya Bina berdiri lalu memegang telunjuk cewek aneh itu, drama harus dimulai ini.

" Jangan gitu dong mbak! Yang sopan ya, mbaknya kok diluar kendali begini sih." Aku tidak bisa memastikan bagaimana ekspresi wajah Bina, mungkin dia memasang wajah marah.

" Cewek kayak dia itu nggak pantes buat mas bela tau gak. Cewek kayak gitu aja." Dia berbicara seperti itu dengan menyibakkan rambutnya lagi.

" Cewek gimana, dia orang baik ya mbak. Mbak itu kayak cewek murahan tau nggak, kenapa sih maksa banget. Kenapa gegara nomor hapeku saja mbak sampe kayak gini."

Bina masih berdiri, bahkan beberapa pelanggan yang ada disini berbisik-bisik sambil melihat kearah kami.

Kutarik tangan Bina agar dia kembali duduk, akhirnya dia kembali duduk ditempatnya dadanya naik turun dengan cepat. Ini terlalu berlebihan jika hanya acting saja, bahkan dia sedikit melotot.

" Gini ya mas, lihat aja cewek ini. Dia itu nggak pantes jika sama mas, coba lihat aku. Mungkin kalo kita bakalan jadi couple-goals yang diidam-idamkan orang lain." Dia kembali menyibakkan rambutnya, aku penasaran ada apa sih dengan rambutnya.

" Emang menurut mbak, mbaknya itu seperti apa sih? Cantik banget gitu? Apa sexy banget?" aku sudah tidak tahan, dia daritadi menjelek-jelekkan aku terus. Kayak dia sudah cantik banget.

" Iyalah, secara gitu ya mbak lihat aja body mbak yang nggak keurus gitu." Wajah cewek itu merah banget, bahkan suaranya sudah sangat keras sekali. Mungkin dia juga marah.

Byuuurrrrrrr.........

Air berwarna kuning itu langsung membasahi baju dan celananya.

Kukira itu perbuatan Bina ternyata Kak Oxa dan Mia sudah berdiri disebelah Bina. Waduh berabe kalo ada Kak Oxa mampus cewek itu.

" Bangga banget sih punya body kayak gitu, gegara dia juga lo bisa terlihat bagus disemua orang. Jadi cewek gua lihat dari tadi kok gua lihat nggak ada aturan sama sekali lo ya."

Bukan itu bukan kak Oxa yang berbicara kakakku nggak bakalan marah yang seperti itu. Mia meletakan gelas ditangannya dengan kasar.

" apa-apaan sih lo? Punya otak nggak?" Cewek aneh itu masih saja punya keberanian berbicara meski sudah dipelototin sama Kak Oxa.

" Nggak, gua nggak punya otak. Cuma lo cewek yang daritadi minta nomor maksa banget ke cowok ini. Cuma cewek kayak lo yang punya otak!!!" Mia masih berbicara dengan nada tenangnya.

Sedangkan Bina dengan aku masih sibuk bengong ditempat duduk masing-masing. Kenapa tiba-tiba dua makluk ini muncul ya. Apa dari tadi mereka ada disini.

" Iya Cuma cewek yang punya otak yang suka membeda-bedakan orang. Boleh nggak gua minta nomer rekening mu. " Kak Oxa mulai berbicara, sambil mengeluarkan hapenya ada apa ini.

" Apa urusannya sama rekening?" Cewek itu masih saja menjawab.

" Buat gantiin biaya sekolah lo, kasihan orang tua lo udah sekolahin susah-susah tapi masih berperilaku kayak gini." Kak Oxa masih menyodorkan hapenya kearah itu cewek.

Saat aku ingin berdiri, ada dua cewek mendekat kearah meja kami. Dia menarik tangan cewek itu.

" Kak Mi-miaaa?" salah satu dari dua cewek yang baru mendekat itu tergagap ketika melihat Mia.

" Oh jadi dia teman lo? Masih piyik juga berani banget kayak gini. Gua pastiin lo nggak bakalan berani nampangin muka didepan gua." Mia menunjuk-nunjuk cewek itu.

" Ma-maaf ya kak, gua nggak tau kalo itu teman lo." Cewek aneh itu akhirnya berbicara juga.

" Bacot lo, sana minggat. Gua nggak mau lihat lo lagi."

Seketika juga mereka bertiga langsung pergi, tapi cewek aneh itu masih berani melirikku tajam.

Ketika Mia berbicara seperti itu Bina menyenggol badanku dengan sikunya.

" Siapa mereka Faw?" suara Bina mengalun pelan ditelingaku, suaranya yang sedikit serak itu.

" Kamu nggak mau kenalan sama kakak ipar?" Kak Oxa mengulurkan tangannya kearah Bina.

To Be Continued...

My Second LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang