27. Firasat

33 3 0
                                    

Mia yang sedang berdiri disamping Kak Oxa akhirnya memutuskan untuk duduk ditempat cewek tadi, dan dengan cantiknya Kak Oxa ikut-ikutan duduk disamping Mia, setelah berkenalan dengan Bina. Sedangkan Bina tersenyum malu-malu bangsat.
“ Lo ngapain kesini? Inget sama gua?” aku menunjuk Mia dengan dagu.
“ Santuy baby, gua tinggal beberapa bulan lo udah dapet pacar aja ya kan kak?” dia menyenggol lengan kakakku dengan tertawa.
“ Pacar pacar gundulmu, dari mana lo kok bisa sama kak Oxa?”
“ Kenalin dulu dong babe, gua mia.” Mia menyodorkan tangan kearah Bina, dengan sigap Bina langsung menanggapinya.
“ Bina, temannya Fawnia ya.” Bina tersenyum lebar hingga kedua pipinya menggembung lucu.
“ Bukan, dih emangnya dia siapa!!” dia menjawab dengan menatapku sinis.
Perkenalkan Asmianti, biasa dipanggil Mia. Meskipun namanya sedikit kuno tapi Mia anak yang hyperakhtif , ceria dan seperti ini tidak tahu malu.
Dia temanku sudah seperti Adam tetapi bedanya aku dan dia sudah sepakat tidak akan berada disatu sekolah yang sama. Alasannya simple kami ingin kangen-kangenan terus. Dulu meskipun saat aku sakit pergaulanku dibatasi hanya Mia dan Adam yang masih sering datang kerumah untuk bermain denganku.
Saat aku juga dirumah sakitpun mereka bergantian menjengukku, meskipun kami sudah tidak bertemu sesering dulu karena berbeda sekolah.
Kak Oxa terlihat berbeda caranya dia melihat Bina seperti dia melihat Adam dan Bang Akmal, tidak biasanya dia begitu.
“ Pulang yuk, gua ngantuk!” Aku berdiri, aku benar-benar ngantuk sekarang. Padahal aku belum minum obatku.
“ Gua anter ya.” Bina ikut berdiri juga.
“ Gua sama Kak Oxa deh, lo pulang duluan aja.” Seperti otomatis aku pengin terus tersenyum ketika melihat wajah kekanakan Bina.
“ Udah deh Bin, Fawnia sama gua aja. Lo pulang sana nggak baik anak perawan pulang malem-malem.” Suara cempreng milik Mia terdengar seperti mengejek.
Dret dret … dret dret …
Hape disakuku bergetar lagi, ternyata Emma menelfon. Kulirik Kak Oxa sedang memainkan hapenya sendiri, sedangkan Mia sedang sibuk menggoda Adam.
“ Bentar ya, ada telfon dari temen.” Aku pamit untuk menjauh untuk menjawab telfon Emma.
Kak Oxa menengok sebentar lalu mengangguk, sedangkan Mia dan Bina langsung duduk kembali ketempatnya masing-masing.
Ketika aku akan menjawab telfon tiba-tiba Emma sudah mematikan telfonnya, ketika aku berjalan kembali telfonku berbunyi lagi tetap saja panggilan dari Emma.
Beberapa kali sampai aku capek, ini anak kurang kerjaan saja. Akhirnya ku matikan hapeku, aku buru-buru kembali kemeja tadi.
“ Bin, ayo pulang!”
Aku menarik Bina untuk kuajak pulang, jika aku pulang bersama dua cewek barbar itu aku tidak bisa mampir kerumah Emma. Firasatku mengatakan bahwa Emma sedang butuh bantuanku.
“ Katanya mau pulang bareng kakak?” Kak Oxa menatapku heran.
Aku berfikir alasan apa yang harus kukeluarkan hari ini, kakakku tidak mungkin mengizinkan bertemu dengan Emma, tapi Emma sedang butuh bantuanku.
“ Bina tadi katanya butuh bantuanku kak. Ya kan Bin?” Aku jadi mengikuti perilaku Bina tadi mengedip- ngendipkan mata untuk kode.
“ E-eh iya, ayo! Kak aku pinjem dulu ya Fawnia nya.” Untungnya Bina langsung setuju denganku.
Dengan buru-buru aku langsung menyeret Bina, Kak Oxa dan Mia juga tidak ada masalah dengan aku pulang diantar Bina.
“ Mau kemana sih Faw?” Bina akhirnya bertanya juga.

“ Kerumah temen gua bentar, cepetan tapi yaa..”

To be continued....

My Second LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang