09. The Reason

69 5 0
                                    

Saat aku dan Adam sudah selesai makan, kami bercanda hanya untuk menunggu Griz menyelesaikan makannya.

Ketika aku menjambak rambut Adam saat itu juga Tama datang untuk menemui Griz.

“Ternyata si gendut barbar juga ya.” Kata Tama dengan duduk disamping Adam yang tengah ku siksa.

Seketika aku langsung duduk kembali disamping Griz, saat itu juga teman Tama itu bergabung dengan kami.

“Namanya juga turunan Gozilla, jahat banget gua udah 3 kali dijambak hari ini.” Keluh Adam dengan membenarkan rambutnya yang berantakan.

Serentak kami ber-4 tertawa dan dilanjutkan dengan saling meledek, sedangkan dia hanya duduk dan mengawasi kami dengan senyum mengejeknya. Selang beberapa lama kemudian ada seorang siswa datang kearah kami.

“Kak Bina dicariin sama Pak Anto, disuruh keruang guru sekarang.”
Akhirnya teman Tama itu meninggalkan kami dan mengikuti siswa yang diutus untuk memanggilnya tadi.

“Ngga enak banget ya jadi mantan anggota MPK, lagi enak-enak makan juga dipanggil.” Adam akhirnya berkomentar setelah kami hanya diam, kecuali Griz dan Tama yang dari tadi gandengan tangan sambil bertatapan itu.

“Ya emang gitu, lo juga taukan kalo Bina anak salah satu anak emas para guru.” Griz berbicara tapi tanpa melepaskan pandangannya ke Tama, dasar bucin.

Aku akhirnya memberi kode ke Adam untuk pergi dari kantin, ngga enak juga jadi obat nyamuk buat Griz sama Tama. Saat Adam mulai mengerti kode yang kuberikan dia mulai berdiri tanda jika dia setuju.

“Faw, tadi gua lihat disana ada menu makanan baru lo. Yuk gua traktir, sekalian jalan-jalan.”

“Eh ayo dah, Griz kami duluan ya.” Aku menepuk bahu Griz dan Tama bergantian.

“Yauda, nanti Griz gua yang anterin kembali kekelas.” Tama menatapku dengan senyumnya sedangkan aku hanya mengacungkan jempol tanda jika aku setuju dengan usulnya.

Karena jam masuk masih lama akhirnya aku dan Adam duduk ditaman belakang sekolah. Kami hanya duduk memandangi kolam ikan itu. Sedangkan Adam daritadi diam disebelahku.

“Denger-denger selama gua ngga sekolah lo jadi anak pendiem ya?”
Karena aku sedikit bosan karena kami hanya diam, akhirnya aku membuka suara.

“Kata siapa?” Dari nada bicaranya sepertinya dia sedikit kaget.

“Rahasia, katanya baru tadi mereka bilang kalo lo ceria banget hari ini.” Akhirnya aku berhenti menatap ikan-ikan itu dan beralih duduk menghadap kearahnya.

“Gua juga ngga tau, selama lo ngga sekolah gua jadi suka belajar diperpustakaan, gua belajar mengalihkan perhatian kalo kangen sama lo Faw.” Dia sedikit menundukkan kepalanya.

Sepertinya Adam memiliki waktu yang sulit saat kutinggal. Dia kelihatan sangat sedih, tapi akhirnya dia mau belajar.

“Maaf ya, tapi sekarang lo punya nilai bagus dong.”

Dia baru mendongakkan kepala ketika rambutnya kuusap dengan pelan, dulu kalau aku sedih dia selalu yang menemaniku tapi aku malah meninggalkannya sendiri.

“Kalian pacaran ya?” Suara itu berasal dari arah belakangku, sepertinya dia sudah disana sedikit lama. Dengan bersamaan aku dan Adam menengokkan kepala kearah suara itu.

Ternyata pemilik suara itu adalah Bina, kenapa dia ada disini?

Seketika aku pergi dari situ karena bel masuk sudah berbunyi, tanpa menghiraukan mereka.

***

“Lo kenapa Faw?” Tanya Adam pada saat kami sedang berjalan kearah motornya.

“Emang gua kenapa?”

Aku berhenti berjalan, ada apa? Perasaan aku ngga ngapa-ngapain. Adam juga ikut berhenti dia mengamatiku lagi.

“Kenapa lo suka ninggalin gua.” Dia berbicara dengan memasang mata puppynya itu.

Ternyata hanya masalah itu, kukira ada apa tanpa banyak bicara aku meninggalkannya lagi.

“Kan kan kan, lo ninggalin gua lagi.” Akhirnya dia menyusulku dengan menghentak-hentakkan kakinya.

To Be Continued ...

My Second LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang