"Seperti apa yang dikatakan Zitao, Sunyoung juga kembali ke Korea. Pesawatnya bahkan baru saja mendarat di Incheon."
"Bagus, sesuai apa yang kita rencanakan sebelumnya." Suara Chanyeol ikut bergabung setelah sedari tadi mendengarkan laporan informasi yang didapat dari TY dan juga Ten melalui jaringan telekomunikasi yang mereka miliki. "Pastikan Zitao sudah pergi dari Istana sebelum aku meratakan bangunan rumahnya—
"Tunggu—tunggu—apa maksudnya meratakan—"
"Kau harus menunggu petunjuk dariku Boss." Ucapan Irene yang mempertanyakkan apa yang Chanyeol katakan harus terputus oleh sahutan Zitao.
"Hellooo? Aku tengah berbicara disini, aku menanyakkan apa maksudnya Park Chanyeol???!!!" Irene mengeraskan suaranya, bahkan menyebutkan nama lengkap Chanyeol disana seakan – akan ia adalah Boss-nya saat ini.
"Kau terdengar sangat menggoda disaat marah.." tapi jawaban yang ia dapat bukanlah penjelasan mengenai pertanyaan melainkan godaan kearahnya.
"Katakan lagi dan aku pastikan gadismu akan disiksa dilatihan besok pagi." Irene mengancam dan jelas disana suara Chanyeol berdeham dan berdecak kesal mendengarnya. "Apa maksudnya dengan meratakan rumahnya?" Irene mengulang pertanyaannya.
"Kami bermaksud memberikan serangan udara dan juga hadiah kecil untuk Sunyoung... sebuah peringatan." Singkat penjelasan Chanyeol dicoba dipahami dengan baik oleh Irene.
"O-okey.." Irene bangkit berdiri dari posisi duduk yang mana sedari tadi ia lakukan, tangannya berlipat didepan dada, melangkah bolak balik dihadapan layar yang mana tengah memperlihatkan susunan kode –kode kata yang diketikkan TY untuk program yang sedang berusaha ia coba untuk sadap, sementara layar disampingnya tengah memperlihatkan tampilan layar CCTV milik kediaman Sunyoung yang berhasil diretas oleh Phoenix.
"Lalu? Kau tidak mau menjelaskan hadiah apa yang ingin kau berikan?" Irene melanjutkan lagi karena Chanyeol tidak lagi bersuara memberikan penjelasan lainnya.
"Um.. ini kejutan. Kau tunggu saja." Chanyeol terkekeh disana, bahkan suara anggota lainnya bisa Irene dengar tengah ikut tertawa menyusul suara Chanyeol disana.
"Hmm." Irene menyahut singkat. "Ingat kata – kataku, begitu kalian kembali.. hukuman akan aku berikan kepada siapapun yang ikut dalam misi ini. Tanpa terkecuali." Irene menekankan kalimatnya dan semuanya kembali terdiam tidak berani memberikan bantahan.
"I love you." Chanyeol berucap disana dan tawa anggota Phoenix kembali pecah terdengar termasuk beberapa anggota yang berada di markas mereka, TY, Ten, Jisung dan juga anggota lainnya yang mana bertugas dalam divisi InCom.
Kali ini Irene tidak lagi menyahuti dan memberikan komentarnya terhadap ucapan Chanyeol, mengingat suasana di dalam helicopter itu tengah beralih untuk memfokuskan pendaratan di Bandara Gimpo menyusul Yoora dan Kris serta beberapa anggota lainnya yang lebih dulu tiba disana.
"TY, bersiaplah untuk menyadap radar mereka." Yuta yang mana tengah bertugas mengemudikan helicopter bersuara menunjukkan dirinya menunggu TY selesai menyadap radar dan juga fungsi komunikasi pada stasiun pengamat bandara sehingga helicopter mereka bisa mendarat di bandara tersebut tanpa harus meminta ijin, atau lebih tepatnya tanpa diketahui oleh siapapun.
TY tidak menjawab seketika, tangannya masih disibukkan dengan berbagai kode yang mana tidak dimengerti oleh orang lain selain dirinya sendiri, Irene bahkan jengah menatap rentetan kode dilayar itu dan beralih menatap wajah – wajah anggota yang lainnya yang mana nyatanya ikut menunggu hasil perkerjaan TY.
"Done. Aku memberikanmu waktu sepuluh menit untuk mendarat sekarang." TY menekan salah satu tombol pada keyboardnya dengan begitu semangat,
"Okey! Sepuluh menit lebih dari cukup baby~" Yuta bersenandnung disana. "Bersiaplah Boss! Kita akan mendarat dengan sangat mulus!" Yuta berbicara seorang diri dan yang lainnya hanya bisa mendengarkan dan juga menyimak mengenai proses pendaratan helicopter mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
FOUR
RandomMafia dan Anti-Mafia. Revenge is everything, but how about Love. FOUR?