9. sembilan

27.5K 1.9K 53
                                    

Banyak typo
.
.
.

"Terus mama pengen aku gimana?" Sathia juga mulai kesal dengan mamanya yang selalu mengatakan bahwa bella butuh seorang ibu, padahal sathia pun mampu mengurus bella seorang diri

"Menikahlah dengan syifa dan berikan bella seorang bayi....."

Ting!!

Dentingan sendok yang di sentakan menyeruak di tengah malam sepi, mengagetkan orang yang mendengarnya

Di tambah dengan geseran kursi mundur karena si empu bangkit secara tiba tiba

Melangkah meninggalkan orang yang diam terkaget

"Sathia kamu mau kemana?!!" Teriak nyonya wina setelah sadar dari rasa kaget

"Sathia....!!" Teriaknya lagi, namun si empu menghiraukanya dengan terus melangkah menaiki tangga

"Sathia tunggu!!" nyonya wina mencengkram tangan sang anak menghentikan langkah

"Gak bisa mah!" ucap sathia dingin dan tanpa menoleh ke arah yang menghentikan

Nyonya wina terdiam mencerna maksud ucapan sang anak "Kenapa gak bisa?" Ucapnya setelah mengerti

"Aku gak bisa" ucap ulang sathia

"Apa yang membuatmu gak bisa?" Nyonya wina bertanya dengan nada tenang

Sathia diam tak bergeming dan juga tak menoleh pada sang ibu

"Sathia lihat mama!, jawab apa yang membuat kamu gak bisa?" Nyonya wina menarik sathia agar dia menghadap ke padanya

"Apa kamu sudah memiliki calon untuk menjadi bunda bella? jika iya segera pertemukan mama dengannya "

Sathia masih terdiam, kini dia tengah melihat wajah orang yang pernah melahirkanya, ada kegundah dan kekhawatiran di matanya

Mungkin dia khawatir dengan anaknya yang masih membayang bayanging orang yang telah tiada

Dulu ketika sang istri meninggal sathia begitu sangat terpukul, bahkan dia sampai mengurung diri selama seminggu tanpa keluar bahkan untuk melihat anaknya yang baru lahir. Bella

Ada kesedihan dan luka ketika sathia melihat bella, dia akan selalu teringat istri tercintanya ketika menatap wajah bella

Memang wajah bella mendominasi wajah sathia, tapi ada satu bagian yang akan mengingatkan sathia pada istrinya, yaitu mata

Ya, bola mata bella dengan sang istri sangat mirip, cokelat terang

Bola mata indah yang tak pernah sathia lihat sebelumnya.

Setengah tahun dari keterpurukan sathia akhirnya memilih pindah ke bali untuk menghilangkan kenanganya dengan sang istri, dia membawa serta sang anak

Walau bella masih akan mengingatkannya pada sang istri tapi dia teringat permintaan terakhir sang istri untuk menjaga dan merawat bella

Hingga empat tahun berlalu dan sathia kembali ke jakarta, dia kembali tapi ia tetap tak mau tinggal di rumah miliknya dengan mendiang sang istri, dan dia memilih untuk tinggal di rumah orang tuanya

"Aku lelah ingin tidur" ucap sathia tak menghiraukan pertanyaan ibunya

Nyonya wina menghela nafas lelah dengan sathia yang tak mau membahas tentang calon bunda untuk bella

"Baiklah, pergilah tidur sudah malam pasti kamu lelah" nyonya wina melepaskan cengkramnya dan membiarkan putra sulungnya berlalu darinya

***

Perlahan sathia membuka pintu kamar, kamar yang di huni oleh putri semata wayangnya

Dia melangkah tanpa suara sampai di depan dua perempuan beda generasi yang tengah berpelukan dalam tidurnya

[NS1]Bunda PenggantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang