Banyak typo
.
.
."Terus mama pengen aku gimana?" Sathia juga mulai kesal dengan mamanya yang selalu mengatakan bahwa bella butuh seorang ibu, padahal sathia pun mampu mengurus bella seorang diri
"Menikahlah dengan syifa dan berikan bella seorang bayi....."
Ting!!
Dentingan sendok yang di sentakan menyeruak di tengah malam sepi, mengagetkan orang yang mendengarnya
Di tambah dengan geseran kursi mundur karena si empu bangkit secara tiba tiba
Melangkah meninggalkan orang yang diam terkaget
"Sathia kamu mau kemana?!!" Teriak nyonya wina setelah sadar dari rasa kaget
"Sathia....!!" Teriaknya lagi, namun si empu menghiraukanya dengan terus melangkah menaiki tangga
"Sathia tunggu!!" nyonya wina mencengkram tangan sang anak menghentikan langkah
"Gak bisa mah!" ucap sathia dingin dan tanpa menoleh ke arah yang menghentikan
Nyonya wina terdiam mencerna maksud ucapan sang anak "Kenapa gak bisa?" Ucapnya setelah mengerti
"Aku gak bisa" ucap ulang sathia
"Apa yang membuatmu gak bisa?" Nyonya wina bertanya dengan nada tenang
Sathia diam tak bergeming dan juga tak menoleh pada sang ibu
"Sathia lihat mama!, jawab apa yang membuat kamu gak bisa?" Nyonya wina menarik sathia agar dia menghadap ke padanya
"Apa kamu sudah memiliki calon untuk menjadi bunda bella? jika iya segera pertemukan mama dengannya "
Sathia masih terdiam, kini dia tengah melihat wajah orang yang pernah melahirkanya, ada kegundah dan kekhawatiran di matanya
Mungkin dia khawatir dengan anaknya yang masih membayang bayanging orang yang telah tiada
Dulu ketika sang istri meninggal sathia begitu sangat terpukul, bahkan dia sampai mengurung diri selama seminggu tanpa keluar bahkan untuk melihat anaknya yang baru lahir. Bella
Ada kesedihan dan luka ketika sathia melihat bella, dia akan selalu teringat istri tercintanya ketika menatap wajah bella
Memang wajah bella mendominasi wajah sathia, tapi ada satu bagian yang akan mengingatkan sathia pada istrinya, yaitu mata
Ya, bola mata bella dengan sang istri sangat mirip, cokelat terang
Bola mata indah yang tak pernah sathia lihat sebelumnya.
Setengah tahun dari keterpurukan sathia akhirnya memilih pindah ke bali untuk menghilangkan kenanganya dengan sang istri, dia membawa serta sang anak
Walau bella masih akan mengingatkannya pada sang istri tapi dia teringat permintaan terakhir sang istri untuk menjaga dan merawat bella
Hingga empat tahun berlalu dan sathia kembali ke jakarta, dia kembali tapi ia tetap tak mau tinggal di rumah miliknya dengan mendiang sang istri, dan dia memilih untuk tinggal di rumah orang tuanya
"Aku lelah ingin tidur" ucap sathia tak menghiraukan pertanyaan ibunya
Nyonya wina menghela nafas lelah dengan sathia yang tak mau membahas tentang calon bunda untuk bella
"Baiklah, pergilah tidur sudah malam pasti kamu lelah" nyonya wina melepaskan cengkramnya dan membiarkan putra sulungnya berlalu darinya
***
Perlahan sathia membuka pintu kamar, kamar yang di huni oleh putri semata wayangnya
Dia melangkah tanpa suara sampai di depan dua perempuan beda generasi yang tengah berpelukan dalam tidurnya
KAMU SEDANG MEMBACA
[NS1]Bunda Pengganti
Rastgele"Kakak, mbak, bibi juga boleh deh, pokoknya terserah kamu mau manggil apa aja" kataku pada gadis itu "Benelan apa aja?" Katanya dengan antusias plus bahasa cadelnya "Beneran cantik" ucapku sambil mencolek hidunnya yang mungil "Kalau bella panggil bu...