Chapter 27

1.3K 51 3
                                    

Happy Reading

***

Suasana ramai yang terjadi di depan sebuah kafe, membuat dua pasangan tersebut melirik sekilas.

Tiba-tiba saja hati Vano tak tenang dan langsung mengingat Felly yang menunggunya, ia melirik jam yang bertengger di tangannya menunjukan pukul 9 malam.

Ia segera meninggalkan kafe dan menghiraukan panggilan Alana, menerobos hujan yang cukup deras

Diluar kafe, kerumunan tersebut masih ada, sepertinya sedang menunggu ambulans, hati Vano menjadi cemas, ia segera mendekat kerumunan tersebut dan terkejutlah Vano melihat sosok yang terbaring lemah, seketika lututnya lemas.

"Fel, hey kamu kenapa" lirih Vano.

Tak terasa air matanya luruh saat itu.

Vano segera menggendong Felly menuju parkiran kafe tersebut, tak henti-hentinya Vano membangunkan Felly.

Tak begitu lama, mobil Vano sampai di rumah sakit, ia segera memanggil dokter untuk menangani Felly.

"Felly?, sus, ayo cepat bawa dia ke UGD" ujar seorang dokter.

Vano bersandar di depan pintu UGD seraya menyalahkan dirinya yang bisa-bisanya melupakan Felly.

"Bego banget si lo, bisa-bisanya lo gak inget sama Felly" lirih Vano.

"Maaf Fel, maaf, kalo gue kesana pasti lo gak kayak gini"

Vano masih saja terisak.

Suara pintu ruang UGD terbuka, menampilkan dokter yang baru saja keluar.

"Dok, bagaimana keadaannya?" Tanya Vano segera.

"Vano kan? Felly baik-baik saja, hanya saja...."

"Hanya apa dok?" Tanya Vano tak sabaran.

'Maaf Fel, sepertinya saya harus mengatakan ini kepadanya' batin Sandy.

Iya dokter tersebut adalah Sandy, dokter yang selama ini menangani Felly.

"Sebenarnnya Felly mengalami kanker otak sudah stadium lanjut" dokter sandy menghembuskan nafasnya.

Seperti dunia runtuh, Vano membeku, jantungnya berdegup kencang, orang yang disayanginya harus mengalami seperti ini.

"Sejak kapan dok?" Tanyanya nyaris seperti bisikan.

"2 tahun yang lalu, tetapi Felly merahasiakannya, saya berpikir untuk memberitahu anda agar lebih memperhatikan Felly, Felly banyak cerita tentang anda"

Vano jatuh terduduk, kakinya seperti tak berpijak.

"Saya boleh melihatnya?" Dokter Sandy hanya mengangguk.

Seseorang dibalik tembok tersenyum sinis mendengar pembicaraan tersebut.

'Tunggu permainan gue'

Vano masuk dan melihat betapa damainya wajah Felly dengan bibir pucatnya.

Vano duduk disamping Felly seraya memegang tangannya.

Fake Smile (COMPLETED) ✔ (PROSES REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang