Saudade 3: Rindu

1.2K 111 28
                                    

Ehem, you can kill twice. But, trust me, I've tried my best, Xoxo!

This is the pict:


Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


And here the story:


"Why do you always think bad about me, P'Plan? What should I do to make you believe that I really do care about you, about us?!" Mean mengerang frustrasi menatap Plan yang sudah meneteskan airmata. "Maaf kalau aku terlalu sibuk, tapi percayalah bahwa aku setiap hari memikirkanmu. Aku bahkan cemburu pada Perth yang bisa selalu bersamamu."

Plan masih sesenggukan. Ia juga sama rindunya hingga membuatnya merasa insecure dengan hubungan yang ia jalin bersama Mean. Ia bersyukur kesibukan FM Tempt mengalihkan hasratnya yang menggebu untuk menemui Mean. Namun hatinya tak mampu dikibuli. Hatinya menuntut pertemuan, meminta lebih untuk sekadar menatap Mean dalam jangkauan paling dekat. Meski ketika ia dipertemukan, mungkin Plan akan segera menghambur dalam pelukan Mean dan berkata ia terlalu merindukan lelaki jangkungnya itu.

"Khun Plan! Kumohon, apa yang harus kulakukan?" Kini Mean tengah berlutut di hadapannya. Lelaki itu meremas tangan Plan mencoba memberi keyakinan bahwa perasaan Mean untuk Plan adalah nyata. Bukan sekadar efek dari drama atau pun jumpa penggemar. "I'll do anything. Please, jangan mendiamkanku. Aku tahu aku tidak peka, kalau kau ingin memukulku, silakan!"

Plan hanya mampu menatap telapak tangan Mean yang melingkupi tangannya. Ada kehangatan yang diberikan Mean di sana. Plan tidak berani menatap Mean, ia hanya menikmati remasan lelakinya. Ya, Tuhan, lelakinya yang tampan, yang sangat ia rindukan.

Setibanya di apartemen Mean, Plan hanya duduk di sofa; menangis pelan dan membuat Mean langsung kelabakan. Padahal sebentar lagi mereka akan pergi ke Korea. Bukan soal itu, sebenarnya. Mean ingin bermanja dengan Plan mumpung mereka bersama. Cukup sulit mereka untuk bertemu dan sekarang Plan malah menangis.

"Mean," Plan bersuara. "Kenapa rasanya seperti ini? Sakit." Plan perlahan mengangkat wajahnya. Kedua mata masih berair, hidung dan pipinya memerah. Mean ingin segera memeluk lelaki kecil di depannya, menciumnya bertubi-tubi. Siapa yang tahan dengan pesona Plan yang begitu menggemaskan itu? Tatapan matanya yang sayu mampu melumpuhkan Mean saat itu juga. Hati Mean melemah.

Detik itu juga Mean merengkuh Plan dalam pelukannya. Begitu erat. "Aku mencintaimu. Jangan pernah berpikir macam-macam. Soal diriku bersama perempuan-perempuan lain, atau proyekku. Di kepalaku hanya ada dirimu. Sial, P' aku ingin menciummu sekarang."

"Jangan berani macam-macam. Aku masih marah padamu gara-gara kau jarang menghubungiku dan malah genit dengan perempuan lain."

Mean mendesah, masih memeluk kakak kesayangannya. Kakak yang jadi pacarnya. "Aku senang kau cemburu. Artinya kau begitu mencintaiku. Tapi melihatmu seperti ini rasanya tidak enak." Mean melepas pelukannya hanya untuk menangkup kedua pipi gembul milik Plan. "Apa perlu kita go-public agar kau nyaman dengan hubungan kita?"

SAUDADEWhere stories live. Discover now