Peringatan: Bahasa Baku. Bagi yang tidak nyaman dengan bahasa ini, I warned you.
Plan masih sibuk mencampur adonan omelet dan menyiapkan segelas susu hangat bagi sosok yang baru saja keluar dari kamar mandi. Ia meletakkan minuman itu di meja makan dan kembali ke dapur untuk meneruskan rutinitas bila ia sedang berada di kondominium miliknya dan Mean."Diminum dulu susunya. Mumpung masih panas," kata Plan tanpa melihat Mean.
Sudah sejak kemarin sore Plan selalu menghindari bertatapan dengan Mean. Matanya memerah, tanda ia menangis semalaman. Biasanya, ia dan Mean akan tidur bersama, berbincang sebelum tidur tentang hal-hal sporadis seperti kelakuan Rocky atau Volga, kenakalan anak-anak Tempt atau Troop, dan pasti berakhir pada adegan dewasa 21 tahun ke atas dengan ronde yang tidak sedikit.
Seharusnya begitu semalam. Namun, Mean yang telat pulang dan Phi Zanook dengan pengumumannya mengenai Mean tak lagi akan bermain drama percintaan lelaki, membuat Plan akhirnya paham; Mean terlampau menyayangi keluarganya.
"Sepuluh menit lagi omeletnya jadi. Sabar, ya?" kata Plan. Suaranya serak padahal tadi pagi ia sudah minum air jeruk panas.
Mean meminum susunya sampai tandas lalu berpindah ke sisi Plan dan duduk di konter dapur, menatap Plan intens. Mean tahu bahwa kekasihnya--mantan kekasihnya, itu versi Plan--tengah menghindarinya sejak diumumkannya keinginan Mean untuk berhenti bermain drama BL.
"Masih marah?" tanya Mean hati-hati.
Plan masih fokus mengambil omelet yang sudah matang, meletakkannya ke pirinh dan menuangkan madu dan sedikit selai marmalade, selai favorit Mean.
Bahkan Plan masih saja memikirkan apa yang Mean sukai? Bagaimana caranya melupakan Mean jika Plan saja masih terus ingat meskipun hubungan mereka selesai?
Plan melewati Mean tanpa sepatah kata begitu mematikan kompor, menuju meja makan dan meletakkan dua omelet di sana. Plan tidak ada nafsu makan sama sekali, tapi pagi ini ia harus segera pergi karena ada latihan di kantor Tempt. Waktu di ponselnya sudah menunjukkan angka 6 kurang limabelas menit.
Mean mengikuti Plan dari belakang dan memutuskan untuk ikut diam tapi matanya tidak lepas dari Plan.
Sejak awal, memang ini yang akan terjadi. Tapi Mean keras kepala dan imbasnya justru melukai Plan sampai seperti ini.
Mereka makan dalam diam.
Setelah limabelas menit, Plan selesai, meletakkan kembali piring kotornya ke bak cucian piring, kemudian pergi ke arah pintu.
Sebelum Plan meraih gerendel, Mean menarik Plan ke arahnya, membenturkan tubuh mungil itu ke sisi dinding sebelah pintu, menutup akses Plan untuk melarikan diri.
"We need to talk," Mean berkata tegas.
"Tidak ada yang perlu dibicarakan," tukas Plan. Ia sudah cukup lelah menangis. Hari ini ia harus bersiap energi cukup banyak untuk berbohong di depan orang-orang bahwa ia baik-baik saja.
YOU ARE READING
SAUDADE
Romance[Kumpulan MeanPlan/2wish OneShoot; AU/Reality] SAUDADE; (n.) a feeling of longing, melancholy, or nostalgia. a feeling of missing something or someone. It is used to tell about something that you used to have (and liked) but don't have anymore. ...