#4

91 43 18
                                    


"bagaimana keadaannya sekarang, dok?" Tanya yura khawatir.

"dia terlihat kurang sehat, selain luka dia juga mengalami gangguan pencernaan karena mungkin dia tidak teratur makannya dan saya sarankan anda mengatur waktu makannya supaya mencegah gangguan-gangguan lainnya." Jelas dokter itu sambil menyerahkan selembar kertas.

"ini untuk resep obat nya dan pastikan obatnya habis." Lanjutnya.

"ne~ apakah dia tidak mengalami sesuatu yang lebih parah?" Tanya yura.

"sejauh ini, hanya tangannya saja yang membengkak dan tangannya ini akan sembuh untuk beberapa minggu, mungkin tidak bengkak lagi dalam 3 hari kedepan hanya saja tangannya akan perih jika mencoba menggenggam sesuatu."

"sekali lagi terima kasih banyak dokter anda sudah membantu." Ucap yura.

"kalau begitu saya sudah boleh pamit?"

"ah iya, mari kuantarkan keluar."

Yura mengantarkan dokter itu keluar lalu kembali lagi ke kamarnya untuk melihat keadaan gadis itu.

"aigo~ ini pasti sangat sakit, bahkan sebagian badanmu membiru." Ucapnya sambil melihat gadis yang menggunakan baju tidur yura karna tidak mungkin membiarkannya terus memakai baju tadi.

Tangan kiri gadis itu yang terinfus dan tangan kanan yang melipat diatas perutnya berbalut perban tipis yang sudah diobati oleh dokter, terlihat jahitan di jemarinya, juga kalau dilihat diwajahnya tepat dikedua sudut bibirnya yang memerah.

"mereka sudah tau itu perempuan, kenapa masih keras kepala untuk dipukul? siphal s-saekkia!" Mengumpat lalu tidak sengaja yura menendang meja yang ada disamping tempat tidurnya.

"a-ah aww, appo~" Ucapnya kesakitan karena yang jadi korban ialah jari kelingking kakinya.

"em.."

Yura mendengarkan gumam itu langsung melihat ke sumber arah.

"kau sudah terbangun?"

"a-aku dimana a-ah sshhh.." Gadis itu meringis kesakitan karena mencoba duduk tapi tidak bisa.

"ah itu pasti sakit, lebih baik kau istirahat saja dulu dan kau tidak boleh banyak gerak jika kau ingin sesuatu katakan saja padaku." Ucap yura mengatur posisi gadis itu.

"eonni, kau ini s-siapa?" Tanya gadis itu.

"aku memang bukan siapa-siapa mu, aku hanya ingin menolongmu."

"eonni tidak perlu melakukan ini, aku merepotkanmu."

"kalau bukan aku siapa lagi yang menolongmu di lorong sepi itu? sudahlah, aku juga akan merawatmu jadi berhentilah bertingkah seolah-olah kau ini merepotkanku karena pada kenyataannya itu tidak benar." Ucap yura sambil menuangkan air hangat di gelas.

"baiklah, karena ini pertama kali kita bertemu, siapa namamu?" Lanjut yura.

Setelah mendengar pertanyaan itu gadis itu kembali mengukir raut kesedihan diwajahnya.
"aku tidak mempunyai nama, eonni bisa memberikan ku nama jika mau."

"eh? memangnya kau betul-betul tidak mempunyai nama?" Tanya yura kaget sambil menaruh gelas itu di atas meja.

"aku punya, hanya saja tidak ingin kugunakan." Ucap gadis itu memalingkan wajahnya.

"baiklah, akan kuberikan nama nanti tapi kau berhutang cerita padaku." Ucap yura yang dibalas anggukan oleh gadis itu.

"sekarang kau harus makan akan kusuapi dan malam ini kau harus beristirahat penuh, dan juga tidak usah banyak berpikir soal kebutuhanmu aku yang tangani, mengerti?" Lanjutnya yang dibalas anggukan serta senyum kecil dari gadis itu lalu yura mulai menyuapi gadis itu makanan, mungkin memakan waktu yang cukup lama dikarenakan luka di bibirnya.

Our Key [JJK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang