"Ryuu!!!" Aku setengah berlari mengejar Ryuu dengan langkah kaki jenjangnya yang panjang.
"Hm?"
"Kamu harus dengar ini!!"
"Dengar apa??"
Aku menarik tangan Ryuu yang semula masuk kedalam saku celana menuju pojok baca sekolah. Karena memang aku harus menunjukkan sesuatu pada Ryuu.
Rasanya gatal kalau aku tidak menceritakan hal ini pada Ryuu. Aku adalah tipikal orang yang tidak bisa memendam kebingungan lama lama.
"Coba lihat!!"
Ryuu membaca satu persatu pesan antara aku dan Hiro.
"Jadi dia adalah teman sekelasku yang baru. Tepatnya teman sebangku. Dan entahlah dia mengirimiku emotikon seperti ini yang.."
"APA ADA YANG MENYURUHMU UNTUK DUDUK DENGAN LAWAN JENISMU??! DASAR BODOH!!" bentak Ryuu
"Eh??"
Ryuu kemudian mengembalikan HP milikku lalu bergegas pergi. Entah apa yang membuat Ryuu semarah itu padaku. Padahal selama ini Ryuu jarang dan bahkan tidak pernah membentakku sekeras tadi.
Saat ia pergi pun matanya tak menatapku sama sekali. Bahkan ujung matanya tetap lurus kedepan. Aku pikir mungkin Ryuu mengalami hari yang sulit.
"Si bodoh itu kenapa ya?" Ujarku sambil garuk garuk kepala.
Aku kemudian pergi menuju koperasi sekolah untuk sekedar membeli susu kotak dan pie marshmallow nikmat kesukaanku. Dari jauh aku melihat Ryuu tertawa bersama teman temannya yang tidak aku kenal. Ah berarti Ryuu baik baik saja dan mungkin hanya sedang tidak ingin bicara denganku untuk hari ini.
"Hai nona manis!" Seseorang menepuk bahuku cukup keras
"Ah Ayumi!! Kukira pria tampan dengan bunga mawar yang akan melamarku hari ini juga"
"Jangan berharap ketinggian nanti kau terjatuh jadi bodoh!!"
Aku dan Ayumi tertawa. Seakan mengerti, Ayumi menatap lekat wajahku kemudian bertanya.
"Apa ada masalah?"
"Hah?"
Aku menggeleng namun Ayumi juga menggeleng cepat seraya menarikku ke tangga.
"Ada masalah apa dengan Ryuu? Maaf bukan aku menguping tapi saat Ryuu membentakmu aku sedang di toilet, mencuci mukaku. Aku kenalitu suara Ryuu dan suaramu."
Aku menghela nafas panjang dan kemudian menceritakan semuanya
"Kenapa dia bisa bisanya membentakmu hanya karena kamu ingin menceritakan Hito.. siapa itu?"
"Hiro"
"Ya dia! Huh dasar Ryuu!"
...
Hari hari berikutnya, seperti ada yang asing ketika aku berpapasan dengan Ryuu. Aku yang semula sering menyapa atau bahkan melempar senyum pada Ryuu, kini berpikir 2x atau bahkan 1000x untuk melakukan hal itu. Karena kini, Ryuu bukanlah Ryuu yang kukenal.
Seakan ada dinding pemisah begitu tinggi dan besar, Ryuu seolah tidak mengenalku lagi.
"Hei"
"Ah, iya Hiro. Ada apa?"
"Masih pagi ini, dari kemarin kamu melamun saja. Apa ada masalah"
Apa iya aku harus menceritakan masalah ini pada Hiro? Sedang kemarin yang menyebabkan hal ini adalah aku menunjukkan kata kata yang Hiro kirimkan kepadaku.
"Umm.. tidak ada sama sekali"
Hiro menatapku jeli memastikan bahwa aku benar benar baik saja. Nyatanya tidak.
Dari kelasku, kulihat Ryuu datang memakai jaket berwarna hijau army miliknya. Aku sangat ingin menyapanya. Tapi ..
"Ah sudahlah"
"Apa?" Ujar Hiro yang bingung
"Apa?? Oh .. uh.. tidak"
Hiro kemudian masuk ke kelas meninggalkan aku yang masih terpaku menatap Ryuu.
Azumi Masayoshi
Hei Ryuu, apa kau sibuk? Pulang sekolah temani aku di kedai waffle dan pancake dekat rumahku ya
Tertanda, AzumiPesan itu kukirimkan dengan ragu akan benar benar ditanggapi. Mengingat kini aku merasa ada yang salah dengan Ryuu.
...
Masih berbalut seragam sekolah, aku telah duduk disebuah kedai yang biasanya aku datangi untuk sekedar makan pancake coklat dengan saus kacang. Aku melakukan ini karena menunggu Ryuu. Ya aku berharap Ryuu akan datang.
"Apa yang salah dengan Ryuu ya? Atau.. aku melalukan kesalahan cukup fatal sampai sampai dia benar benar terkesan menjauhiku? Ada apa Tuhan, aku bingung sekarang"
Sudah hampir ber jam jam aku duduk disana tapi Ryuu belum lagi terlihat. Aku putus asa dan aku memutuskan untuk pulang.
"Berapa total semuanya?"
Setelah membayar aku langsung berjalan menuju rumah karena memang jaraknya yang tidak terlalu jauh dengan rumahku.
Sepanjang jalan aku hanya berpikir dan berpikir seraya merutuki diriku sendiri mengapa Ryuu menjauhiku. Dan mengapa aku harus sedih menanggapi hal ini.
...
Saat sampai dirumah, ternyata rumah kosong dan terkunci. Nampaknya isi rumah ini sedang pergi entah kemana dan lupa soal aku yang masih sekolah.
Aku melempar tasku ke dekat pot bunga kemudian menghempas tubuhku keatas sofa di teras rumah dan menelungkupkan wajah membiarkan hidung kesayanganku tertekan oleh sofa.
"Aaaarrghhh!!!"
Aku berteriak karena merasa bahwa sofa cukup menjadi peredamku kala itu.
Aku bingung, aku kemudian meenlusuri cerita panjang bagaimana aku dan Ryuu bisa saling mengenal. Aku mengingat masa masa dimana Ryuu masih sering menggangguku, tentang foto, tentang Ryuu yang meminta bantuanku untuk mendekati Aiko, hingga sampai saat ini, Ryuu menjauhiku.
Aku ingat betul bahwa saat Ryuu mencoba meminta bantuanku untuk mendekati seorang gadis bernama Aiko karena ia satu jurusan denganku, saat itu aku juga sama sewotnya dengan Ryuu saat ini. Aku merasa sakit hati melihat Ryuu yang saat itu begitu mengagumi Aiko.
Lalu..
Apakah Ryuu sama denganku kala itu??
###
Holaa gaiss!! Maap yaa udah lama bgt ga update soalnya aku sibak heuheu:( tapii rencananya cerita ini bulan ini selesaii.. yayyy!!! Dan sekuelnya bakalan langsung keluar setelahnya
Btw maaf ceritanya pendek bgt:(
Selamat membaca yaa💕

KAMU SEDANG MEMBACA
Human Pancake [TAMAT]
RomanceRyuu selalu bersikap kasar pada Azumi. Ia selalu menganggap bahwa apapun keadaannya Azumi adalah yang tertindas, Azumi harus selalu bersalah untuk Ryuu. Bagi Ryuu, Azumi adalah manusia paling ceroboh di dunia. Namun Azumi selalu membalasnya dengan k...