Sang Pelaku

32 6 0
                                    

Hari ini hari keduaku dan Ryuu ada di rumah sakit. Bedanya, aku sudah bisa berjalan kesana kemari sendirian tanpa infus karena dokter bilang nampaknya aku sehat sehat saja. Memang hanya lukaku yang mengkhawatirkan kemarin.

Sedangkan Ryuu, masih setia berbaring di ranjangnya. Ibu dan ayahnya menitipkan Ryuu pada ibuku karena aku yang sudah sehat duluan. Tidak, orang tua Ryuu sedang ada urusan di kantor ayah Ryuu.

"Ayo makan aaa.." ujarku menyuapi Ryuu dengan sendok yang diputar putar didepan mulutnya.

"Nope!" Ujarnya memalingkan wajah

"Ayola nanti sakitmu tambah lama!"

"Aku mau pancake" ia memelas

Aku hanya tersenyum tipis mengingat sebagian besar kenanganku dan Ryuu terjadi di kedai pancake itu. Pancake coklat saus kacang untukku dan Keju Pistachio milik Ryuu. Pun matcha pistachio yang menggoda.

Aku begitu hapal rasa yang Ryuu sukai. Ia suka perpaduan gurih dan manisnya adonan pancake kedai itu.

"Sembuhlah dulu baru nanti kubelikan pancake oke?" Ujarku

Ryuu terkekeh geli kemudian menggerakan tangan kirinya mengambil sesuatu dibawah bantalnya

"Ini darimu semalam benar?"

Aku mengangguk malu

"Terimakasih. Maafkan aku membuat pipi kananmu terluka. Percayalah kamu masih gemuk"

"HEI!!"

Ryuu tertawa lepas kemudian sesekali meringis merasakan infusnya yang tertarik karena tertawa terlalu lepas.

Ibuku datang membawa sekotak brownies keju lezat ke ruangan Ryuu. Percayalah aku kesana kemari dengan infus yang masih menempel di tanganku.

Brownies itu nampak lezat namun tangan kiriku belum kuat untuk memotong brownies itu. Menyuapi Ryuu pun aku masih menggunakan tangan kananku saja.

"Bu, aku mau"

"Iya sini ibu potong ya"

Ibu membuka tutup kardus kecil itu kemudian membagi isinya menjadi beberapa bagian. Begitu menggugah selera.

"Hei aku juga mau!!" Ujar Ryuu

"Tidak! Kamu sudah mengataiku gemuk!"

"Hei ayola"

"Tidak!"

"Kamu mengecil"

"Lalu?"

"Kamu mengurus"

"Lalu?"

"Iya kamu kurusan"

"Aaaa..." aku menyuapkan sepotong brownies keju itu ke mulut Ryuu.

Handphone ibu berdering kemudian telpon masuk. Yang kuduga adalah dari ayah ibu Ryuu.

(15 menit kemudian)

"Ada apa bu?"

"Pelaku penyebab kalian celaka sudah ketahuan" ujar ibu

"Syukurlah, sekarang dia dimana?"

"Dia di rumah sakit ini juga ternyata. Kemarin dia sama sama masuk kesini hanya saja ia tidak bersama siapapun hingga saat ini. Ia masih belum sadarkan diri."

"Siapa namanya?"

"Namanya Gin. Katanya dia juga satu sekolah dengan kalian."

"Gin?" Aku dan Ryuu bertatapan.

Gin? Nama asing ditelingaku atau mungkin memang aku yang tidak akrab dengan teman teman seangkatanku. Aku menoleh pada Ryuu barangkali ia tahu siapa Gin.

"Tidak, aku benar benar tidak tahu siapa"

...

Aku berusaha mencari seorang bernama Gin itu saat Ryuu tidur siang. Dengan modal nekat membawa infusan sambil berjalan, aku menyusuri setiap lorong ruang rawat inap dan mengintip jendelanya kalau kalau ada seseorang yang kukenal.

"Dimana ya.."

Menyerah, akupun bertanya pada bagian administrasi soal pasien kecelakaan tempo hari.

"Maaf nona, bukankah seharusnya nona beristirahat?"

"Yah, aku sudah pulih sekarang. Aku hanya ingin mencari em, temanku yang juga mengalami kecelakaan tempo hari. Namanya Gin"

"Gin? Sebentar ya" ujar resepsionis

Aku menunggu lumayan lama untuk itu.

"Untuk pasien atas nama Gin Katsuragi ada di lantai 4 rawat inap."

"Ok, thanks!"

Aku berjalan pelan menuju lift kemudian menekan tombol 4 di sebelah pintu lift.

...

Ruangan itu terlihat sepi. Hanya ada seorang kakek yang sakit dan juga seorang pemuda dengan perban di bagian kepalanya. Wajahnya nampak dibalut perban. Ia sendirian?

Aku memberanikan diri masuk ke ruangan itu. Masuk ke bangsal tempat si pemuda yang 'katanya' tersangka penabrakku dan Ryuu.

Aku duduk di ranjangnya kemudian menyingkap lengan bajunya pelan agar ia tidak terbangun.

"Namaku Gin,"

Aku kaget

Sepertinya kedatanganku berhasil membangunkannya. Wajahnya yang tertutup sebagian membuatku kesulitan mengenalinya.

"M.. ma.. maaf."

"Aku minta maaf sudah tabrak kamu. Aku tak sengaja" ujarnya pelan

Aku hanya tersenyum tipis dan mengangguk. Berharap aku dapat meyakinkannya bahwa semua baik baik saja.

"Mengapa tidak ada yang menungguimu?"

Ia terkekeh geli dan menggeleng

"Tak ada yang peduli. Ibuku hari ini juga masih bekerja"

"Hei, tidak boleh begitu. Banyak yang peduli padamu."

Ia mengernyitkan kening,

"Bagaimana soal jus manggamu?"

###
Nahlohh ketauan kann sapa pelakunya. Eh btw mon maap ini pendek bgt kaya kenangan:(

Next bakal diceritain banyak soal abang Gin ganteng yaa mwah

Enjoy Reading💕

Human Pancake [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang