Aku yang sedari tadi tidak memperdulikan rok abu abuku yang kotor, robek. Lututku yang sakit, tanganku yang memar dan luka sobek. Aku mendorong blankar dengan Ryuu yang tak sadarkan diri menuju ruang ICU. Air mata terus berjatuhan tak dapat ku kontrol sama sekali.
Lututku yang lemas terjatuh sebelum aku sampau di ruang ICU. Seorang perawat kemudian membopongku menuju ruang ICU untuk juga mendapat perawatan.
Aku yang sedari tadi menangis, kelelahan juga akhirnya. Aku hampir pingsan kalau perawat perawat itu tidak menepuk pipiku.
Kulihat lengan kananku memiliki luka sobek cukup parah, lututku memar, dan pipiku terasa perih. Dan memang berdarah. Saat perawat menetesi lukaku dengan cairan alkohol saat itulah aku benar benar kehabisan tenaga dan aku tidur.
...
Aku bangun di ruangan serba putih dengan sekat kanan kiri. Di ruangan itu belum ada siapapun. Aku jamin keluargaku belum tahu kabarku. Karena aku memang tidak membawa ponsel.
Mataku mengelilingi ruangan itu, melihat lihat. Kemudian kulihat jahitan di lengan kananku. Cukup mengerikan seperti yang kutonton di film horror.
"Nona sudah bangun?" Tanya seorang perawat
"Heem"
"Boleh kami tahu nomor telpon orang tua nona?"
Aku mengangguk dan menyebutkan nomor milik ibuku.
"Suster, teman saya yang tadi ada dimana ya?"
"Dia masih belum sadarkan diri di ruang ICU nona. Tapi keluarganya sudah kami kabari dan sedang menuju kemari"
Aku mengangguk pasrah. Aku meminta secarik kertas pada perawat tadi dan meminjam pulpennya.
Dear Ryuu,
aku minta maaf karena tadi aku tidak sempat menahan lenganmu ketika kamu terseret jauh. Maafkan aku yang mau kamu antarkan, mungkin kalau kamu tidak mengantarku tidak akan seperti ini. Semoga lekas sembuh:) aku menyayangimu:)
AzumiAku menitipkan surat itu untuk kemudian diberikan kepada Ryuu. Perawat itu mengangguk dan menerima suratku untuk diantar pada Ryuu.
Aku masih berusaha merasakan kakiku dan lengan kananku. Sakit rasanya. Berarti semua aman.
Aku kembali menatap dinding langit dan memejamkan mata.
...
"Katanya penabraknya masi pelajar juga."
"Anak anak sekarang bandel sih!"
Samar samar kudengar percakapan itu saat ku membuka mata.
"Kamu sudah sadar?? Kamu kenapa bisa gini" tanya Mama yang kembali terisak
Aku menjelaskan rincian peristiwanya secara detail yang kuingat.
"Ini ayah dan ibu Ryuu. Ini adiknya Ryuu" ujar ibuku mengarah pada seorang wanita paruh baya , seorang pria berseragam kepolisian dan seorang anak kecil laki laki manis
"Hai kakak! Boleh aku pegang tangan kakak?" Ujarnya lucu sembari menunjuk jahitan di lenganku
"Jangan ya, sakit itu" ujar ibu paruh baya tadi
Aku hanya menanggapi sambil tersenyum.
"Ryuu baik baik saja?" Tanyaku
"Syukurnya dia baik baik saja, baru saja dia sadar beberapa menit lalu" ujar pasangan abdi negara itu.
Aku mengangguk.
Adik kecil itu berbisik sesuatu di telinga ibunya. Kemudian ibunya menatapku dengan tatapan teduhnya.
"Mau bertemu Ryuu?" Tanyanya
Aku menatap ibuku memastikan apakah aku diizinkannya atau tidak. Ia mengangguk. Akupun sama.
Aku duduk di kursi roda dan itu ibu Ryuu yang mendorongnya. Lengkap Raon -adik Ryuu yang turut berjalan di sebelahku.
Sesampainya di kaca ruang rawat inap aku melihat Ryuu yang memejamkan mata. Dia nampak kelelahan sekali.
"Dulu, sebelum Ryuu masuk SMA, nakal minta ampun. Aku sampai lelah melarangnya ini itu. Tapi sekarang dia sudah menjadi anak yang mandiri, yang sanggup melakukan ini itu sendiri. Ini kecelakaan pertamanya. Aku merasa begitu terpukul begitu mendengar diagnosis dokter bahwa kaki Ryuu mengalami patah tulang."
Aku terkejut mendengar pernyataannya
"Cita cita Ryuu adalah sama seperti ayahnya. Menjadi seorang polisi dan mengabdikan dirinya pada negara. Yahh.. mungkin sulit menerima bahwa Ryuu tidak akan bisa mencapai mimpinya itu."
Air mataku perlahan mengalir di kedua pipiku. Diusapnya oleh Raon. Begitu perih mengenai luka di pipiku.
"Aku pikir kamu, Azumi. Cukup dekat dengan Ryuu. Aku mohon kamu bisa memberinya motivasi setelah ia sadar bahwa ia tidak akan bisa menggapai mimpinya yang satu itu. Aku berharap besar padamu"
Aku mengangguk penuh yakin. Aku akan membantu Ryuu melewati masa masa sulitnya ini. Aku akan menjadi sesuatu yang membuat Ryuu merasa yakin bahwa tidak ada yang namanya gagal di dunia ini.
...
Malam ini harus kulalui dengan menginap di Rumah Sakit sampai perawatan luka lukaku selesai semuanya.
"Bu, aku mau menemui Ryuu ya" ujarku
"Sudah malam. Lagipula kapan mau sembuh kalau istirahat saja susah"
"Sebentar saja ya bu?"
Ibuku mendengus kemudian mengantarku menuju ruangan Ryuu. Kebetulan orang tua Ryuu sedang pulang untuk mengambil perlengkapan Ryuu. Aku masuk kemudian menampar kecil pipi Ryuu.
"Brengsek ayo bangun" bisikku di telinganya
Mata Ryuu mengerjap. Kemudian menatapku kaget
"Azumi.. a.. aku minta maaf" ujarnya berkaca kaca
"Sshh.. aku baik baik saja. Yang harus kamu khawatirkan adalah kamu"
"Karenaku pipimu, tanganmu,kakimu luka, maaf.."
"No problem ok?"
Ryuu mengangguk menahan air mata. Untuk kali pertama, aku menggenggam tangan Ryuu. Menyempatkan diri meyakinkan Ryuu bahwa semua akan baik baik saja.
"Kita harus cepat keluar dari sini oke? Kita sekolah lagi, kita ejek ejekan lagi. Ya??" Aku menahan tangis
Ryuu kembali mengangguk.
Malam ini kuputuskan untuk tidur disamping Ryuu. Berharap dengan itu kekuatan untuk Ryuu dapat tersalurkan. Aku menyuruh ibuku untuk kembali saja ke kamarku dan tidur.
###
Azumi bisa ae soswitnya wkwk
Yaa pemirsa jangan lupa kirim doa supaya bang Ryuu cepet sembuh lagi yakss.
Yang nabraknya belum ketauan:(
Enjoy reading 💕

KAMU SEDANG MEMBACA
Human Pancake [TAMAT]
RomanceRyuu selalu bersikap kasar pada Azumi. Ia selalu menganggap bahwa apapun keadaannya Azumi adalah yang tertindas, Azumi harus selalu bersalah untuk Ryuu. Bagi Ryuu, Azumi adalah manusia paling ceroboh di dunia. Namun Azumi selalu membalasnya dengan k...