Hari Hujan

42 6 1
                                    

Hari ini sekolah hanya separuh hari saja karena guru guru memang sedang rapat penting sekali membahas kenaikan kelas. Niatku hari ini akan pergi ke toko buku dan membeli sebuah novel incaranku.

Sayang, hujan turun cukup deras sehingga niat kuurungkan saja. Aku pikir ke toko buku hujan hujan hanya untuk membeli sebuah novel saja adalah hal yang bodoh.

Sambil menunggu kendaraan umum, aku menunggu di halte dengan seragamku yang sudah basah separuh kehujanan saat berlari menuju halte.

"Hei, belum pulang?"

"Eh, Hiro. Ya aku belum pulang"

Hiro menatap lekat badanku kemudian ia melepas jaket miliknya dan memberikannya padaku.

"Kamu tahu, kamu perempuan. Ketika bajumu basah, kamu akan memberi pemandangan cuma cuma untuk semua laki laki yang lewat dihadapanmu" ujarnya sarkas

Aku langsung memakainya tanpa membantah. Aku rasa pipiku sudah memerah.

"Lagipula kamu berpotensi lebih besar untuk sakit kalau kamu membiarkan hujan mengguyur tubuhmu"

Sekali lagi aku mengangguk. Hiro duduk di sebelahku sambil masih menatapku.

"Kamu tahu? Kalau boleh jujur kamu itu manis"

"Eh?" Aku menoleh

Ia memberikan senyuman termanisnya seraya mengangguk.

"Apalagi kalau kamu tidak galak"

Kali ini aku mencebikan bibirku. Ia tertawa dan kemudian mencubit pipiku gemas. Aku hanya menoleh padanya dengan jantung yang masih berdebar. Antara heran dengan senang.

Aku kembali menunduk memainkan kuku kuku jariku. Berharap kendaraan umumnya cepat datang.

Saat itu, kudengar suara motor lewat tepat di depanku. Dari warna dan suaranya aku sudah tau itu siapa.

Iya, Ryuu.

Firasatku buruk soal ini, hingga akhirnya aku memutuskan untuk tidak mengangkat wajah.

"Azumi, naik"

Aku menoleh melihat wajahnya yang menampilkan ekspresi marah.

"Aku tunggu kendaraan umum saja"

"Naik" perintahnya

Aku melihat Hiro sudah siap pasang badan kalau terjadi apa apa denganku. Tangan Hiro sudah mengepal begitu keras tepat disamping badannya. Kuberanikan diri untuk memegang tangan Hiro, berusaha meredam kekesalannya. Entah sebab apa ia begitu peduli soalku.

Ryuu menurunkan standar motornya lalu menarik tanganku cukup kasar. Saat itu juga Hiro berdiri lalu melepas tangan Ryuu.

"Perempuan itu tidak boleh dikasari" ujarnya berusaha tenang

"Apa urusanmu?"

"Aku hanya melakukan hal yang benar. Lagipula Azumi adalah temanku, sahabatku bahkan. Jika kau berani berbuat kasar padanya maka akan kupatahkan tulangmu"

Ryuu mendengus kasar lalu tersenyum miris

"Kau menantangku?"

Hiro hanya membalas dengan senyumnya

"Ayo lakukan, didepan perempuan beranikah kamu?"

Ryuu memandangku sejenak. Ia kembali menatap Hiro.

Jantungku berdebar. Apakah mereka akan bertengkar? Aku tidak tahu apa yang akan terjadi tapi ini benar benar buruk.

Tak kusangka Ryuu menghela nafas kemudian kembali meraih tanganku yang tadi sempat terlepas.

Human Pancake [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang