Pernyataan

41 6 0
                                    

Ryuu semalam berhasil tidur setelah kuceramahi soal Gin Katsuragi. Entah mengapa dia terdengar saat arogan dengan kata katanya yang menggambarkan seolah Gin lah yang paling salah di dunia ini. Orang tuanya semalam tidak datang. Ibuku memberitahuku bahwa orang tua Ryuu masih dalam perjalanan setelah ada urusan satu hari di luar kota.

Aku pikir Ryuu belum mengetahuinya karena semalam ia tidak membahas apa apa soal orang tuanya. Ia hanya terlelap saat sedang kuceramahi.

Pagi ini aku berniat untuk pulang sebentar dan mengganti bajuku. Kuakui aku belum siap untuk mandi mengingat lukaku yang masih basah dan akan perih rasanya kalau terkena sabun.

"Mengapa Ryuu tidak membahas orang tuanya yang keluar kota ya?"

Kendaraan umum yang membawaku pulang terus melaju hingga aku sampai di halte tepat depan jalan menuju rumahku.

"Ibu aku pulang"

Rumah sepi.

Tidak ada yang menyahut saat aku sampai. Hanya saja kutemukan secarik kertas diatas meja makan.

Azumi, ibu sedang ada urusan kerumah Bibi Tsuraya. Di lemari es ibu menaruh beberapa potongan salmon dan wasabi segar pemberian tetangga kita pagi ini.

Aku mengedikkan bahu mengisyaratkan 'ya sudahlah'. Kemudian aku bergegas menyikat gigi, memakai parfum dan lipgloss. Mengambil masker dan kemudian bersiap pergi lagi ke rumah sakit.

"Oh iya, kemarin si bodoh ingin pancake ya hmm"

Kemudian langkahku kuarahkan menuju kedai pancake tempat biasa aku dan Ryuu membeli pancake yang lembut nan nikmat.

Sepanjang jalan aku memikirkan bagaiman kondisi si bodoh saat ini.

"Sempat sempatnya ia menginginkan pancake itu"

Kuhampiri meja kasir untuk memesan sekaligus membayar pancake itu.

"Tolong krim keju pistachio satu dan coklat saus kacang satu"

"Baiklah. Makan disini?"

"Dibawa pulang"

"Oke tunggu sebentar"

Kupilih meja biasa untuk menunggu pesananku. Maaf maksudku pesanan Ryuu.

15 menit kemudian

"Maaf menunggu lama, ini pesanannya"

"Oke berapa semua?"

Setelah membayar sejumpah yang disebutkan, aku bergegas meninggalkan kedai itu terburu buru karena langit bersedih hari ini.

...

"Siang Ryuu" sapaku ramah

Nampaknya Ryuu sedang terlelap. Matanya terpejam dengan dada naik turun stabil. Entah mengapa darahku berdesir cepat. Gemas aku melihatnya seperti ini.

Kugenggam tangan Ryuu yang dibalut perban karena luka. Kurasakan gerakan tangannya. Matanya terbuka dan segera menyadari keberadaanku.

"Oh hei, baik sekali kamu mau datang"

"Hmm yaa, ini pancake pesananmu"

"Serius??"

Aku mengangguk. Kemudian Ryuu memberikan  puppy eyes nya memintaku agar segera membuka dan menyuapinya. Ryuu sampai saat ini belum bisa makan sendiri. Bayangkan jika aku tega meninggalkannya sendirian di rumah sakit.

Aku memotong pancake itu kecil agar Ryuu mudah mengunyahnya.

"Aaaa.." ujarku

Ryuu melahapnya meski aku tahu untuk mengunyah saja rahangnya akan amat sakit.

"Hei, bolehkah aku bicara sesuatu padamu?"

"Apa?"

"Bagaimana kamu bisa selalu baik padaku sementara aku saja amat jarang menghargaimu?"

Aku mengernyitkan dahi bingung atas kata katanya. Aku cerna kembali

"Baik itu pada siapa saja."

"Ohh.. tapi.. bolehkah aku merasa nyaman dengan keberadaanmu?"

Hampir saja aku tersedak. Aku kaget dengan kata kata Ryuu tadi itu. Seorang Ryuu?? Ah konyol

"Hem ya silahkan saja"

"Aku menginginkan rasa nyaman itu seutuhnya milikku."

"Apa maksudmu?"

Ryuu memaksa badannya untuk menyamping. Tapi aku menahannya

"Selama ini, aku merasa begitu nyaman ada di dekatmu. Merasa separuh hidupku yang menghilang bak fatamorgana kembali dalam keadaan yang tak pernah kuduga. Untuk itu aku memintamu untuk memberikan seluruh nyaman itu untukku. Aku menyukaimu"

Kali ini aku benar benar tersedak. Rasanya ada yang aneh dengan sikap Ryuu hari ini. Apa besok ia akan mati???

"Aku tidak akan memaksakan apa jawabanmu tapi yang harus kamu tahu adalah betapa aku menyayangimu. Lebih lebih adikku sendiri. Selama ini, dalam masa sulitku yang hadir adalah dirimu. Hingga aku seolah tak bisa hidup tanpa kehadiran dirimu."

Mataku panas, dadaku sesak. Kutahan air mata agar tak jatuh. Mengapa ia mengatakan ini? Apa ia hanya merasa bersalah karena membuatku celaka?

"Maafkan aku kesannya terburu buru. Aku.. aku hanya ingin dirimu segera mengetahui ini."

Aku kemudian menundukkan pandanganku dan memainkan kuku kuku jari tanganku. Menatap wajah Ryuu dari lirikan mata.

"Bagaimana soal ini?"

Aku menghela nafas panjang

"Ryuu, perlu kau ketahui bahwa selama ini pertemanan kita baik baik saja. Bahkab lebih ringan dan asyik. Kita begitu dekat sedekat langit dan bumi, begitu akrab layaknya sobat yang telah lama tak bersua. Tapi, apakah karena kau kasihan kepadaku kamu lakukan ini?"

Ryuu menggeleng spontan.

"Tidak, ini murni karena aku benar benar mencintaimu"

Aku kembali menunduk menahan air mata yang jatuh. Akankah menjadi secepat ini?

Aku mendongak kemudian mengangguk. Ryuu berusaha memelukku pelan dan aku kemudian menatap wajah Ryuu yang terbalut perban

"Terimakasih Az"

Aku mengangguk mengiyakan.

Sejak hari ini , aku dan Ryuu menjadi dekat, semakin dekat dan makin dekat lagi. Memulai kisah awal yang indah yang kusemogakan menjadi kenyataan hidup indah pula.

###
Holaa gaisss! Maybe ini terakhiran yaa:)

Thanks bgt buat yg udah support dgn baca, vote dan komen. Thanks juga para motivator kesayanganku.

Nantikan kelanjutan kisahnya di MATCHALATTE okee💕💕

Human Pancake [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang