Seorang laki laki bertampang kalem dengan postur tubuh tinggi tegap, rambut yang menutupi sebagian matanya dan matanya yang berwarna coklat muda. Ya, Gin Katsuragi namanya. Akrab disapa Gin dan track record sudah sebanyak 2x dia pindah sekolah karena sikapnya yang urakan dan mungkin meresahkan.
Usia 18 tahun masih duduk di kelas 2 SMA, tinggal bersama Ibu dan seorang adik perempuannya. Ayahnya telah lama bercerai dengan sang ibunda. Mungkin karena itulah kepribadian keras dalam diri Gin terbentuk.
Kurang lebih itu yang kudapatkan setelah hampir 2 jam aku berbincang dengannya. Meskipun ibuku menelponku beberapa kali karena perawat yang menanyai keberadaanku.
"Hari ini ibumu bekerja?"
"Heem" ujarnya
"Kenapa kamu pindah sekolah?"
"Karena aku ketahuan merokok lebih dari 3x di sekolah. Padahal aku pikir merokok adalah hak semua orang"
"Tapi peraturan adalah peraturan bukan?" Ujarku
Ia menoleh padaku
"Hei, aku berhutang jus mangga padamu. Kemarin aku menghabiskan sisa jus manggamu di meja"
"Hah? Kenapa??"
"Kamu tahu? Kalau makanan dibuang, nanti ia menangis padamu."
Kata katanya yang terdengar seperti seorang ibu yang sedang memberitahu anaknya bahaya membuang buang makan minum. Namun itu begitu menohok padaku karena aku merasa bahwa aku terlalu sering membuang buang makanan.
"Oh iya, maaf kemarin aku tak sengaja menabrakmu dan pacarmu"
"Pacarku?"
"Ya, laki laki yang duduk didepanmu. Yang mengemudikan motor. Aku kemarin buru buru karena mendengar ibuku sakit dirumah. Jadi mobil didepanku benar benar menghalangiku"
"Oh, dia bukan pacarku. Hanya, teman mungkin"
"Oh ya, apa luka itu sakit?" Ujarnya menunjuk pipiku
"Tidak sesakit luka lukamu."
Ia memalingkan wajah. Kemudian hening. Aku berpamitan untuk kembali ke ruanganku. Rencananya memang hari ini aku sudah boleh pulang kerumah.
"Hei"
Aku menoleh
"Siapa namamu?"
"Azumi Masayoshi"
"Senang berkenalan denganmu"
Kulempar senyum tipis padanya kemudian bergegas kembali ke ruanganku.
...
"Darimana saja kau ini ? Kau pikir ada dirumah sampai kau bebas berkeliaran."
"Aku habis menemui si penabrak. Dia murid baru di sekolahku."
Aku menceritakan cerita hidup Gin pada ibu. Ibu hanya diam dan tak mengomentari apapun.
"Tapi meski begitu tetap saja ia salah bukan?"
"Yaa.. tapi entahlah, aku kasihan padanya"
"Ah sudahlah! Terlalu lembut kamu ini."
Aku menghela nafas panjang dan kembali membantu ibu membereskan barang barangku yang dibawa selama dua hari aku dirawat. Ya meskipun perban masih melekat di tubuhku, aku tidak masalah soal itu.
"Ibu pulang duluan saja, Ryuu belum ada yang menunggui"
"Ayah ibunya belum kembali?"
"Heem"
"Ya sudahlah. Jangan pulang malam malam. Lukamu masih harus diobati"
Aku menyatukan ujung telunjuk dengan jempol tanganku mengisyaratkan 'oke'. Kemudian ibu benar benar pergi.
Kutarik kakiku melangkah ke ruang rawat Ryuu. Kebetulan saat aku sampai, seorang perawat tengah mengganti infus Ryuu juga membersihkan darah yang menyumbat selangnya.
Tok! Tok!
"Masuk!"
"Hai"
"Oh si pendek. Ayo kemari. Lihat apa yang sedang tuan die Krankenschwester"
"Hah? Kau bicara apa?"
"die Krankenschwester"
"Apa itu?"
Dia mendengus kemudian menunjukkan matanya pada si perawat.
"Perawat?"
"Ya begitulah. Itu bahasa baruku"
Setahuku gaya bahasa seperti itu biasa digunakan dalam bahasa Jerman. Dan memang benar ketika kupastikan lagi pada Ryuu memang itu bahasa Jerman.
"Kapan kau belajar?"
"Sejak 2 hari lalu"
Kebingungan melanda. Entah ia belajar darimana. Setahuku di sekolah tidak ada pelajaran bahasa Jerman. Bahkan kamusnya pun ia tak punya.
"warum siehst du verwirrt aus?"
(Kenapa kamu terlihat bingung?)"Jangan gunakan bahasa itu"
Dia tertawa terbahak bahak. Kemudian si perawat pamit pergi dari ruangan Ryuu.
"Kapan ibumu kembali?"
"Entahlah, apa kau keberatan menungguiku?"
"Ya, aku keberatan"
"Yasudah aku berikan keringanan"
"Apa?"
"Hanya keringanan. Katamu kan kamu keberatan"
"Sialan"
Aku kemudian menceritakan tentang Gin pada Ryuu. Berharap ia akan memaafkan Gin yang sedang terburu buru itu. Tapi entahlah Ryuu menyimak tapi seolah tak acuh dan tak peduli soal itu.
"Bagaimanapun kehidupannya. Aturan adalah aturan. Jangan hanya karena dia terburu buru dia begitu seenaknya."
"Jangan begitu! Dia juga melakukan itu karena suatu alasan"
"Lalu kau pikir aku mengantarmu pulang tanpa alasan?"
"Apa?"
"Tidak"
"Katakan lagi?"
"Tidak"
Ryuu benar benar membuatku kebingungan.
###
Hai gaess kebayang gak tuh bang Gin macam apa?? Ganteng bet pastii wkwkMon maap ini chapt pendek:'
Itu si Ryuu ngomongin apasi gapaham dd:(
Saksikan kelanjutannya hanya di chapter berikutnya😄
Enjoy Reading💕💕

KAMU SEDANG MEMBACA
Human Pancake [TAMAT]
RomanceRyuu selalu bersikap kasar pada Azumi. Ia selalu menganggap bahwa apapun keadaannya Azumi adalah yang tertindas, Azumi harus selalu bersalah untuk Ryuu. Bagi Ryuu, Azumi adalah manusia paling ceroboh di dunia. Namun Azumi selalu membalasnya dengan k...