AKIBAT

18 4 0
                                    

     Di malam harinya, seperti biasa aku main handphone. Sudah jadi kebiasaanku main jam segituan. Sehari aku hanya diberi waktu main 30 menit, itu pun hanya sekali pakai aja.

      Sebenarnya sedih sih.. tapi ya.. gak apa lah. Selama itu buat kebaikanku.

     Saat sibuk banca manga, tiba tiba muncul pesan di Flybook. Dari Yama.

Yama: Aku tau Flybooknya Tenshi Yume.
Aku: Kamu udah berteman sama dia??
Yama: Belum sih..
Aku: Ehm.. di kelasmu ada yang tau aku gak?
Yama: Emang kenapa?
Aku: Gak ada sih.. soalnya kan aku pendiam.
Yama: Kamu?? Pendiam??
Aku: Hei kalau sama yang gak dekat ya! Terus maksudmu apa?!
Yama: Nevermind.
Aku: Apa tu artinya?
Yama: Nevermind is mind #Haha..Kamu kan pintar B.inggris
Aku: Tapi aku gak tau.
Yama: Lupakan.
Aku: Jelasinlah.. anak gamers kan pasti tau..
Yama: Kata siapa aku anak gamers??
Aku: Kataku lah~ hahaha.. hobimu kan main game.
Yama: Pikir dulu dalam pelajaran Bahasa Indonesia, main game itu bukan hobi! (Mengirim emoticon mengejek)
Aku: (kesal, langsung off)

~*~

     Di pagi hari yang cerah ini, aku melangkahkan kakiku keluar dari rumah. Menyusuri jalan setapak yang beralaskan batu batu yang disusun rapi. Pagar pagar hidup turut meghiasi jalan setapak yang kulalui. Begitu juga pohon pohon yang rindang.

     KRIING KRIING!!! Sebuah bel sepeda nyaring berbunyi di telingaku, tampaknya seseorang yang mengedarai sepeda persis di belakangku. Aku tersentak dan menoleh ke belakang.

"Yama.." aku menyipitkan mataku dengan ekspresi bicara datar, serasa memegang tas tenteng ungu violet di tangan kananku.

"Yo! Ayo berangkat!" Kaki Yama masih menahan berdirinya sepeda. "Kazumi! Ayo naik! Duduk di belakangku!" Yama mengayunkan tangannya, bermaksud untuk mengajakku.

"Enggak ah.." Aku buang muka. Malas rasanya mau dibonceng sama Yama. Karena aku belum pernah dibonceng sama laki-laki sama sekali. Selain itu aku kan canggung.

WUSSHH!
Tiba tiba Yama menyolong tas tentengku. Dia bawa lari tas tentengku sambil mengayuh sepeda kuat kuat, agar aku tak bisa mengejarnya. Dari jauh tampak ia menoleh ke arahku yang tertinggal di belakang sambil menjulurkan Lidahnya.

Anata Wa Hitori JanaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang