Aku tebak kalian pasti sudah mengetahui namaku, bukan? Yap! Benar aku adalah Marsha Houten aku adalah anak tunggal dari Melinda Houten dan Petriks Houten. Hidupku tidak pernah kekurangan. Baik dari segi harta maupun teman.
Apakah kalian tahu? Aku ini adalah anak dari salah satu pengusaha terkaya di kotaku.
Hal itu sudah sangat jelas, karena ayahku seorang pengusaha sayuran terbesar di kota ini. Jangan salah dengan tempatku tinggal, kotaku ini sangat besar tahu! Besarnya sebesar pulau Jawa. Kalian ingin tahu itu dimana? Kepo sekali kalian! Hahaha...
Kehidupan yang menurut orang lain sempurna itu nyatanya tidak untukku. Meski bergelimang harta aku tidak cukup baik merawat tubuhku. Terutama wajahku.
Tidak tahu kenapa, aku sangat malas sekali hanya untuk pergi ke salon. Aku lebih memilih menghabiskan waktuku untuk jalan-jalan mengelilingi dunia.
Aku seumuran dengan pelayanku——maksudku sahabatku yaitu, Ayana. Semenjak SMA kami memilih untuk tidak satu sekolah. Bukan kami sih yang minta. Maksudnya aku.
Aku tidak mau terus bergantung pada Ayana. Ketika orang membullyku, Ayana lah yang selalu membelaku mati-matian. Di dunia ini rasanya tidak ada yang percaya bahwa aku majikan dan dia bawahan.
Justru, karena penampilanku ini, membuat orang berpikiran bahwa aku adalah babu dan Ayana adalah majikan. Sekejam itukah dunia ini?
Samar-samar, aku selalu melihat Ayana tengah mempersiapkan segala keperluan sekolahku di pagi buta. Ayana memanglah gadis yang sangat baik, pantas saja jika orang-orang sangat menyukainya.
Entah kenapa dengan diriku ini. Aku jelek, arogan, sombong, dan egois. Tapi, karena kekayaanku ini aku memliki banyak teman yang berstatus tinggi sama sepertiku.
Sayang sekali, belum ada satu pun lelaki yang mau aku jadikan pacar. Ya! Aku sangat tidak percaya diri dengan diriku. Tiap kali aku membawa lelaki ke rumah, dia selalu melirik Ayana yang giat bekerja dibanding diriku. Oleh karena itu, lelaki itu selalu tergila-gila pada Ayana dan tidak jadi mencintaiku. Miris bukan?
Tapi kali ini berbeda. Aku punya teman seangkatan yang lebih tua dua tahun dariku. Hal itu terjadi karena dia pindah sekolah saat kelas 10. Bukannya naik ke kelas 11 dia malah ikut lagi bergabung dengan kelas 10.
Dia sangat manis, murah senyum, dan selalu baik padaku— ralat maksudku pada semua orang. Hanya dengan hal itu cukup membuatku terlalu menaruh hati padanya. Aku sadar aku tahu diri. Karena dia adalah lelaki tampan idaman para gadis dan wanita di luar sana.
Matanya hijau, hidungnya runcing dan bangir, rambutnya sedikit cokelat. Dan dia sangat ... macho!
👑👑👑
Pagi di hari senin, aku berangkat diantar supir pribadiku. Aku sudah muak ketika berangkat bareng dengan Ayana menaiki angkutan umum. Sejelek apakah diriku ini? Sehingga pak supir mengusirku dan menganggapku hama.
Aku juga pernah nekad pergi sendiri naik angkutan umum seperti Ayana. Nahas, aku justru malah merugikan pak supir. Orang-orang yang akan naik angkutan umum mendadak tidak jadi naik ketika menatapku. Merasa bersalah dengan hal itu, aku memberikan uang lebih padanya.
Hari ini cukup cerah hanya untuk sekedar upacara bendera. Amanat dari pembina upacara begitu membosankan untukku. Tapi, tidak lagi ketika aku melihat Jimmy—orang yang aku ceritakan tadi—berdiri dengan pipi kemerahannya tengah berdiri di bawah terik matahari. Dia menjadi petugas upacara kali ini. Hal itu mampu membuatku tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terlalu Cantik vs Terlalu Jelek [END]
Romance#3 in Jelek (10-06-19) #2 in Taruhan (11-01-20) #1 in Taruhan (01-02-20) CERITA END PROSES REVISI Takdir memanglah sangat adil. Ayana Pyhtaloka. Seorang gadis berparas cantik bak bidadari, dan memiliki segudang bakat. Karismatik seorang Ayana selalu...