—6 tahun kemudian—
"Pak! Tolong panggilkan saya manajer Farel ke sini!" perintahku pada OB yang lewat.
"Baik Bos akan saya panggilkan." OB itu berlari pelan mencari keberadaan Farel—manajerku—yang sedang berada di ruang kerjanya.
Hari ini adalah hari yang sial untukku. Aku harus mengadakan meeting, tapi sialnya berkas yang sudah aku susun untuk dipersentasikan malah tertinggal di rumah.
Tidak ada pelayan yang tahu di mana berkas itu disimpan. Ayana juga sedang bekerja. Pada siapa aku harus meminta tolong?
Tidak mungkin kepada peta, kan. Aku tidak sebodoh yang kalian kira. Itu hanya ada di film kartun. Peta yang sebenarnya hanya bisa menunjukkan rumahku saja, mungkin.
Argh ... ini bukan waktunya untuk bercanda, Marsha. Aku harus buru-buru kembali.
Sudah enam tahun terakhir aku jarang menemui Ayana. Karena dia mencari kosan untuk tinggal dekat dengan perguruan tingginya. Dan sekarang dia sudah bekerja di sebuah perusahaan koran.
Memilih jalan yang berbeda dengan Ayana,
Di sinilah aku berada. Sekarang aku harus menjadi pengganti ayahku, sebagai seorang CEO di salah satu perusahaan kecil milik ayah. Aku masih proses belajar karena baru beberapa bulan aku diangkat menjadi CEO di sini.
Menjadi Presiden Perusahaan itu memang merepotkan. Banyak berkas yang harus aku urus tiap harinya. Itu bertolak belakang dengan diriku yang biasanya malas-malasan dalam mengerjakan tugas. Kaum rebahan sepertiku rasanya tidak sanggup diberi tugas segunung. Jika saja aku bisa meminta aku ingin selalu menjadi remaja atau anak kecil tanpa beban.
Ini sudah enam tahun berlalu, tentu saja aku menjadi lebih mandiri tanpa ada bantuan Ayana. Tapi hari ini hari sialku bukan disengaja aku meninggalkan berkasku.
Ini pertama kalinya aku harus memimpin pertemuan. Tapi berkas yang aku susun tertinggal. Aku terpaksa mengerahkan semuanya pada Farel—manajerku—terlebih dahulu sementara aku harus pulang untuk mengambil berkas.
"Ada apa memanggil saya, Bos?" Lelaki bernama Farel itu tiba-tiba sudah berada di sampingku ketika aku sedang menunggunya di luar ruanganku.
"Begini ... berkas yang harus aku presentasikan tertinggal di rumah. Aku ingin kamu memimpin rapat terlebih dahulu sementara aku pulang dan mengambil berkas itu."
"Baik Bos! Kalau begitu saya permisi."
Akupun bergegas berlari ke lantai bawah. Hari ini aku di antar supirku Pak Aron. Aku tidak membawa mobil. Tapi di jam ini Pak Aron sedang mengantar mamaku. Dengan terpaksa aku harus menaiki taxi.
Aku melambaikan tanganku saat di luar kantorku. Taxi langsung datang dan memarkirkan diri dekat denganku. Aku pun menaiki taxi itu.
"Pak, kediaman keluarga Houten ya!" kataku begitu memasuki taxi.
"Wah ... Ibu ini siapanya ya? Beruntung ya Ibu bisa jadi pembantu di sana," kata pak supir sembari menjalankan taxinya.
Aku melotot pada supir. Nampak jelas pada kaca spion yang ada di depannya. "Bapak jangan sembarangan ya kalau ngomong. Mentang-mentang saya jelek Bapak jadi seenaknya bilang saya pembantu gitu?"
![](https://img.wattpad.com/cover/187027916-288-k329695.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Terlalu Cantik vs Terlalu Jelek [END]
Romance#3 in Jelek (10-06-19) #2 in Taruhan (11-01-20) #1 in Taruhan (01-02-20) CERITA END PROSES REVISI Takdir memanglah sangat adil. Ayana Pyhtaloka. Seorang gadis berparas cantik bak bidadari, dan memiliki segudang bakat. Karismatik seorang Ayana selalu...