Author- 17

636 30 3
                                    

Suasana kafe malam itu cukup sepi. Orang-orang yang singgah dan makan di sana atau bahkan sekadar nongkrong hanya bisa dihitung dengan jari. Hanya lantunan lagu yang klasik, mampu menenangkan siapapun yang diam di sana. Jangan khawatir bagi manusia yang sedang dilanda kegundahan, kafe ini juga menyediakan tisu lembut dan ruang khusus menangis.

Berbeda dengan dua wanita itu. Marsha dan Meli. Wanita double M itu tengah berbincang-bincang dengan serius. Sesekali Meli meneguk wine yang sengaja ia pesan, sementara Marsha hanya minum milkshake  rasa vanila.

"Jadi, apa yang kamu ingin tanyakan padaku?" tanya Meli memulai percakapan.

"Apakah sebelumnya Jimmy sudah mengenal Ayana?"

Meli memakan salad buahnya, lalu ia telan. "Ya, kau benar. Bahkan Ayana mengenal Jimmy jauh sebelumku."

Raut wajah bingung langsung terpasang pada Marsha. Namun, ia menyembunyikannya sehingga sedikit tak nampak.

"Benarkah? Tapi, kenapa ia tidak mau memberitahuku. Padahal, sedari SMA dia sudah bertemu Jimmy."

"Ayana tidak mau menyakitimu, dia juga tidak mau menyakiti Arthur. Makannya ia tidak pernah mengatakannya padamu."

"Benarkah begitu? Sepertinya itu tidak segampang itu. Apakah ada hal lain?"

Meli kembali meneguk minumannya itu, sudah beberapa gelas ia habiskan. Dan itu membuatnya linglung, namun masih bisa berbicara dengan jelas.

"Banyak sekali hal yang tidak kau ketahui, Marsha. Pertama, Ayana adalah tunangan Jimmy. Kedua, Jimmy rela melakukan taruhan demi Ayana."

Marsha nampak terbelalak kaget. Ia tak pernah percaya bahwa Jimmy, laki-laki yang ia cintai sudah memiliki tunangan. Dan lagi, apa maksud taruhan itu? Hal itu begitu menumpuk di pikiran Marsha.

"Baiklah, akan aku jelaskan. Ayana itu teman kecilnya Jimmy. Mereka sudah jatuh cinta sedari kecil. Tapi, karena penyakit tifus yang diderita Jimmy, membuatnya terpaksa pindah dan melakukan berobat jalan."

"Lalu ... taruhan itu?" tanya Marsha begitu penasaran.

"Baiklah ... baiklah, ini juga akan aku jelaskan."

Flashback Meli Pov

Siang itu, ketika kami sudah berada di smester akhir masa kuliah, aku dan Jimmy tengah berbelanja di sebuah mall dekat kampus.

Jimmy dan aku memasuki sebuah toko sepatu. Awalnya kami hendak ke toko baju setelah dari toko sepatu, namun ketika kami akan ke toko baju ia menghentikan langkahnya. Ia begitu mencekal erat tanganku.

"Ada apa, Jimmy? Ada hal yang salah?"

"Tunggu, Mel. Itu di sana ...," kata Jimmy sembari menunjuk arah toko kosmetik.

"Apa?!" tanyaku setengah berteriak.

"Ayana."

Jimmy pun hendak melangkahkan kakinya, melepaskan pergelangan tanganku. Tapi, aku segera menahannya.

"Jangan! Kamu sedang bersamaku, aku tidak mau kamu berpaling pada wanita lain!"

Jimmy malah melotot padaku. "Kamu tidak tahu? Itu wanita yang selama ini aku bicarakan, Meli."

"Aku tahu," jawabku cepat. "Tapi, kamu hanya akan jadi orang ke-3 jika ke sana," lanjutku sembari menunduk, menggigit bibir bagian bawahku.

"Oh ... ayolah, Meli. Aku mau mengambil taruhanku," katanya memelas. "Kamu jangan bersedih."

"Apa maksudmu dengan taruhan itu?"

"Bukankah aku sudah mengatakannya dulu?"

"Tapi, aku lupa," ucapku lirih. "Ayolah, Jimmyku, ceritakan lagi semuanya padaku!"

Terlalu Cantik vs Terlalu Jelek [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang