Aku tengah menunggu dengan bosan di ruang tamu perusahaan Houten. Sesekali aku berjalan, memandang kota dari lantai yang cukup tinggi ini.Aku pun melihat jam tangan yang melingkar pada arlojiku, ini sudah setengah jam. Tapi, dia tidak muncul juga.
Krek!
Suara pintu dibuka terdengar. Akhirnya aku berbalik dan kembali duduk di sofa yang tersedia.
"Hanya untuk bertemu dengamu saja harus menghabiskan waktu setengah jam. Sesibuk apa, sih kamu?" tanyaku dengan nada sedikit emosi.
"Tadi ada sedikit kendala. Jadi, aku terpaksa membuatmu menunggu," jawabnya santai.
Ia duduk di sofa yang berhadapan denganku sembari mengikat rambutnya yang sedari tadi terurai.
"Perasaanku saja, atau memang kamu ... ada sedikit perubahan?"
Dia tertawa reflek ketika aku melontarkan pertanyaan itu. Setelah mengikat rambutnya, ia meneguk kopi yang memang disediakan untuk dua orang di atas meja.
"Kamu bisa saja. Kamu benar, aku sekarang melakukan perawatan."
"Pantas," gumamku.
"Baiklah ... baiklah. Ada maksud apa seorang Aldi bertemu denganku di jam-jamnya seseorang harus bekerja?"
Aku pun tersenyum menyeringai. "Jangan berpura-pura bodoh, Marsha. Aku tahu kamu bodoh. Tapi, mana mungkin kamu tidak mengerti dengan kedatanganku."
"Kamu itu niat memuji, menghina, atau apa? Aku ini perempuan pintar, tahu."
"Sudahlah. Aku sudah tahu bagaimana cerita busuk Jimmy itu. Lain kali, perhatikan dulu sekelilingmu sebelum bercerita."
"Benarkah?" tanyanya pura-pura terkejut. "Lalu, apakah kamu akan memberitahu semua ini pada Ayana? Syukurlah, kamu lebih cepat untuk menyingkirkannya."
Lagi-lagi aku tersenyum menyeringai. "Sepertinya, ini adalah kesempatanku untuk mendapatkan Ayana juga. Mau bekerja sama denganku?" Aku menawarkan diri.
Marsha hanya tertawa sinis, kemudian beranjak dari tempat duduknya. Kini ia berdiri di depan kaca apartemen.
"Apa yang bisa kamu bantu untukku?"
Aku pun mengikutinya dan berdiri di sampingnya.
"Jika hanya merangkai cerita tanpa bukti, maka itu tidak akan berhasil. Tapi, jika kamu bercerita dengan bukti ... itu semua pasti berjalan lancar."
Ia pun mulai terpancing dengan tawaranku. Kini, ia menatap diriku. "Sungguh licik!" serunya. "Bagaimana jika kita tidak menemukan bukti itu?"
"Maka, kita akan memanfaatkan Ayana."
Marsha kembali tertawa sinis. Ia berjalan mondar-mandir, seperti nampak sedang berfikir.
"Baiklah. Apa rencanamu? Mari kita membahas rencana untuk menemukan barang bukti itu."
"Tentu saja."
Kami pun kembali duduk di sofa, dan mulai membahas rencana untuk menemukan barang bukti.
👑👑👑
Ketika para karyawan tengah sibuk dengan pekerjaannya, Marsha mulai melancarkan aksinya. Ia mengirimkan seseorang, untuk berpura-pura ingin berbicara dengan Jimmy. Untuk memancing Jimmy agar pergi meninggalkan ruang kerjanya, bawahan Marsha akan mengajaknya untuk pergi ke luar kantor.
Kesempatan ini langsung dimanfaatkan olehku. Dengan sigap, aku langsung segera pergi ke ruang kerja Jimmy di lantai tiga.
Bersyukur rasanya, pintunya tidak dikunci. Aku pun dengan leluasa memasuki ruang kerjanya, karena CCTV sudah diretas sebelumnya. Oleh siapa diretas? Yang pasti, uang yang membuatnya bisa seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terlalu Cantik vs Terlalu Jelek [END]
Romansa#3 in Jelek (10-06-19) #2 in Taruhan (11-01-20) #1 in Taruhan (01-02-20) CERITA END PROSES REVISI Takdir memanglah sangat adil. Ayana Pyhtaloka. Seorang gadis berparas cantik bak bidadari, dan memiliki segudang bakat. Karismatik seorang Ayana selalu...