Marsha- 16

681 31 4
                                    

Sore hari setelah moodku hancur, Arthur mengajakku ke salon kecantikan. Untuk apa? Dia bilang, "Jika kamu ingin mendapatkan cintamu, maka rubahlah penampilanmu dulu."

Sungguh, itu adalah kata-kata yang menggetarkan hatiku. Dengan jantung terus berdetak, aku memasuki salon mewah yang terletak dekat dengan tempat roti Arthur.

Kami langsung disambut dengan ramah oleh para pelayan salon. Ya, tentu saja penampilan mereka cantik-cantik. Beda pokoknya kalau dengan diriku.

"Selamat datang, Arthur. Sudah lama tidak ke sini membawa pacarmu," seru seorang wanita dengan dandanan nyentrik, alis badai, dan selera fashion tinggi.

"Selamat sore, Fia. Aku ke sini, bersama temanku. Namanya Marsha," kata Arthur memperkenalkanku.

Wanita bernama Fia itu langsung menyapaku dan menyalamiku dengan senyuman elegan. "Marsha Houten," kataku memperkenalkan diri.

"Jadi, apa yang membawamu ke sini, Arthur?" tanya Fia to the point.

"Hanya satu permintaan. Tolong rubahlah temanku ini menjadi cantik," bisiknya pelan.

"Itu memang sudah tugas kami. Ini pasti akan sangat lama, sebaiknya kamu berjalan-jalan dulu ke butik sebelah. Baju di sana sangat cocok untuk tubuh cukup sempurna milik Marsha ini."

Arthur langsung menepuk bahuku. "Ikuti apa kata Fia, dia temanku. Aku akan membeli beberapa pakaian untukmu," katanya kemudian langsung pergi ke luar salon.

Fia mempersilakanku untuk ikut dengannya. Pertama, yang akan ia lakukan padaku adalah creambath. Setelahnya, aku akan melakukan pijat, makseran wajah, smoothing, dan sedikit pembelajaran mengenakan make up sesuai dengan kegiatan.

Kini aku tengah menengadah, melihat langit-langit sementara rambutku dibilas. Sesekali Fia mengajakku mengobrol tentang masalah kecantikan, fashion, dll. Cukup mudah dipahami, tapi agak rumit. Masalahnya, tak biasanya aku mengenakan pakaian sesuai kebutuhan. Mau pakaian bermerk atau pun tidak yang penting nyaman, itu yang akan aku kenakan.

Setelah creambath rambutku langsung dikeringkan dulu mengenakan handuk, lalu dikeringkan oleh hair dayer. Rambutku dia tata sebagus mungkin, hingga kini aku memiliki ikal di bagian bawah.

Aku langsung dibawa ke sebuah ruangan, untuk melakukan pijat dan mengenakan masker wajah. Sungguh membuatku rileks. Kalau tahu, hal ini sangat seru dilakukan aku akan ke sini dari dulu sekali.

Sembari menunggu masker kering, aku dipaksa untuk tertidur rileks beberapa menit. Bukan tidur asli, melainkan memejamkan mata karena mataku diberi dua potong timun.

Biarkanlah aku merasakan ketenangan sejenak sembari menghirup aroma kopi di ruangan ini yang begitu menggoda.

👑👑👑

Semuanya kini usai. Fia memoles wajahku, dan merombak diriku habis-habisan. Di depan cermin, aku bahkan tidak mengenali diriku sendiri. Aku memegang bagian pipiku dan bertanya-tanya, "Benarkah ini aku?"

"Iya! Kau benar, ini dia kau yang sebenarnya," kata Fia setentah berteriak.

Aku pun langsung memeluk Fia dan mengucapkan terimakasih berkali-kali. Ini adalah salah satu kesempatan untuk mendekati Arthur, dan membuktikan pada dunia bahwa akulah anak tunggal dari keluarga Houten. Aku bukan pembantu, aku bos, aku anak orang kaya, aku sempurna, namun selama ini aku tidak pernah menggali permata yang selama ini tertimbun dalam diriku.

Aku pun melepaskan pelukanku dari Fia. Kemudian hendak menelpon Arthur, namun langkahku terhenti ketika melihat seorang wanita yang tidak asing bagiku.

Terlalu Cantik vs Terlalu Jelek [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang