Beberapa bulan kemudian.
Seorang wanita paruh baya yang tak lain adalah ibunya Ayana tengah membantu anaknya itu mengemasi pakian-pakiannya ke dalam koper. Sementara Ayana tengah sibuk merias rambutnya.
Ibunya nampak cemas setelah menutup koper itu. Ia berdiri di belakang Ayana dengan wajah kusut.
"Kamu yakin sudah sembuh 100%? Ibu khawatir akan terjadi sesuatu di sana. Hawaii itu sangat jauh, bahkan Ibu tidak tahu seperti apa rupanya."
Setelah selesai merias rambutnya Ayana berdiri, menatap ibunya sangat dalam. "Ini sudah beberapa bulan. Aku sudah sembuh, Bu. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan aku aman bersama teman-temanku, Bu."
"Tapi mereka pernah jahat sama kamu!"
"Orang jahat bukan berarti enggak bisa baik, Bu. Kayaknya mereka ga jahat, cuman kejadian dulu itu hanya ujian buat Ayana."
Ibu Ayana nampak memelas lesu. Kesedihan nampak tersirat jelas di wajah Ayana. Ia sama sekali tidak tega jika harus meninggalkan ibunya dengan raut kesedihan seperti itu.
"Jika Ibu khawatir padaku, Ayana ga bakal ikut."
Tin ... tin!
"Di bawah mereka udah datang. Kalau begitu Ibu tunggu, Ayana mau bilang." Ayana hendak membuka pintu kamar, namun Ibunya mencegahnya.
"Jika itu bisa buat Ayana bahagia, pergilah. Jaga diri baik-baik."
Mata Ayana berkaca-kaca. Ia memeluk ibunya dengan erat lalu membawa koper keluar rumahnya.
"Koper itu pasti berat, biar aku yang membawanya untukmu." Arthur dengan sigap membawa koper Ayana untuk diletakan di dalam bagasi.
Ayana nampak terkejut karena kopernya diambil paksa. Sekali lagi ia berpamitan dengan ibunya, lalu berjalan menuju mobil yang pintunya sudah dibukakan oleh Jimmy.
"Silakan masuk!"
Hendak Ayana mau memasuki mobil bagian depan, Arthur sudah mencegahnya.
"Sebaiknya kamu duduk di belakang. Duduk di depan tidak baik untuk kesehatanmu," kata Arthur menatap Jimmy tajam dan dibalas senyuman menyeramkan dari Jimmy.
Ayana tidak tahu apa-apa. Ia hanya menurut dan duduk di bagian belakang sementara di depan Arthur dan Jimmy seperti sedang bersaing dengan sengit.
"Oh iya, dimana Aldi dan Marsha?" tanya Ayana ketika mobil sudah melaju.
"Mereka sudah terlebih dahulu di bandara. Sebaiknya kamu jangan menganggu mereka yang sedang kasmaran," kata Arthur sembari mengedipkan sebelah matanya.
Ayana hanya membalas dengan anggukan dan mulut membentuk huruf O.
"Ayana kalau bosan bisa makan cemilan yang ada di bagasi," kata Jimmy sembari fokus menyetir, matanya melirik lewat spion.
"Oke." Ayana mengambil plastik berisi cemilan. Ia menatap bosan ke luar jendela sembari mengunyah makanan ringan.
Jalanan kali ini tidak semacet hari biasanya, karena itulah tidak butuh waktu lama untuk sampai ke bandara.
Setelah mobil diparkirkan, Arthur dan Jimmy berebut membukakan pintu untuk Ayana. Melihatnya saja membuat Ayana kesal, iapun turun dari mobil mengambil barangnya sendiri mengabaikan Arthur dan Jimmy yang tengah bersaing.
"Ayana tunggu!" teriak Arthur. "Ini semua gara-gara kau!" Arthur menunjuk Jimmy lalu berlari mengejar Ayana.
Jimmy tidak mau kalah. Ia juga berlari mengejar Ayana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terlalu Cantik vs Terlalu Jelek [END]
Romance#3 in Jelek (10-06-19) #2 in Taruhan (11-01-20) #1 in Taruhan (01-02-20) CERITA END PROSES REVISI Takdir memanglah sangat adil. Ayana Pyhtaloka. Seorang gadis berparas cantik bak bidadari, dan memiliki segudang bakat. Karismatik seorang Ayana selalu...