Cooperation Plan

26 15 3
                                    


Setelah pulang dari El Tust, mereka memutuskan untuk beristirahat akibat peperangan yang telah mereka lakukan.

Keesokan harinya, Komandan Jex datang ke markas Guardian Squad untuk membicarakan peperangan yang telah terjadi.

"Ohh kau, silahkan duduk komandan!" kata Professor Smith.

"Terimakasih." jawab komandan Jex.

"Jadi bagaimana suasana di El Tust?" tanya Professor Smith.

"Ya baik-baik saja. El Tust sudah kita steril kan. Sebagian dari tahanan disana juga sudah kami pindahkan." Jawab komandan Jex.

"Semua korban dan bangkai helikopter sedang kami evakuasi. Setelah selesai kami akan memulihkan tempat itu kembali." lanjutnya.

"Syukurlah kalo begitu." kata Professor Smith.

Tak lama kemudian, Roy datang menghampiri mereka berdua.

"Heiii, sudah lama kau disini?" kata Roy sambil menyalami komandan Jex.

"Yaa tidak terlalu lama." jawab komandan Jex.

"Silahkan duduk kembali." kata Roy.

Mereka bertiga pun duduk di ruang tamu dan membahas tentang pertarungan di El Tust.

"Mau minum apa tuan?" tanya Dove.

"Tidak usah repot-repot." jawab komandan Jex.

"Tak apa komandan." kata Roy.

"Tidak, aku tidak haus sekarang." jawab komandan Jex.

"Berikan dia sedikit perasan anggur" sahut Roy.

"Baiklah, Tuan." kata Dove lalu pergi.

"Jadi komandan kesini untuk membicarakan tentang El Tust setelah peperangan kemarin." kata Professor Smith kepada Roy.

"Ada yang ingin disampaikan lagi komandan?" tanya Roy.

"Jadi begini, melihat pertarungan kemarin, saya khawatir bahwa kita tidak bisa menandingi mereka. Terlebih lagi jika mereka menambah kekuatannya." kata komandan Jex.

"Mereka yang belum mempersiapkan pasukan dengan baik saja bisa menang, apalagi nanti." lanjutnya.

"Dan banyak pihak keamanan yang sudah gugur di medan perang. Aku khawatir pihak keamanan akan mengalami krisis pasukan." sambungnya.

"Ya, aku paham sekali tentang kondisi ini. Lalu kita harus bagaimana?" tanya Roy.

"Kita harus bersatu untuk melawan musuh bangsa." kata Professor Smith.

"Intinya, kita masih berada di bawah bayang-bayang teror Tuan Pandew." kata komandan Jex.

"Bagaimana caranya kita lepas dari bayang-bayang Tuan Pandew?" tanya Roy.

"Bekerja sama dengan pihak yang memiliki kekuatan setara dengan kita." jawab Tuan Pandew.

"Tapi siapa?!" tanya Roy yang bingung.

"Kau tenang saja, kakek tau harus berhubungan dengan siapa saja." jawab Professor Smith.

"Baiklah, kita harus membicarakan ini kepada semuanya." tuntas Roy.

Lalu, Roy mengumpulkan seluruh Guardian Squad di ruang meeting.

"Selamat siang semua nya, maaf jika saya mengganggu waktu kalian disini." kata Roy sambil melihat sekitar.

"Dimana paman?" tanya Roy setelah melihat sekitar.

"Evan sebentar lagi akan datang, dia sedang mengurusi Gorilla itu." jawab Alice.

"Lebih baik kita menunggu paman dulu, biar tidak ada siaran ulang." kata Roy.

Tak lama, Evan datang ke ruang meeting.

"Apa aku terlambat?" tanya Evan.

"Tidak paman, duduk lah." jawab Roy.

"Syukurlah, Gorilla itu masih butuh perhatian soalnya." kata Evan sambil duduk.

lalu Roy membuka rapat ini setelah Evan duduk.

"Ok, jadi gini, kekalahan kemarin bisa kita jadikan sebagai motivasi untuk bangkit." awal pembuka kata Roy.

"Tapi, kekuatan dari pihak Tuan Pandew bisa saja akan bertambah." lanjut Roy.

"Selama Tuan Pandew dan kawan-kawannya belum tertangkap, negara ini belum bisa dikatakan aman." kata Roy.

"Kau benar.." kata Evan.

"Kita harus mempersiapkan kekuatan dan kerja sama tim agar mereka terkalahkan." lanjut Evan.

"Tetapi itu semua tidak cukup." pangkas Professor Smith.

"Komandan Jex bilang bahwa kekuatan kita tidak cukup mengalahkan mereka." lanjut Professor Smith.

"Tapi kan kita juga dibantu oleh pihak keamanan seperti TNI dan Polri." kata Sam.

"Aku yakin kita bisa menang!" kata Joe.

"Apa yang dibilang Professor itu benar. Para pihak keamanan itu tidak luput dari ancaman kematian. Kemarin saja banyak sekali korban yang gugur di El Tust. Bagaimana jika kita kekurangan pasukan?" tanya komandan Jex.

"Belum lagi anak kambing (Porch) itu.." kata Evan.

"Nah, mereka pasti akan berkumpul dan bersatu. Kita pun juga harus seperti itu." kata Roy.

"Lalu kita harus bagaimana?" tanya Alice.

"Kita harus menghubungkan kerjasama dengan superhero Indonesia." jawab Professor Smith.

"Apa?!! Ternyata ada superhero selain kita? Itu gila!" kata Sam yang tidak percaya.

"Apa kau serius??" tanya Joe.

"Sangat serius!" jawab Professor Smith.

"Semoga saja kita bisa bekerja sama dengan baik dengan yang lainnya." lanjut Professor Smith.

"Tapi siapa?!" tanya Sam yang masih tidak percaya.

"Kita punya daftar siapa yang akan bergabung, dan kami membutuhkan suara kalian." kata komandan Jex.

"Baiklah, yang pertama kita akan ajak kerja sama adalah Colonial." kata kakek sambil mempresentasikan Colonial dengan hologram.

Colonial adalah superhero yang tinggal di Bandung. Dia memiliki ketangkasan dan kegesitan dalam bertarung. Colonial juga memiliki stamina bertarung yang sangat kuat.

"Nama asli dia adalah George Jackson. Dia berasal dari kerajaan Denmark. Tapi dia menolak menjadi penerus kerajaan tersebut dan memilih menjadi WNI." kata Professor Smith.

"Darimana kakek tau?" tanya Emily.

"Dia merupakan mantan murid kakek, saat kakek masih menjadi dosen." jawab Professor Smith.

"Apa keahlian dia kek?" tanya Alice.

Colonial memiliki kepandaian membuat robot dan senjata yang canggih. Dia memiliki sikap pemimpin dan militansi yang tinggi saat bertarung.

Dia memiliki Robot bernama Dunk. Dia (Dunk) Robot tangguh dan besar yang memiliki kekuatan energi laser yang dashyat. Dunk terbuat dari besi yang dilapisi almunium berwarna putih.

"Apakah kalian setuju dengan bergabungnya Colonial?" tanya komandan Jex.

Mereka nampaknya setuju dengan bergabungnya Colonial untuk melawan Devil Guard.

"Nampaknya akan bagus jika banyak yang bergabung untuk melawan Tuan Pandew." kata Evan.

"Selanjutnya siapa?" tanya Emily.

Guardian Squad : Beginning Of WarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang