(8)

133 29 2
                                    

Hay dolf,,,,,.
"Sahabat Tara menegurku."
"Gimana kamu sama Tara.?" tanya mereka kepadaku.

Hay Fika,,,Hay Greyt,,,

"Semua seperti biasanya". Jawabku.

"Gimana, kamu udah nembak Tara belum.?" tanya kedua sahabatnya.

"Hmmmm,,, sudah kok." Dengan keadaan sedikit cuek kepada sahabatnya.

"Buruan nembak sebelum ada yang naksir padanya. Pasti Tara terima kamu kok."

Dari raut wajah kedua sahabat Tara, kayaknya mereka setuju kalau aku sama Tara jadian. Aku yang sedikit cuek, tiba-tiba semangat saat mendengar ucapan tadi. "Pasti Tara akan terima nih" pikirku dalam hati.

"Yah sudah Fika, Greyt,, aku masuk kelas dulu." Makasih yah sebelumnya sudah memberitahuku.

Ingin aku bercerita pada sahabatku soal Tara, tapi aku masih ragu untuk menceritakan soal isi hatiku. Belum tentu mereka mendukungku. Seolah-olah aku sudah mengetahui jawaban mereka nantinya.

Ahh,,,,,,Biarlah,,,,
ini privasiku. Cukup aku, Tara dan sahabatnya yang tahu.

Selang dua hari berikutnya, aku kembali mengatakan cinta kepada Tara dan sangat berharap penuh Tara menerima cintaku ini.

"Besok yah jawabannya." kata Tara melalui SMS yang dibalasnya.
Lagi-lagi ini terjadi.

Ini sudah kali ke-3 dia melontarkan jawaban yang sama. Besok, besok dan besok.

"Permainan macam apa ini.?" aku hanya ingin dia mengucapkan kata "Ya" atau "Tidak" bukan Kata besok. 

"Pliss..... Jangan buatku gila hari ini." Sambil memohon kepada pintu kamarku.

Lalu aku membalas pesannya. "Ok baik.!"

***

Besoknya, aku menagih janjinya dan berharap penuh dia menerima cintaku.

Ohhhh tidakk.....!!!
Tara masih menjawab tidak. Jawaban ini mematahkan semangat yang begitu kuat hingga hati ini merasa kebal dengan rasa sakit sebelumnya.

"Tara,,, Aku selalu kuat meski seribu kali kamu menolak'ku, aku takkan pernah berhenti untuk meluluhkan hatimu."

Seperti biasa kejadian ini terus begini.
Tak butuh waktu yang lama, aku mengatakan cinta kepada Tara dan jawabannya masih tetap sama hingga kesekian kalinya ini terulang.

"Hingga akhirnya aku berada pada titik jenuh dan rasaku sedikit demi sedikit mulai berkurang."

Perlahan aku mulai meninggalkan perasaan dan harapan itu yang telah hampa. Biarlah semua itu terkubur oleh rapuhnya hati yang sedikit demi sedikit kau kikis. Dengan rasa kecewa, aku lupa dengan hati yang luka.

Waktupun terus berganti dengan sendirinya, aku menyibukan diri untuk kembali pada hobbyku. Mengambil gitar lalu memainkan lagu sesuai keadaan yang sedang terjadi.

Kini tibalah saat yang di tunggu-tunggu oleh para siswa-siswi untuk mengapresiasikan seni sesuai hobby mereka entah itu seni musik maupun drama.

Aku ikut serta dalam kegiatan tersebut. Bermain musik dan menyanyi di depan siswa/siswi membuatku terlihat keren saat itu.

Begitu serunya bahkan siswi-siswi dari kelas favorit sangat antusias ketika kami bernyanyi dan aku seperti orang yang memancarkan pesona seperti layaknya artist populer yang merasuki para fansnya yang sedang menikmati penampilan kami.

Saat aku bernyanyi, pandanganku sering tertuju kepada Tara yang sedang menonton saat itu. Aku tak tahu apa yang ada dibenak Tara. Mungkin aku terlalu "sok cool" atau apalah didepannya sehingga raut wajahnya begitu sinis.

Aku rasa sedikit sombong dengan kejadian tadi. Setelah selesai acara pentas seni, banyak siswi/siswi yang meminta untuk foto berdua denganku bahkan banyak juga yang meminta No HP'ku.

Hari itu aku merasa seperti artist band besar yang memiliki banyak penggemar dan ini seperti mimpi bagiku.

Tak lama akupun bergegas untuk pulang kerumah. Sesampainya dirumah tiba-tiba Hpku dibanjiri pesan dari Nomer-nomer baru. Sedikit heran dan aneh dengan pesan yang begitu banyak. Mereka hanya ingin berkenalan dan menanyakan apakah aku sudah memiliki pacar..

Rasa senang ini sungguh luar biasa. Tak menyangka bahwa aku yang dulunya lugu dan biasa-biasa saja kini makin banyak yang dekat denganku.

Sambil membalas pesan-pesan mereka,   tiba-tiba Tara mengirim pesan padaku

"kenapa pas nyanyi kamu melihatku terus menerus.? kata Tara yang tertulis di pesan.
"Pesannya begitu aneh."

"Apa..??" Melihatmu.?
"Sorry,,bukan dirimu yang aku lihat tapi dia, dia, dan dia." dengan menyebutkan nama siswi/siswi cantik yang ada pada acara pentas seni tadi.

"kamu makan aja mereka semuanya.!
Isi balasan Tara.

What.....?????
Makin tidak jelas pesannya....

"Kayaknya aku harus mengatakan cinta." Pikirku demikian.

"Maukah kau menjadi pacarku.?"
Aku mengirim pesan untuknya.

"besok aku akan kasi jawabannya."
Balasnya lagi.

Besok..??
Seperti drama dan aku merasa bosan ketika membaca pesan darinya.

"yang aku butuhkan sekarang bukan besok." lalu mengirim pesan ini.

"iya besok sja.!" Dia masih ngotot dengan perkataannya.

"Sudahlah, mending kamu jawab tidak supaya mulai hari ini aku tak akan mengganggu'Mu dan ini yang terakhir aku menghubungimu". Dengan penuh emosi aku mengetik pesan ini lalu mengirimnya.

Aku berjanji pada hatiku jika dia menolak cintaku, aku takkan mengganggu hidupnya lagi. Sudah cape mendengar perkataannya yang seperti drama di film" korea.

Tak lama kemudian masuk pesan darinya.

"Iya, aku mau jadi pacarmu.!"

Setelah perdebatan yang cukup sengit, akhirnya dia menerimaku. Tapi masih belum yakin dengan semua ini. Bagiku ini hanyalah keterpaksaan saja.

Jika tak ada pentas seni tadi pasti semua takkan seperti ini. Aku cukup bangga karna sudah menjadi pacarnya tapi disisi lain aku masih tak percaya dengannya.

Jujur,, aku rasa ini hanya keterpaksaan.

Akankah cinta ini akan bertahan lama atau sebaliknya..??
Dan apakah Tara menerimaku sungguh-sungguh atau semua ini hanya keterpaksaan..??

Selanjutnya 👉 (9)

Jangan lupa vote dan komentnya🙏












Masa Lalu (REVISI ULANG) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang