Prolog

11.6K 568 18
                                    

Hembusan nafas yang mulai membeku membuatnya tersenyum. Kepala yang di dongakkan seraya terus berjalan lurus, menatapi beberapa pohon yang merubah warna daunnya menjadi coklat maupun kekuningan yang lambat laun akan jatuh gugur dari tangkainya masing - masing. Kaki jenjangnya sesekali menendang beberapa daun berwarna coklat maupun kuning yang sudah gugur di tanah. Surai pirang yang kontras dengan background yang tengah ia lewati itu, ia sibakan ke belakang. Menampilkan kulit pucat dengan pipi yang kemerahan, bibir berwarna cherry, dan juga manik jernih yang menatap ke sana kemari dengan indah. Tas punggung berwarna putih yang ia kenakan ia junjung semakin tinggi di belakang, membuatnya tampak seperti anak sekolah dasar yang akan pergi ke arah sekolahnya dengan riang. Kakinya yang berbalut sepatu Converse berwarna merah itu menyatu dengan warna daun yang berserakan.

Koas muda bertampilan manis itu dengan segera mempercepat laju jalannya saat melihat gedung bernuansa putih yang sekarang seakan menjadi rumah "ketiga" setelah rumahnya sendiri dan juga apartemen yang di tempati oleh dirinya. Tidak memerlukan waktu lama sebelum kakinya menginjak dengan mantap di atas marmer putih bersih milik rumah sakit yang tengah ia jadikan sebagai pendidikannya untuk menjadi dokter tingkat lanjut. Lorong yang lampunya sedikit meredup itu tengah sepi, membuat gema sepatu yang ia buat terdengar nyaring. Beberapa perawat ataupun dokter yang ia kenal menyapanya, membuatnya ikut menjawab juga dengan senyuman khasnya.

Lengannya ia ulurkan begitu menemukan ruangan dengan tulisan ' Koas room ' . Membuka pintu itu dengan pasti dan mulai melangkah masuk seraya menutup pintu yang berada di belakangnya. Tas punggung berwarna putih itu ia taruh di dalam loker bertulisan 'Huang Renjun' ia juga ikut meraih jas panjang yang bisa menutupi hingga di atas lututnya itu dari dalamnya. Melepas blouse merahnya dan menggantikannya dengan Snelli yang sudah di gantung oleh para office boy di sana. Name tag dengan nama 'Huang Renjun' terpampang jelas di dada kirinya. Membuatnya tersenyum dan dengan gerakan santai melipat blouse yang ia pakai tadi.

"Renjun-shii!! "Kepalanya menoleh ke samping dan tersenyum manis, pemuda dengan Surai coklat itu melambai dengan manis. Ia ikut melambai kecil hingga pemuda bersurai coklat itu berdiri di sampingnya. Lengan pemuda bersurai coklat itu dengan cekatan membuka lokernya. Renjun mengangkat sebelah alisnya tampak bingung.

"Kau mengenakan Scrub Suit? "Sang empu menoleh lalu mengangguk dan mengangkat jari telunjuknya, meminta Renjun itu menunggunya sebentar. Hanya butuh beberapa menit saja, kemeja berwarna biru Dongker dan juga celana kainnya sudah tergantikan dengan sepasang baju berwarna hijau dengan bahan kain yang lembut dan juga name tag bertulisan 'Lee Donghyuck'.

"Kalau begitu aku keluar terlebih dahulu, okay? Selamat siang! "Ucap Hyuck dengan seulas senyum lalu membuka pintu besi itu dan kembali menutupnya. Meninggalkan Renjun yang menatap pintu itu dengan pandangan lekat, ia memilih untuk mengikuti apa yang di lakukan Hyuck tadi sebelum teman - temannya sudah memulai praktek.

Dirinya terus berjalan lurus menuju lift yang berada di dua belokan depan membuatnya mempercepat gerakan kakinya. Jari telunjuk yang lentik nan indah itu menekan tombol besi yang menunjukkan tanda panah ke arah atas. Lengan kirinya ia angkat menunjukan jam Baby-G yang melingkar manis di pergelangan tangannya. Sebuah bunyi Ting merasuki Indra pendengarannya membuatnya mendongak dan tersenyum ke arah laki - laki bersurai hitam itu dengan manis. Sang empu membalasnya dan segera mempersilahkan Renjun masuk sedangkan dirinya sendiri keluar dari lift tersebut. Renjun membungkuk dan di jawab anggukan dari pemuda itu, pintu besi itu tertutup membuatnya kembali menghela nafas lega dan mendongakkan kepalanya seraya tersenyum.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Yah.... Untuk kali ini sekian terlebih dahulu. "Ucap pria paruh baya itu seraya tersenyum dan melepas kacamatanya. Renjun membungkuk lalu berbalik dan dengan cepat membuka pintu ruangan itu dan berlalu keluar. Kaki berbalut Converse merah tinggi itu menghentak pelan ke arah kamar mandi. Lengannya dengan santai meraih kran air yang tepat berada di depannya dan membasuh wajah manisnya, ia juga menghela surai pirangnya dengan air dan menutup kran air tersebut sebelum kembali mengaca, mengoreksi kembali dan tersenyum. Baru saja kakinya akan berjalan untuk turun ke lantai bawah, dengan tiba - tiba perutnya meraung - Raung kelaparan membuatnya bergumam nyeri akibat lambungnya yang tampak mengolah tanpa ada makanan yang masuk. Ia harus segera makan sebelum maag nya kembali kambuh. Ia bergegas berjalan ke arah tangga menaikinya satu persatu agar mencapai lantai tiga dimana kantin berada. Ia mendengus malas lalu berjalan semakin cepat dan memesan sepiring nasi goreng dan juga sebotol air putih dingin. Ia segera membawa pesanannya tadi dan tersenyum saat menemukan lelaki manis tengah duduk dengan raut wajah masam yang tampak lucu. Tangannya menaruh sebotol air mineral itu di atas meja dan dengan segera menarik kursi yang berhadapan dengan lelaki itu dan mendudukkan dirinya dengan nyaman di sana. Dirinya di buat kebingungan saat Hyuck menatapnya dengan nyalang seakan jika dirinya telah melakukan dosa besar.

𝑷 𝒓 𝒐 𝒔 𝒕 ✓Where stories live. Discover now