interogasi

4.3K 260 19
                                    

Waktu sudah menujukkan pukul 22.00 p.m. waktu yang pas untuk tidur tapi tidak untuk Ali dan Prilly, seharusnya saat jam seperti ini mereka sudah dikamar mereka masing-masing namun kali ini mereka masih terduduk diruang keluarga rumah Prilly dan dihadapan mereka ada kedua orangtua mereka masing-masing dan tak lupa juga dibelakang orangtua mereka ada Jefri,Deffa,Yolla serta Shinta yang berdiri sebagai saksi. Sudah seperti akan dihukum saja.

"Jadi benar apa kata Deffa, kalian berdua-duan ditoilet bahkan parahnya gelap-gelapan?" tanya tante Marissa dengan tangan yang dilipat didepan dada serta tatapan penuh menyelidik.

"Ali,Prilly jawab iya atau tidak" Ucap Tante Marissa lebih tegas.

"Iya bener ta...."

"Jadi benar, mamah gak nyangka Prilly sama kamu. Bukannya mamah sudah ngasih tau kamu, pacaran boleh tapi gak berlebihan" Tante Marissa langsung memotong ucapan anaknya tanpa ingin mendengar alasan lain.

"tapi mah" sahut Prilly lagi namun dipotong kembali.

"gak ada tapi-tapian kalian sudah terbukti bersalah masih mau ngelak" Ucap Tante Marissa.

"Dan kamu Ali?" Kini bergantian yang mengambil alih pembicaraan adalah Tante Eriska selaku orangtua Ali.

"Bukannya mamah sudah memperingatkan tugas kamu sebagai laki-laki itu melindungi , menjaga, menghormati wanita bukan malah merusak! Tapi sekarang buktinya apa? Mamah kecewa sama kamu" Ucap Tante Eriska nyaris menangis.

"Tante jangan nangis, Ali gak salah tante. Ini salah Prilly" Ucap Prilly yang tidak tega melihat tante Eriska yang akan menangis Prilly tahu pasti Eriska merasa gagal dalam mendidik anak padahal kenyataannya tidak seperti itu. Prilly jadi menyesal andaikan saja tadi ia tak memeluk Ali pasti tidak ada kesalahpahaman seperti sekarang. Mau berkilah pun rasanya sangat susah.

"Enggak nak kamu gak salah, ini pasti salah Ali. Maafkan Ali ya nak" Sedangkan Ali yang disudutkan hanya berusaha sabar dan menahan emosi.

"daripada keadaan makin runyam sekarang lebih baik kita tidur dulu, hari sudah sangat malam. Kita lanjut merundingkan masalah ini besok pagi. Buat kalian lebih baik pulang aja ya, kasihan orangtua kalian pasti mencari kalian belum pulang jam segini" Ucap Om Wirawan pada akhirnya untuk menengahi perdebatan ini.

"yaudah om kalau gitu kami pulang dulu. Pril, Li kita pulang dan maaf juga" Ali dan Prilly hanya mengangguk.

Semu sahabat Ali dan Prilly pun telah pulang kerumah mereka masing-masing.

"Prilly masuk kamar, dan Ali om minta kamu juga pulang. Dan biarkan orangtua kamu disini dahulu karena ada yang akan om bicarakan"

"Baikpah" jawab Prilly pasrah dan kemudian berlalu dari hadapan mereka semua dan mulai memasuki kamarnya.

"Yasudah Ali pulang duluan" Ali pun langsung pulang menuju rumahnya.

Sedangkan Om Wirawan, Om Brahta, Tante Marissa, dan Tante Eriska mereka masih merundingkan masalah ini. Mencari jalan terbaik untuk anak-anak mereka,  yang mereka kira sudah terjerumus dalam pergaulan remaja masa kini yang menyimpang. Padahal mereka hanya salah paham dan tidak memberikan hak untuk Ali dan Prilly menyelesaikan semua kesalahpahaman yang terjadi. Setelah mereka berempat berunding cukup lama akhirnya jalan keluar dari masalah sudah ditentukan. Tinggal menunggu esok pagi agar semua benar-benar clear.

ΔΔΔ

Seperti yang direncanakan tadi malam, pagi ini keluarga Ali dan Prilly kembali berunding.

"Ali, Prilly papah mau tanya, kalau kita berani berbuat berarti kita harus..." tanya om Brahta menggantung pertanyaannya.

"Bertanggungjawab" sahut Ali dan Prilly bersamaan.

Playboy (Ending)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang