Ditinggal

3.2K 260 38
                                    


"Prilly" Ali memanggil istrinya namun tak diacuhkan.

"kamu marah sama aku hmmm?" Ali bertanya namun Prilly tetap tak acuh dan malah berjalan keruang tamu apartemen yang mereka sewa selama tinggal disingpura.

"sudah sana pergi gak usah perduliin aku disini, kamu kan lebih sayang pekerjaan kamu daripada aku sama dedeknya." Ketus Prilly dan mukanya sudah cemberut.

"bukan gitu sayang, tapi ini benar-benar penting jadi aku harus balik kedalam negri, gak bisa ditunda-tunda karena aku sudah sering menunda semunya dan sekarang sudah tidak ada kesempatan lagi. Kalau enggak perusahaan bisa kacau." Ali mencoba memberi pengertian agar Prilly tidak marah lagi saat ia akan balik keindonesia.

"hmmm..." Prilly hanya berdehem.

"kenapa nih kok Prilly cemberut?" Ini adalah Tante Marissa yang baru saja kemarin datang.

"Prilly nya marah sama Ali mah, karena mau Ali tinggal ke Indonesia." ucap Ali menyahuti pertanyaan mertuanya yang baru saja datang dari luar entah dari tempat mana.

"Prilly kamu gak boleh ngehalang-halangin Ali gitu, dia juga pergi karena untuk nafkahin kamu kan?" Ucap tante Marissa kemudian mendekati anaknya dan merangkul pundak anaknya yang sedang duduk.

"tapi mah bentar lagi Prilly tuh mau melahirkan, gimana kalau nanti Ali masih di Indonesia sedangkan Prilly sudah mau melahirkan." Sahut Prilly

"sayang aku janji sebelum kamu melahirkan aku sudah ada disamping kamu, kamu gak perlu khawatir aku gak ada nanti." Ucap Ali yang dari tadi berdiri kemudian berjalan dan duduk disamping Prilly.

"hmm yaudah deh sana pergi." Prilly mengizinkan namun nadanya sangat tak rela jika Ali pergi. Prilly sebenarnya tidak bermaksud menghalang-halangi Ali kerja, namun kali ini ia benar-benar tidak ingin Ali pergi ke Indonesia.

"sayang maaf ya aku janji bakal balik lagi secepatnya. Kamu jangan marah yang buat aku berat ninggalin kamu." Ucap Ali sambil mencium kening Prilly.

"nah gimana kalau kita makan siang dulu" ajak tante Marissa untuk mencairkan suasana.

"emangnya ada makanan? Kan belum masak."

"ada nih mamah tadi bungkus dari restoran, ayok kita makan dulu." Ajak tante Marissa diangguki Ali dan Prilly.

"sini aku bantuin berdiri" Ali segera membantu Prilly yang agak kesusahan bangun dari tempat duduknya.

Tante Marissa berjalan lebih dulu dibanding Ali dan Prilly, sedangkan Ali dengan setia menuntut Prilly berjalan menuju ruang makan.

Setelah makan Ali menemani Prilly yang ingin jalan-jalan, masih banyak waktu sebelum nanti sore ia balik keindonesia.

"Aaa Ali liat deh lucu banget bajunya" Prilly mengangkat selembar baju bayi bewarna rose gold yang sangat menarik.

"ambil aja sayang, kan anak kita perempuan." Ali menyuruh Prilly membeli barang yang tadi ditunjukkan.

"tapi harganya dua ratus tiga puluh dolar loh li." ucap Prilly ketika mengecek label harga pada baju itu. Dua ratus tiga puluh dolar singapur jika dirupiahkan kurang lebih dua jita setengah.

"iya gapapa lah ambil aja, emang selama ini aku kerja buat siapa. Ya buat kamu sama dedeknya kan." Ucap Ali membuat Prilly tersenyum.

"makasih ayah," ucap Prilly dan memasukkan baju itu kedalam kantong belanjaan.

Mereka berdua terus mengitari Mall dan membeli barang-barang yang diperlukan apalagi Prilly masih belum terlalu banyak membeli baju bayi untuk anaknya yang sebentar lagi lahir.

Playboy (Ending)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang