realita kehidupan

3.6K 298 112
                                    

Wanita di uji dengan keterpurukam. Sedang lelaki di uji dengan kejayaan.
ΔΔΔ

Prilly pov

Bulan demi bulan sudah aku dan Ali lalui bersama sebagai sepasang suami istri. Aku yang sibuk dengan kehamilanku serta juga fokus mengelola caffe milik kami yang sedang naik daun dan lagi pesat-pesatnya. Sedangkan Ali sekarang lagi sibuk dengan statusnya sebagi Ceo perusahaan dan juga sibuk berkuliah yang diseliri jadwal meeting dan pertemuan penting. Sebenarnya aku tidak masalah jika ia sibuk bekerja dan kuliah, tapi entah mengapa aku merasa sekarang ada yang hilang darinya. Dia yang biasanya setiap pagi selalu mengecup pipiku dan perutku ketika baru bangun sudah tidak pernah melakukannya lagi. Dia yang biasanya selalu memeluk aku tanpa kuminta sekarang harus dimintai terlebih dahulu bahkan pelukannya tidak sehangat dulu. Aku yang biasanya selalu diperbolehkannya kapan saja mendatanginya saat jam makan siang tapi entah mengapa sekarang melarang keras dengan alasan tidak ingin aku kelelahan, bahkan aku sudah tidak pernah lagi mendengar rayuan, pujian dan gombalan khas dia yang mampu membuat diriku tersipu malu bahkan sampai pipiku dibuatnya merona. Entah dimana Ali ku yang seperti awal menikah kini sudah tidak ada lagi, dan ini telah berlangsung dari sebulan yang lalu saat ia mulai memasuki dunia perkuliahan.

Pagi ini aku sudah berkutat didapur apartemen menyiapkan sarapan untuk Ali suamiku. Dan sepertinya Ali masih didalam kamar bersiap-siap akan kekantor.

"pagi li, kamu sarapan dulu gih! Aku udah masak ayam goreng dan cah kangkung." Ucapku menyapanya ketika dia datang menghampiriku didapur.

"maaf sayang sepertinya aku harus pergi sekarang juga ada yang mau aku urus." Ucap Ali sambil mengelus rambutku. Aku menatap matanya disana aku melihat jelas tatapan mata Ali yang seperti orang menyembunyikan sesuatu dan menatap dengan rasa bersalah. Mungkin dia merasa bersalah karena tidak bisa memakan masakanku pagi ini.

"oh gitu ya gapapa deh, kamu hati-hati ya." ucapku sambil tersenyum kearahnya.

"yaudah aku berangkat sekarang ya. Kamu sama dedeknya baik-baik dirumah." Ucap Ali langsung berlalu dari hadapanku. Kenapa dia tidak mencium keningku lagi? Bukankah sesibuk apapun Ali selalu menyempatkan diri untuk mencurahkan kasih sayangnya. Tapi sekarang, sekedar salam saja ia tidak mengucapkan. Aku merasa ada yang janggal, namun dengam cepat aku menampik semua perasaan itu. Tidak mungkin Ali berbuat macam-macam diluar sana.

Karena Ali tidak sarapan tadi, jadi sekarang aku sarapan sendirian didalam apartemen ini. Kalau pagi-pagi seperti ini setelah sarapan biasanya Ali membuatkan ku susu hamil, namun akhir-akhir ini sudah jarang. Aku maklum mungkin dia sangat sibuk. Aku juga sering bertanya kepada Papah mertuaku jika perusahaan yang Ali pegang memang sedang dalam kondisi masa jaya-jayanya. Makanya tidak heran Ali sering memberiku hadiah-hadiah kecil dalam segi ukuran namun sangat fantastis dari segi harga.

Setelah sarapan aku ingin mencuci pakaian, sebelum memasukkan pakain kemesin cuci otamatis aku selalu memeriksa saku baju dan celan milik Ali, aku sering menemukan kwitansi penting disakunya itulah Ali sering kali lupa. Aku memasukan satu persatu baju yang sudah aku periksa kedalam mesin cuci. Dan terakhir adalah kemeja milik Ali yang bewarna putih gading, seperti dugaanku pasti ada aja barang yang tertinggal disaku bajunya. Aku mulai merogoh saku baju tersebut dan yang kudapat dari saku itu adalah sebuah kotak kecil dengan buludru dan juga ada nota dengan harga tiga ratus juta, aku penasaran apa yang ada didalam kota tersebut. Aku tau itu kota perhiasan tapi penasaran perhiasan apa didalamnya. Dan ternyata saat aku buka adalah cincin dengan ukuran lingkar 16, aku bingung ini cincin siapa disaku milik Ali, kalau buat aku rasanya tidak mungkin karena size jariku adalah 17, sedangkan ini tidak akan muat dijariku. Tidak mungkin kan Ali salah membeli cincin karena dia saja sering membelikanku perhiasan. Mungkin nanti akan kutanyakan pada Ali jika pulang kerja. Sebelum aku menaruh kotak cincin dan notanya itu tiba-tiba perhatianku beralih pada wangi kemeja milik Ali. Sejak kapan Ali suka memakai parfume milik perempuan, yang kucium sekarang adalah aroma cherry khas wanita. Tapi ini bukan wangi parfume milikku, karena aku lebih suka memakai parfume beraroma Vanilla dan juga Musk. Apa mungkin Ali pergi kepusat belanja lalu mencoba-coba parfume bisa jadi sih. Yasudahlah aku tidak begitu ingin tahu, yang penting sekarang aku ingin mencuci pakaian dulu. Saat mesin cuci mulai berfungsi, aku mengambil vacum cleaner untuk membersihkan ruang apartemenku. Setelah dua pekerjaanku itu selesai aku memutuskan untuk beristirahat sejenak sambil menunggu waktu jam sebelas, waktu yang tepat untuk aku memasak.

Playboy (Ending)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang