Singapore

3.1K 300 19
                                    

Prilly Pov

Kini aku bersama mamah mertuaku berjalan mengelilingi salah satu pasar tradisional di Singapore,  karena tujuan ku sekarang adalah ingin mencicipi buah durian khas sana yang rasanya sangat manis dan menggiyurkan. Durian Musang King yang memiliki daging buah yang tebal dan warnanya yang kuning itu, ah membayangkan saja rasanya air liurku sudah ingin menetes.

"mah itu ada yang jual buah duriannya" girangku ketika sudah menemukan kios penjual durian, bahkan disana sudah tersedia kursi dan meja bagi pelanggan yang ingin menikmati buah durian itu langsung disana. Jadi tidak perlu repot untuk membawa buah durian itu pulang.

"pengen banget apa ya sampe seneng banget ngeliat penjual durian kayak ngeliat berlian." Tutur Mamah Eriska sambil tersenyum kearahku dan kubalas senyum lebarpp yang menampilkan barisan gigiku yang putih.

"namanya juga lagi pengen mah," sahutku lalu menghampiri penjual itu.

Setelah memilih-milih buah durian yang aku mau, si penjual langsung membuka buah durian itu. Ah ya ampun aku mulai memakan buah itu satu persatu benar-benar rasanya enak.

"Mah kenapa gak makan, enak tau" tanyaku

"mamah kurang doyan durian Pril, kalau sudah diolah baru deh mamah bisa makan soalnya duriannya udah gak terlalu bau lagi." Sahut Mamah Eriska.

"padahal enak dimakan langsung daripada diolah." sahutku lalu melanjutkan makan buah itu.

Saat aku asyik memakan buah durian itu tiba-tiba ada yang menepuk bahuku, aku pikir itu mamah Eriska ternyata bukan.

"lo Prilly kan ini?" Ucap orang itu menanya dengan yakinnya, aku mencoba mengenalinya namun siapa? Aku benar-benar tidak ingat, namun aku merasa tidak asing dengan wajahnya.

"lo siapa ya?" tanyaku karena tak berhasil mengingat siapa orang didepanku ini.

"astaga Prilly masa lo gak ingat, gua Afgan yang waktu SMP, anak drumer temannya Ali juga masa lo lupa" Ucapnya membuatku memutar kenangan masa SMP ku, ah iya pantes saja aku sudah lupa. Sudah hampir lima tahun kami tidak bertemu.

"oh astaga Afgan yang terkenal dengan sikap cueknya kecewek ya, hahah gua ingat sekarang."

"itu masa lalu kali Pril, sekarang gua udah gak kek dulu lagi kok." Jawabnya.

"Eh iya ini mah, Afgan yang dulu sering ikut latihan band dirumah Ali." Ucapku pada Mamah Eriska yang dari tadi diam memperhatikan aku dan Afgan bercengkrama.

"Afgan yang mana ya?" Tanya mamah Eriska sepertinya juga lupa.

"Afgan anaknya Abi Danu tante," Ucap Afgan.

"oalah Afgan, sudah dewasa ya sekarang. Gimana sudah punya istri?" tanya Mamah Eriska pada Afgan.

"boro-boro tante dari dulu saya suka sama satu cewek tapi sampe sekarang belum bisa dapetin dia" sahutnya lalu menatapku seperti ada maksud lain, ah mungkin hanya perasaanku saja.

"eh iya kok tante Eriska sama Prilly disini, mamah papah kamu mana Pril?" Tanya Afgan yang sepertinya bingung kenapa aku bisa bersama mamah Eriska, ya pasti dia belum tahu kalau aku sudah menikah dengan Ali.

"kudet sih lo, dia kan mamah mertua gua" Ucapku santai, namun tanggapannya langsung terkejut sampai membelalakkan matanya.

"lo kalau bercanda jangan kelewatan Prill, yakali lo nikah sama Ali nikah, lo berduakan suka musuhan. Teruskan umur kalian masih sama-sama muda" Tuturnya tidak percaya.

"dikasih tau juga gak percaya, lo gak nyadar nih perut gua udah besar." Ucapku sambil menatap perutku yang membuncit dan ia juga memperhatikan kearah pandanganku.

Playboy (Ending)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang