Happy Reading♡
Jaerin dengan malas menarik koper-koper Taeya yang beratnya memang tak seberat dosa-dosanya, tapi yang namanya beban juga pasti berat. Tambah emosi lagi dengan enaknya Taeya hanya membawa tas ransel yang Jaerin yakin itu hanya berisi laptop saja.
Hal gila lainnya yaitu unit apartemen Taeya berada persis di samping unit apartemen yang Jaerin tinggali.
Saat sudah masuk ke dalam unit apartemen Taeya, Jaerin dengan kesal menendang koper Taeya lalu merebahkan dirinya di lantai.
"Gilaa!! Capek banget gue angkutin barang-barang lo. Lo masukin apaan sih di koper? Batu? Tambah uang buat bagasi pesawat berapa lo?!" maki Jaerin.
"Ya namanya juga orang pindahan, pasti bawa banyak barang lah! Emang lo dulu nggak kaya gini?"
"Nggak lah! Kurang kerjaan amat. Gue bawa banyak koper tapi nggak berat isinya cuma baju-baju doang. Lagian barang yang nggak penting lo tinggal aja bodoh, bantuin orang tua lo kek abisin duit."
"Terserah gue dong mau gimana. Btw lo masih hutang cerita ke gue ya." ucapan Taeya mampu membuat Jaerin terdiam. Mood-nya turun seketika.
Jaerin berpikir lebih baik Taeya tau masalahnya atau tidak. Toh, jika Taeya tau tentang masalahnya pun Jaerin yakin temannya tak akan memberinya jalan keluar, yang ada Taeya tertawa puas hingga perutnya membentuk abs.
Tetapi jika Taeya tak diberi tau, gadis itu akan mengomelinya satu hari satu malam dan mendiamkannya tujuh hari tujuh malam. Jaerin tau apa yang akan Taeya katakan jika ia tak memberi taunya kalau Jaerin sedang dalam masalah.
Pasti tak jauh dari,
'"Lo kenapa sih kalau ada masalah gede kayak gini nggak pernah cerita ke gue. Kenapa? Nggak enak mau cerita? Malu? Yaelah gue udah bareng-bareng sama lo dari jaman kita beli jajan permen kaki 500 dapet dua."
Memikirkannya saja telinga Jaerin rasanya sangat panas.
"Males ah kalau cerita ke elo, ember banget tuh mulut soalnya."
"Dih apaan? Emang waktu dulu lo curhat ke gue tentang masalah sama mantan lo gue ember? Nggak kan."
"Ini nih masih muda udah pikun. Terus gimana ceritanya tuh masalah bisa sampai ke telinga Bapak Daniel, hah?!"
"Keceplosan itu. Abisnya Bapak lo enak banget diajak ngeteh terus gosip di halaman belakang rumah lo. Partner gosip nomor satu memang Bapak Daniel."
Jaerinn hanya diam tanpa menjawab apapun. Ia bimbang. Tapi jika ia merahasiakan semua ini juga rahasianya tak akan bertahan lama.
"Gue bentar lagi nikah." ucap Jaerin malas.
Seperti yang Jaerin sudah pikirkan, kini Taeya menatapnya dengan wajah menahan tawa hingga telinga gadis itu berbubah warna menjadi merah.
"HAHAHAHA!!! Halu ya lo? Ngebet kawin banget perasaan."
"Gue serius anjir! Kalau nggak percaya telpon Bokap gue sono tanya sendiri." ucap Jaerin yang lama-lama kesulut emosi bicara dengan Taeya yang hidupnya memang 40% lelucon.
Tawa Taeya mendadak terhenti, digantikan dengan raut wajah serius menatap Jaerin tepat di kedua bola matanya.
"Lo serius? Kok langsung tiba-tiba nikah? Lo bunting?" tanya Taeya penuh selidik.

KAMU SEDANG MEMBACA
L.O.V.E-Choi Soobin[✔️]
Fanfiction[COMPLETED✔️] [REVISION] "forgive me. don't leave me, Choi Jaerin." -Choi Soobin. [Sedang di revisi besar-besaran. TIDAK mengganti alur ataupun cast, hanya MENAMBAH beberapa bagian yang kurang dan MENGGANTI beberapa bahasa dalam cerita.] warning! #b...