Happy Reading!♡
Suara pintu yang dibuka dengan kasar berhasil membuat seseorang yang semula masih asyik bermimpi seketika kembali tertarik pada realita. Ia mendengus kasar tanpa ada niaataan merubah posisinya.
"Bagus, memang ya anak perawan jaman sekarang kerjaannya makan, tidur. Ada gempa juga kayaknya tetep lancar-lancar aja ngebo." Mama mulai mengoceh lalu membuka tirai jendela agar anak gadisnya itu sadar jika sekarang matahari sudah hampir berada di puncak saat anak gadisnya itu belum juga mengawali harinya.
Kegiatan Mama yang selanjutnya adalah mematikan AC dan menarik selimut yang membungkus tubuh anak gadisnya itu.
"Bangun heh, nggak malu kamu sama taneman Mama udah mandi pagi-pagi tadi?" Mama menarik tangan anaknya agar cepat bangun.
"Iya mam, udah bangun ini." Jaerin menjawab ucapan sang Mama dengan mata yang terasa sulit sekali dibuka.
Membuka mata perlahan lalu kembali menutupnya saat merasa sinar matahari seakan hampir membuatnya buta.
"Kenapa dibuka sih, Ma tirainya? Mata Jaerin sakit nih bangun-bangun kecolok sinar matahari." Melepaskan tarikan Seulgi pada tangannya dan bersiap untuk kembali melanjutkan tidurnya tetapi Seulgi tak membiarkan itu terjadi.
"Eitss, you have no more time to sleep again young lady. You have to shower and meet your Papa at dining room. Go go go!!" Seulgi menarik Jaerin agar turun dari kasur lalu mendorong tubuh anaknya masuk ke dalam kamar mandi.
Dengan keadaan setengah sadar Jaerin berdiri di dalam kamar mandi. Menggaruk kepalanya lalu bergumam pelan.
"Ini gue mau ngapain?"
***
Jaerin dengan pakaian santainya dan juga rambut yang ia biarkan tergerai itu bersenandung ringan sembari menuruni tangga. Ia mengikuti apa yang Seulgi katakan yaitu menemui Daniel yang sedang meminum secangkir kopi di meja makan.
"Pagi Mam, pagi Pap." sapa Jaerin saat mendudukkan diri di kursi meja makan.
"Di kamus kamu memang jam setengah dua belas itu masih termasuk pagi ya, Rin?" sindir Seulgi.
"Masih. Kalau aku jam empat sore baru bangun ya itu juga termasuk masih pagi."
"Kamu nyenyak tidurnya? Mimpi apaan?" tanya Daniel yang sukses membuat Jaerin menatapnya penuh selidik.
"....Nyenyak?? Emang kenapa?"
Daniel menatap putrinya itu lalu mendesah frustasi.
"Kenapa sih, Pa? Kok kayak mau ngomong serius banget gitu? Jangan bikin takut deh."
"Jaerin, ikut Mama Papa pindah ya besok."
Satu kalimat yang Daniel lontarkan tersebut membuat kedua mata Jaerin terbuka sangat lebar.
"Apaan sih, Pa? Skip, bercandanya nggak asik."
"Kamu tau kan bisnis eyang kakung kamu yang ada di Korea? Yang eyang kakung bilang mau dikasih ke kamu tapi kamunya nolak mulu? Itu bisnis bener-bener kacau banget di tangan orang-orangnya kakung kamu."
"Ya terus apa hubungannya bisnis kacau sama kitanya harus pindah sih?"
"Kakek kamu mau Papa yang beresin kekacauannya di sana. Ya itu mungkin cuma butuh waktu tiga sampai empat bulan aja, tapi masalahnya kakung kamu minta Papa yang megang bisnis itu sekarang."

KAMU SEDANG MEMBACA
L.O.V.E-Choi Soobin[✔️]
Fanfiction[COMPLETED✔️] [REVISION] "forgive me. don't leave me, Choi Jaerin." -Choi Soobin. [Sedang di revisi besar-besaran. TIDAK mengganti alur ataupun cast, hanya MENAMBAH beberapa bagian yang kurang dan MENGGANTI beberapa bahasa dalam cerita.] warning! #b...