004

3.7K 310 3
                                    

Happy Reading!♡


Raut wajah yang menggambarkan kekecewaan, menahan amarah, menahan tangisan itu tergambar jelas pada wajah Jaerin.  Apa-apaan maksud kedua orang tuanya tersebut? Jadi ini jawaban atas perasaan janggalnya tentang keputusan Daniel untuk kembali pindah ke Korea?

Kenapa saat ini Jaerin merasa kekecewaan yang teramat besar pada kedua orang tuanya tersebut? Ia merasa Daniel dan Seulgi serta sang eyang kakung sangat egois.

Jaerin telah merelakan cita-citanya untuk masuk universitas di Indonesia bersama teman-temannya dan memilih ikut keputusan Daniel tapi apa yang barusan ia dengar? 

Menikah?

Bahkan menikah belum ada di list kehidupannya saat ini.

Sorot mata ramah sudah tiada pada kedua mata Jaerin, digantikan dengan sorot mata tajam dan sinis mengamati seluruh orang yang berada di dalam ruangan yang berisi enam orang dewasa tersebut.

"Soobin mau kan terima perjodohannya?" tanya Suho pada sang anak.

Sebelum menjawab pertanyaan sang papi, Soobin mengalihkan pandangannya pada Jaerin yang menatapnya tanpa minat dan menggelengkan kepala tegas tanda ia tak setuju dengan omong kosong yang baru saja ia dengar.

Anggukan kepala samar Soobin pada Jaerin mampu sedikit melegakan hati gadis itu.

Soobin kembali menatap orang tuanya bergantian, manarik nafas dalam sebelum menjawab satu pertanyaan yang akan merubah hidup kedepannya.

"Soobin ikut kata Papi." kata Soobin enteng.

Jaerin yang mendengar tuturan Soobin menganga tak percaya. Ia pikir laki-laki itu juga akan sependapat dengannya.

Senyum ke-empat orang tua itu merekah setelah Soobin menerima perjodohan yang mereka lakukan ini.

"Kamu mau kan Jaerin?" Suho beralih bertanya pada Jaerin.

Yang ditanya pun membenarkan posisi duduknya, menegakkan punggungnya lalu menatap orang yang baru saja memberinya pertanyaan.

Ingin rasanya ia berteriak kesetanan mengatakan ia tak setuju detik ini juga. Tetapi ia tahu segala yang ia ucapkan saat amarahnya sedang berada di puncak itu bukanlah sesuatu hal yang baik.

Mengalihkan pandangannya pada kedua orang tuanya, ia melihat sorot mata penuh harap Daniel dan juga Seulgi di sana.

Menghela nafas untuk kesekian kali, Jaerin kembali berpikir. Bukan kah ia akan menjadi anak yang sangat buruk ketika ia akan menolak dan membuat kedua orang tuanya kecewa sedangkan belum pernah sekali pun ia membuat mereka bangga?

Jaerin merasa sangat buruk.

Ingin rasanya Jaerin pergi dari ruangan itu, menolah mentah-mentah perjodohan konyol ini. Tetapi rasanya percuma, ia tak sampai hati melakukan itu.

Anggukan Jaerin berikan sebagai jawaban, membuat Daniel mengusap sayang pucuk kepalanya.



***

Ketika yang lainnya merundingkan tentang rencana pernikahan Jaerin dan Soobin diselangi dengan tawa bahagia, Jaerin sama sekali tak berminat untuk ikut masuk ke topik pembicaraan tersebut.

Jangankan ikut menimbrung, mendengarkannya saja membuat emosinya kembali meningkat.

"Pap, Jaerin mau pulang." ucap Jaerin yang membuat pembicaraan mereka terhenti.

L.O.V.E-Choi Soobin[✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang