Part 4

291 20 0
                                    

Jangan tanya bagaimana mood-ku sekarang, Rafaella benar-benar lupa akan tugasnya untuk mengantarku pada Jordi. Pada akhirnya aku harus bicara dengannya untuk mengingatkan, dia dan Bruna terlalu sibuk dengan kemenangan itu. Brazil jam enam sore bukanlah Brazil yang sudah gelap, matahari masih bersinar walau sudah condong ke arah Barat. Gempita kemenangan warga Brazil atas Kroasia hari itu takkan padam dengan cepat, nyaris di sepanjang jalan banyak orang dengan seragam tim samba  menyanyi untuk merayakannya.

Jam sembilan malam barulah aku bisa sampai ke hotel tempat Jordi dan pemain lainnya menginap, perasaan gugup mulai menyerangku. Ini harusnya menjadi kali pertamaku menyusup di timnas. Berbeda dengan pusat latihan di Joan Gamper, semua orang yang mengenalku tentu akan langsung mengizinkan masuk dan bertemu dengan kekasihku sendiri. Tapi hotel besar ini membuatku gila, aku tidak mungkin bertanya ke resepsionis tentang kemar yang Jordi tempati. Petunjuk minim dari apa yang Jordi katakan, aku mulai berani menjelajah hotel dan bertindak acuh pada semua orang yang melewatiku.

 Hotel ini tak jauh berbeda dengan hotel yang kutempati bersama Rafaella, maksudku kualitasnya sama-sama mewah. Tiba di lantai tiga aku terjebak di tengah-tengah lorong dengan pintu kamar pada setiap sisinya, sekarang apa lagi?. Petunjuk Jordi berhenti di sini, tak ada belok kiri atau belok kanan, setidaknya dia berikan aku nomor kamar yang benar. Aku mengacak-acak rabutku kesal, ditengah rasa frustasi yang sudah menyerangku sejak sore tadi, seseorang menarik pinggangku dan menyeretku ke dalam sebuah kamar. Dari aroma tubuhnya saja aku tahu bahwa dia kekasihku. Jordi memelukku erat, baru kali ini aku merasa tidak terganggu dengan pelukannya, aku malah ingin berlama-lama berada di sana dan melampiaskan rasa rinduku.

" Aku merindukanmu Jordi." Aku menggumam di dalam dekapannya, dia kemudian melonggarkan pelukannya dan memandangiku heran.

" Hey, kau mencuri kata-kataku." Dia protes dan mengecup bibirku sebentar.

" Dimana teman-temanmu yang lain ?."

" Mereka sedang makan malam."

" Kau tidak bergabung ?."

" Aku sudah punya kau."

" Makan aku kalau begitu."

" Jangan menggodaku Ell."

" Maaf." Aku kembali membenamkan wajahku ke dalam dadanya. Lama tidak bertindak liar dengan Boixos Nois membuatku menjadi gadis yang manja, lihat saja sekarang. Harusnya aku tidak bergelayut seperti ini pada Jordi.

" Bagaimana Rafaella?, dia baik-baik saja kan?."

" Jangan buat aku kembali pada anak kecil itu." kataku cemberut, Jordi tertawa mendengar jawabanku. Dia kemudian mendudukkanku di tepi ranjang sementara ia sendiri berlutut menghadap kepadaku.

" Apa yang dia lakukan padamu?."

" Banyak hal, yang membuatku merasa tidak nyaman. Mungkin aku akan lebih frustasi bepergian bersamanya di sini dari pada bepergian sendirian."

" Kau mau kutelponkan Anna dan menginap bersamanya. Jadi kau tidak harus kembali ke Rio." Aku mengangguk tanda setuju. Sepertinya itu adalah ide yang bagus, aku tidak perlu jauh-jauh kembali dengan MRT ke hotel lalu kembali lagi kemari besok untuk menonton pertandingan.

Aku tidak bisa berlama-lama berada di sana, terlebih para pemain yang sudah mulai kembali ke kamar. Sialnya saat aku berusaha keluar dari sana, Diego Costa yang tinggal sekamar dengan Jordi memergoki kami. Dia tak mampu menahan tawanya saat tahu teman sekamarnya menyelundupkan seorang gadis. Jordi harus memohon agar pria itu tak membocorkan masalah ini pada yang lain atau pada pelatih.

Beruntung di luar hotel, Anna sudah menungguku di atas sepeda motor unik dengan stiker bendera Brasil besar pada bagian body-nya. Setelah berpamitan pada Jordi, Anna langsung melempar helm padaku dan menyuruhku untuk naik.

Lost in BrazilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang