Malam mulai datang sementara mobil masih bergerak cepat, kesunyian jelas sekali menjadi pembatas besar diantara para penumpangnya, alunan musik Latin yang mengalun lembut dari pemutar musik di mobil itulah yang menjadi pemecah kesunyian. Adrian sepertinya sangat kelelahan setelah menonton pertandingan tadi sore, ia tertidur pulas dan beberapa kali bersandar ke bahuku, namun aku selalu mendorong kepalanya ke arah yang berlawanan.
Arthur tak bergerak dari posisinya, tetap membeku dan dingin seperti sebelumnya sedangkan aku tahu beberapa kali Rafael mengawasiku lewat kaca mobil yang ada di atas kepalanya. Aku memeriksa ponselku, ada dua pesan dari Jordi yang nyatanya cemas karena dua kali aku menolak panggilannya, gila saja jika menerima telpon pria itu ditengah kecanggungan seperti ini.
Jordi: Ella, kau baik-baik saja kan ?.
Ella: Yeah, aku baik-baik saja. Bagaimana latihanmu ?.
Jordi: Seperti biasa, aku berlatih seharian. Kenapa kau menolak telponku.
Ella: Semangatlah, aku akan selalu berdo'a untukmu. Aku sedang berada di pesta perayaan kemenangan Argentina. Disini bising, jadi aku menolak telponmu.
Jordi: Benarkah ?, kukira kau tak menonton pertandingan.
Ella: Aku bosan di hotel, jadi aku putuskan untuk ke stadion. Rafaella sama sekali tak membantu.
Jordi: Aku sangat merindukanmu Ella. Jordi mengirimiku sebuah foto dirinya yang berpose lucu tengah mencium sebuah gelas kosong dengan tulisan Ella pada bagian depan gelas itu. Aku terkikik sendiri melihat foto itu, aku juga sangat merindukan tingkah konyolnya.
Ella: Aku juga merindukanmu sayang.
Jordi: Sampai jumpa besok di Porto Alegre.
Ella: Kau akan menang. Percayalah padaku.
Jordi: Aku percaya padamu.
Ella: Aku serius. Dua kosong oleh Ramos dan Villa.
Jordi: Ya baiklah. Aku percaya padamu Ell. Jangan pulang terlalu larut dan istirahatlah.
Ella: Kau juga. Aku mencintaimu Jordi.
Jordi: Aku mencintaimu Ella.
Aku mulai menyadari bahwa Arthur tengah memperhatikan tingkahku. Aku mengernyitkan dahiku ke arahnya meminta penjelasan. Dia balas melotot kepadaku lalu aku meresponnya dengan hal yang sama, lalu kami berdua berakhir dengan sama-sama saling membuang muka. Dasar keras kepala.
......
Van terus bergerak ke arah Selatan, aku berada jauh dari kakakku dan juga Boixos Nois untuk sesuatu yang tidak seharusnya kulakukan. Namun bersama orang-orang asing ini aku merasa ada sesuatu yang akan kudapatkan, jauh dari kejutan besar yang bisa dibayangkan—sebuah petualangan yang aku rindukan.
Seperti yang dikatakan Adrian, mereka benar-benar mengunjungi sebuah pantai untuk merayakan kemenangan tim Argentina.memang bukan pantai yang terkenal dan banyak dikunjungi orang-orang, pantai itu terletak bukan ditepi jalan raya, kami harus menyusuri jalan setapak beberapa saat untuk meraihnya. Dan well... suasana di pantai itu benar-benar tenang, suara binatang malam beradu dengan deburan ombak yang menyapa pantai. Angin pantai terasa berat menampar kulit telanjangku begitu kami keluar dari mobil. Arthur melemparkan sebuah jaket tebal kepadaku, nyaris saja benda itu terjatuh ke pasir karena ia memberikannya secara tiba-tiba.
Rafael mulai mengumpulkan ranting-ranting di sekitar tempat itu sementara Adrian dan aku menggelar sebuah alas besar di atas pasir. Arthur berdiri mematung menghadap ke arah lautan lepas, aku penasaran apa pria itu benar-benar tercipta dari batu es, tatapannya yang selalu berkilat bagai menyimpan amarah terpendam, belum lagi nada bicaranya yang selalu datar, namun mengandung emosi kelam dari setiap kata-katanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost in Brazil
Ação(cerita ditulis tahun 2014, maaf atas kelabilan dan alur yang masih abal-abal) Petualangan baru Ella kembali di mulai saat ia terpaksa harus ikut dengan Jordi ke Brasil untuk piala dunia. Kerinduannya akan petualangan ekstrim bersama Boixos Nois ad...