Part 14

226 22 0
                                    

Aku tidak tahu seberapa lama telah bertarung melawan rasa sakit pada perutku setelah beberapa waktu yang lalu seorang dokter menyuntikkan cairan bening pada lengan kananku. Yang jelas sekarang aku sudah merasakan sebagian dari tubuhku sudah kembali, paling tidak inderaku kembali berfungsi dengan baik dan rasa sakit di bawah sana sudah mulai mereda. Aku melihat kecemasan masih tersisa di wajah Arthur yang berdiri di samping ranjang, dia memegangi tanganku sejak tadi tanpa melepaskannya sedetik pun. Aku dapat merasakan ketakutan dari dirinya lewat keringat dingin di tangannya. Aku ingin sekali mengatakan ucapan terimakasih padanya namun ternyata dokter yang menyuntikku tadi kembali masuk ke tempat itu. Senyum ramah di bibir pria paruh baya itu kuharap merupakan awal dari sebuah berita bagus. Arthur melepaskan genggamannya dariku dan berbalik kepada dokter itu.

" Congratulation Sir, You will have a baby ?." Ugghh shit, aku lupa dimana sekarang aku berada. Sebuah negara yang tidak menggunakan bahasa Spanyol sebagai bahasa utama mereka dan sekarang aku terjebak dengan bahasa lain yang tidak aku mengerti.

" Ohh... thanks, it's not..." Arthur menyambut uluran tangan si dokter dengan ekspresi bingung.

" Your wife is pregnant." Lanjut si dokter dengan senyum yang lebih lebar.

" How long ?."

" Four weeks. What had just happened to her is just like a sudden attack in tummy because she's might working too hard, but that's not a big deal. You just have to tell her to decrease the activity and start thinking about the baby."

" That's all ?."

" Yeah, I'll give you a receive for the medicines."

" Thanks a lot Doctor."

" With pleasure sir. Thanks for coming to Brasil."

Si dokter menutup pembicaraan dengan Arthur dan keluar dari ruangan. Pria itu berbalik ke arahku dengan sebuah kertas di tangannya. Dari bibirnya terbentuk sebuah senyum simpul yang membuatku bertanya-tanya, bagaimana tentang keadaanku atau apa penyakit yang kuderita.

" Apa yang dikatakan dokter itu Arthur ?." Aku mendesak Arthur untuk bicara, Kuharap bukan sesuatu yang buruk.

" Uhmmm... kau hamil Ella."

" Apa ?." Aku nyaris meloncat dari tempatku karena kaget, seketika apa yang kurasakan pada perutku sebelumnya menjadi sirna seutuhnya. Aku melotot memandangi Arthur tidak percaya, maksudku aku tidak percaya bahwa aku sedang hamil. Bagaimana aku tidak menyadari bahwa aku sedang mengandung. Mengapa aku tidak muntah atau merasa mual sebelumnya, bukankah wanita hamil seharusnya mendapatkan gejala seperti itu. Kenapa aku malah mendapatkan serangan mengerikan pada perutku. Pertanyaan-pertanyaan itu seakan berputar-putar dikepalaku, meminta untuk di jawab satu per satu. Apa yang harus kukatakan pada Jordi, apa aku harus berterus terang tentang keadaanku, dia tentu akan menyeretku kembali ke Spanyol tanpa peringatan. Ini bencana, tidak... maksudku aku tidak memikirkan tentang ini sebelumnya. Memiliki bayangan seperti ini saja tidak. Aku kaget, sangat. Aku tiba-tiba saja menjadi senang karena ini merupakan berita luar biasa, tapi disisi lain ini juga bencana, apa yang akan dilakukan Jordi ketika dia tahu bahwa aku mengandung.

" Dia bilang kau kelelahan dan itulah penyebab rasa sakit pada perutmu. Dokter memintamu agar beristirahat."

" Oh tidak..."

" Sudah berapa lama aku hamil ?."

" Empat minggu."

" Empat minggu ?."

" Maksudku jangan beritahu Jordi tentang ini."

" Kenapa ?."

" Dia pasti akan memintaku kembali ke Spanyol."

" Tapi kau memang sebaiknya kembali ke negaramu. Di sini tidak aman Ella. Bagaimana jika sesuatu terjadi pada bayimu ?."

" Kita belum selesai Arthur." Ake sepenuhnya menyerah berdebat dengan pria ini, atau bahkan dengan siapapun. Saat ini apa yang ada dikepalaku bukan sebuah pembantahan atau perintah, apalagi tekanan. Isinya sudah penuh oleh rasa kaget luar biasa dan juga rasa takut yang perlahan tumbuh tanpa dapat kukendalikan seiring dengan munculnya asumsi-asumsi tentang hal buruk yang mungkin saja terjadi.

" Aku bisa mengakhirinya sekarang." Arthur sama sepertiku, sangat jelas bagaimana dia juga ingin mengakhiri perdebatan kami.

" Tidak... jangan lakukan apa-apa, teruskan saja pekerjaan ini. Aku berjanji tidak akan melakukan hal yang berbahaya." Demi Tuhan aku ingin menangis karena hal ini, bayangkan saja jika selama ini aku selalu mentolerir bagaimana sikap Arthur terhadapku, tapi kali ini aku sangat mengharapkan tak ada pembantahan darinya.

" Ella... pikirkan tentang bayimu."

" Ya... aku memikirkannya."

Aku memandangi perutku yang terlihat masih datar. Tanganku mulai membelainya dengan lembut, sesuatu yang hidup, seorang malaikat kecil sedang bersemayam di sana, menunggu waktu yang tepat untuk hadir ke dunia ini membawa bagian baru dalam hidupku dan Jordi. Tuhan... aku tidak tahu bagaimana aku harus mengatakan rasa terimakasihku, aku hanya tidak menyangka bahwa hadiah yang Kau berikan sepertinya datang lebih cepat dari bayanganku dan dalam keadaan segenting saat ini; bahkan sebelum waktu dimana aku seharusnya bertemu dengan keluarga Jordi terlebih dahulu.

" Bertahanlah bayiku." Bisikku lembut, berharap dia mendengar dengan jelas harapan ibunya.

.......

sorry for short update, have no time to sort the story. end of year always busy time. be patient waiting the others, even I didn't make titles on last 2 updates. I try to make them better in the future. sorry for any typos. happy reading~

Lost in BrazilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang