Part 17 : Our Night

420 31 0
                                    

Mobil berhenti setelah Arthur memberi isyarat pada Rafael bahwa tempat kami saat itu sedikit lengang dan mobil polisi belum terlihat menemukan keberadaan kami. Sebuah taman yang sepertinya sudah tak terurus, atau hanya karena ini larut malam makanya tak banyak penerangan disekitar tempat itu. Tapi benar-benar tempat itu layak dijadikan lokasi pembuatan film horror menurutku. Semua orang keluar dari van  dengan tergesa kecuali Adrian, dia terlihat kesusahan mengeluarkan sesuatu dari bagian kursi belakang.

“ Uhhmm… kita harus berpencar agar tak tertangkap.” Jelas Arthur serius, ia mulai memandangi kami satu per satu. Sorot matanya tajam sangat meyakinkan bahwa yang ia katakan adalah sebuah perintah.

“ Aku tidak setuju.” Sahut Jordi cepat. Saat seperti inilah dengan jelas aku melihat bagaimana mata kedua pria itu saling beradu, sama-sama keras pada pendapat mereka dan sepertinya takkan ada yang mengalah jika tak seorang pun mulai menghentikannya. Aku penasaran jika keduanya harus berada dalam sebuah arena pertarungan, siapakah yang akan menang. Fakta bahwa Jordi pernah memukul pria itu dengan keras beberapa waktu yag lalu bukan jaminan besar bahwa Arthur akan mengalah dengan mudahnya. Tapi aku buru-buru membuang pikiran gila itu, kami sekarang terdesak dan mengendalikan Jordi disaat seperti ini bukanlah sesuatu yang salah. Aku menarik lengan Jordi dan memberinya isyarat untuk berhenti menentang Arthur. Masih dengan tatapan yang sama, namun Jordi mulai mundur dari tempatnya dan berbalik menghadap kepadaku.

“ Baiklah loverboy. Kau bisa pergi bersama gadismu.” Arthur membalas tatapan Jordi sengit.

“ Kita akan bertemu ditempat ini setelah kalian merasa bahwa polisi sudah tak terlihat lagi.”

“ Pastikan tindakan yang kalian lakukan tidak menimbulkan kecurigaan.”

“ Sekarang menyebarlah.”

….

Jordi menarik lenganku menjauh dari yang lain, kami berlari dengan mengendap untuk menghindari mobil polisi yang masih meraung-raung dengan sirene mereka di jalanan. Kami harus bersembunyi di balik pepohonan untuk mengecoh mereka, dan percayalah Jordi mendapatkan keuntungan besar. Dia sempat menciumku walau itu berlangsung cepat. Hell… kenapa pria itu harus memulainya. Pikiran gilaku mulai menginginkan Jordi lebih lama bermain dengan bibirku. Tapi ini bukan waktu yang tepat. Jalanan disekitar kami mengendap terlihat sangat lengang, walau masih banyak toko yang buka di sisi jalan raya, tak banyak orang yang bisa kulihat karena ini sudah benar-benar larut.

Jordi terus menggiringku namun kali ini langkahnya sudah lebih pelan. Kami berdua berjalan berdampingan layaknya anak muda yang sedang berkencan pertama kali. Tak lama aku mencium sesuatu yang lezat tak jauh dari tempat itu. Aroma lezat dan manis yang sangat kukenal menyeruak kuat seperti magnet, menarik tubuhku untuk mengikutinya. Giliranku yang menarik tangan Jordi, memintanya untuk berjalan lebih cepat mengikutiku.

“ Kau bisa bicara bahasa Inggris ?.” Aku menoleh padaa Jordi begitu melihat sebuah toko kue di seberang jalan, pria itu memberiku tatapan bingung.

“ Sedikit. Kenapa ?.”

“ Belikan aku Pao de quijo.”

“ Kenapa harus berbahasa Inggris ?.” Jordi mengangkat sebelah alisnya, masih tak mengerti dengan perintahku.

“ Lakukan saja.”Aku mendorong tubuhnya berharap pria itu melakukannya dengan cepat. Entah kenapa aroma roti keju itu terasa sangat memabukkan dan jika aku tak mendapatkannya, aku seperti akan mati. Serius, apa ini efek si bayi ?. mungkinkah yang menginginkan Pao de quijo bukan diriku, melainkan bayiku.

Jordi kembali ke tempatku dengan dua Pao de quijo di tangannya, ia datang dengan senyum lebar seolah telah berhasil membawa medali emas. Aku bersorak kegirangan menyambut salah satu roti itu, tapi ada sesuatu yang lain yang mendesak agar kulakukan. Hell… apa lagi ini ?.

“ Jordi, gigitlah roti ini.” Aku menyodorkan Pao de quijo di tanganku kepadanya. Dia menatapku bingung dengan matanya yang menurutku semakin mempesona, oh shit jangan katakan bahwa ini adalah akibat dari si bayi, sudah cukup kue keju yang menjadi keinginannya, dia tidak harus menginginkan ayahnya seperti berlebihan kan.

“ Ell, tapi aku sudah punya.” Pria itu menunjukkan rotinya, namun aku melotot karena kesal permintaanku tak dikabulkan.

“ Lakukan saja.”

“ Kau ini aneh sekali.”

“ Apa susahnya menggigit rotiku ?.”

“ Lalu bagaimana denganmu ?.”

“ Aku makan setelahmu.”

“ Tapi Ell…”

“ Apa aku harus meminta Arthur untuk menggigitnya untukku ?.”

“ Tidak usah, aku saja yang menggigitnya.”

Jordi mengambil rotiku sedikit kasar, well… kurasa dia kesal karena melibatkan nama Arthur ditengah-tengah perdebatan kami. Dia menggigitnya cepat dan mengunyahnya seperti orang gila. Ya aku tahu, itu semacam bentuk protes karena aku telah bertindak diluar kebiasaanku. Setelah itu ia menyerahkan roti itu kepadaku, aku memandanginya sejenak lalu mulai menikmati roti keju itu dengan bahagia. Sebenarnya rasanya tidak berbeda jauh dengan apa yang pernah kumakan beberapa waktu yang lalu. Hanya saja ada semacam penyedap rasa yang lain di roti itu, akhhh… aku suka rasa dari bekas gigitan Jordi. Oh jangan-jangan aku telah berubah menjadi seorang penikmat bibir. Tidak tidak… bayiku tidak boleh menginginkan bibir ayahnya.

“ Kurasa polisi sudah tidak ada lagi, apa kita harus kembali ?.” Jordi mulai menarik tubuhku mendekat kepadanya dan menggandengku menuju taman menyeramkan tempat van  berhenti. Hangat tubuh Jordi bagai selimut malam ditengah rasa dingin yang menjalar dipermukaan kulitku, suasana yang sepi dan tenang membuatku merasakan sangat nyaman berada dekat dengannya. Berjalan berdua dengan seseorang yang kucintai; menikmati bintang-bintang atau rembulan merupakan impianku sejak dulu, walaupun malam ini langit terlihat benar-benar gelap, aku tetap merasa senang karena keinginanku telah terwujud di sebuah tempat menakjubkan bernama Rio de Jeneiro.

“ Apa kau bicara bahasa Inggris saat membeli roti ini ?.” Aku mulai membuka suara, mengangkat wajahku untuk melihat Jordi.

“ Uhmmm… tidak.”

“ Kenapa ?.”

“ Penjualnya bisa berbahasa Spanyol.”

“ Apa dia menjual dengan harga mahal ?. Maksudku tidak seperti yang ada di daftar menu.”

“ Tidak ada daftar menu.”

“ Berapa kau membelinya ?.”

R$20  untuk dua roti.”

“ Serius ?, sebelumnya aku dapat R$5  untuk satu roti. Dia menipumu.”

“ Benarkah ? penjualnya mengatakan kalau dia tahu aku pemain Barcelona, makanya aku mendapat potongan harga jika aku memberinya tanda tangan.”

“ Lalu kau memberinya tanda tangan.”

“ Ya.”

“ Jezz, dia benar-benar menipumu. Aku saja dapat R$25  untuk sebuah tanda tangan Neymar. Harusnya kau tidak membayar apa-apa untuk roti ini.”

“ Maksudmu ?, ada apa dengan tanda tangan Neymar ?.” Jordi mulai melepaskan rankulannya dan menatapku penuh selidik. Ughh… aku benci dengan tatapan itu, aku selalu merasa seperti mendapatkan intimidasi berlebih.

“ Cerita lama. Aku tak mau mengungkitnya.”

“ Wow… sepertinya Ella sudah benar-benar menjadi orang Brasil. Dia tahu segalanya, dan dia punya banyak rahasia.” Cecar Jordi sambil melotot kepadaku. Aku menggigit bibir bawahku karena kesal.

“ Tutup mulutmu.”

…..

Lost in BrazilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang