Hari yang ditunggu akhirnya tiba, Jordi dan para pemain tim nasional pergi ke Brazil tujuh hari sebelum pertandingan pertama mereka melawan Belanda. Sementara aku akan menyusul mereka ke sana tiga hari sebelum pertandingan di mulai. Entah bagaimana Jordi mengaturnya, yang jelas ia berani memastikan Rafaella akan menjemputku tepat waktu—semoga saja.
Jordi memelukku erat sebelum kami berpisah di bandara El Prat, ada beberapa WAGs lain yang melakukan hal yang sama dan beberapa lainnya memutuskan untuk ikut ke Brazil pada hari itu juga dengan penerbangan lain. Maklum saja, semua pemain pergi dengan pesawat yang dikhususkan hanya ditumpangi oleh para pemain dan para official tim nasional.
Rasanya?, entahlah... setidaknya aku tidak akan melihat kekonyolan Jordi selama empat hari ke depan. Dia pasti akan bersenang-senang dengan para pemain lainnya, dan aku−tentu saja akan sangat mati-matian berujuang melawan kesepian.
Sejak hari terakhirku berkunjung ke Montjuic, maka sejak itu pula aku tidak memberi kabar pada Bastian. Mungkin aku terlalu kasar padanya, jadi aku memutuskan untuk mengabarinya tentang kepergianku ke Brazil lewat sms. Dia tidak menanggapinya terlalu serius, yang ia lakukan hanyalah minta maaf kepadaku dan meminta untuk bertemu.
Setelah dari bandara, aku memutuskan untuk pergi ke toko. Di sana, seperti biasa selalu sepi. Toko keluarga Maria yang menjual bunga itu hanyalah salah satu tempat berjualan ditengah toko-toko glamor di sepanjang Career de Jordi Girona, tokonya pun tidak terlalu mencolok, bahkan yang membuat semua orang yang lewat disana tahu bahwa tempat itu adalah sebuah toko hanyalah sebuah papan dengan tulisan Floresteria familia de Maria. Nyonya Mierda adalah pemiliknya, ia menggunakan nama Maria sebagai nama toko itu karena ia percaya bahwa ibunya akan selalu bersamanya. Wanita berusia lima puluh tahun itu gemar sekali memasak, kadang saat aku datang ke sana, dia selalu membuat kue-kue tradisional yang enak. Ia tinggal dengan suaminya Pablo sementara anak-anak mereka tinggal di tempat yang jauh dengan keluarga masing-masing. Untuk itulah mereka senang aku bekerja di sana.
Awalnya Nyonya Mierda tak mau menerimaku sebagai pegawai di sana, namun karena aku berkeras dan bersedia tak di gaji, akhirnya dia setuju mempekerjakanku. Sebenarnya aku bekerja di sana bukan karena aku ingin uang lebih, Jordi selalu punya cara untuk memberikan apa yang kuinginkan, jadi aku memutuskan bekerja untuk membunuh rasa jenuh sendirian di tinggal di apartemen.
Siang itu Nyonya Mierda menyambut kedatanganku dengan senyuman penuh, sudah dua hari aku tak datang bekerja, itu yang membuatnya terlihat sangat senang melihat kedatanganku.
" Oh Ella, kau tahu betapa bunga-bunga di sini merindukan sentuhanmu." Katanya bergurau, ia menyingkirkan penyiram bunga yang ada ditangannya untuk menyambut kedatanganku.
" Aku juga merindukan mereka Nyonya." Kataku simpul.
" Kemana saja Jordi membawamu pergi?"
" Aku tidak kemana-mana Nyonya, hanya saja akhir-akhir ini aku merasa sedikit stress dan butuh istirahat."
" Ah... apa kalian membicarakan pernikahan?, semua orang akan merasa sangat dipusingkan dengan hal itu." Nyonya Mierda berkata dengan acuh lalu mengalihkan perhatiannya pada serumpun bunga aster dalam gelas bening di sudut ruangan.
" Bukan itu Nyonya. Kami belum bicara sejauh itu." Elakku cepat, bagaimana pun juga kata-kata wanita itu sedikit banyak mempengaruhi otakku. Pernikahan?, aku bahkan belum memikirkannya.
" Aku tidak bermaksud menggurui. Hanya saja jika kau sudah yakin dengannya, cobalah untuk membuat komitmen. Segala masalah yang terjadi dapat dibicarakan bersama, bukan seperti yang terjadi saat ini. Kau terlalu memikirkan masalah yang terjadi secara berlebihan, sedangkan belum tentu Jordi memikirkannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost in Brazil
Aksiyon(cerita ditulis tahun 2014, maaf atas kelabilan dan alur yang masih abal-abal) Petualangan baru Ella kembali di mulai saat ia terpaksa harus ikut dengan Jordi ke Brasil untuk piala dunia. Kerinduannya akan petualangan ekstrim bersama Boixos Nois ad...