Part 24 : The game is over

326 25 0
                                    

“ Apa yang mereka lakukan denganmu di rumah sakit ?.” Arthur berjongkok, memandangiku cemas. Dia meraih bahuku dengan kedua tangannya. Aku balas menatap Arthur tepat dimatanya. Lihat sekarang, aku tidak tahu harus bersikap seperti apa padanya. Beberapa waktu yang lalu, ia nyaris saja menarik pelatuk sebuah pistol yang tepat ditodongkan pada perutku. Dan sekarang, dia mencemaskanku seperti tak terjadi apa-apa sebelumnya.

“ Art… Adrian tertembak.” Kataku lemah ditengah tangisanku, mengabaikan pertanyaannya yang sebelumnya.

“ Tidak ada yang bisa kita lakukan dengan Adrian.” Jawab Arthur dengan suara bergetar. Damn… bahkan disaat seperti ini Arthur masih saja membuatku bingung.

“ Teman-teman. Aku mencari kalian.” Tak lama sosok Rafael datang menyela kami. Aku menoleh pada pria itu, keadaannya tak lebih baik dariku. Penampilan yang kacau layaknya telah diserang binatang buas. Tapi yang menyerang kami kali ini jauh lebih berbahaya dari sekedar binatang buas sekalipun. Aku masih terlarut dalam kesedihan atas meninggalnya Adrian dalam serangan kali ini hingga tak menyadari bahwa Arthur telah memukul wajah Rafael dengan keras. Aku kembali tercekat melihat kejadian itu, tak bisa melakukan apa-apa saat tubuh Rafael terhempas dengan keras di atas pasir. Mata Arthur berkilat menatap tubuh tak berdaya Rafael, dia terlihat masih belum puas memukuli pria itu. Satu pukulan lagi mendarat pada wajah Rafael, dengan cepat menciptakan lebam kemerahan di sana.

“  Kau bajingan Raf… kenapa kau bawa kami ke sini ?. kau pasti melakukannya dengan sengaja, agar orang-orang itu dapat menangkap kita.”

“ Aku bersumpah, aku tak tahu jika ada banyak orang yang menguasai jalan di sini. Aku hanya menyetir untuk menghindari musuh. Dan aku tak menyangka bahwa jalan kita akan terhalang …”

“ Kau… membuat kita kehilangan segalanya.” Arthur kembali akan memukul Rafael, namun buru-buru aku bangkit dari tempatku untuk mencegah pukulan Arthur pada si malang Rafael.

“ Hentikan Arthur. Terima saja kenyataan bahwa semua ini sudah berakhir.” Aku meneriaki Arthur hingga membuat pria itu menurunkan tinjunya.

“ Apa kau sadar dengan yang kau lakukan Art ?. Rafael adalah temanmu.”

“ Kau tidak pantas memperlakukannya seperti ini.”

“ Arthur yang kukenal sebelumnya tidak seegois ini. Dia tidak terlihat seperti akan mengorbankan temannya demi kepentingan pribadi.”

 “ Atau…”

Satu lagi hal yang membuatku tersentak, seperti mendapatkan sengatan listrik ribuan volt,  aku menyalahkan diriku—terutama pikiranku yang lambat menyadari semua fakta yang telah ada di depan mataku sebelumnya, kenapa semuanya tidak datang secara langsung saja, aku tak perlu merasakan rasa sakit ini dengan perlahan.

“ Kau adalah bagian dari mafia-mafia itu. Kau hanya memanfaatkan Rafael dan Adrian ?. benar begitu Art ?.” Si pria Amerika diam tak mengatakan apa-apa, dia juga tak berusaha menghindari pandanganku. Aku tertunduk sedih dan membeku, menyadari bahwa apa yang kukatakan adalah benar.

Kulihat ekspresi Rafael tak kalah kaget, dia mulai berdiri lalu menghampiri Arthur yang mematung.

“ Bukkk…” Aku tersenyum pahit saat melihat Rafael akhirnya melayangkan pukulan ke wajah Arthur.

“ You bastard Art… Even it couldn’t pay what you’ve done to me and Adrian.”

Pria itu berbalik dan berjalan menjauh dari aku dan Arthur dengan langkah yang lemah. Aku memandangi punggung Rafael yang semakin jauh, yakin sekali bahwa pria itu benar-benar kecewa pada Arthur. Tak salah jika sebelumnya aku mengatakan betapa Adrian dan Rafael sangat menghormatinya mati-matian. Pada akhirnya Arthur hanya akan kehilangan segalanya, dia tidak akan mendapatkan apapun dari semua ini.

“ Booommmm….” Tak lama sebuah ledakan besar terjadi di tengah-tengah kerumunan para pengunjung pantai. Suara keras itu langsung menarik perhatianku, Arthur dan juga Rafael. Mataku yang masih berair tetap berusaha untuk melihat apa yang terjadi dari kejauhan. Tepat pada posisi van kami berhenti, di sanalah ledakan bersumber. Kepulan asap hitam kemerahan seperti menari-nari di udara. Jeritan orang-orang terdengar sangat jelas dari tempatku berdiri, mereka mulai berlarian untuk menyelamatkan diri.

“ Semuanya sudah berakhir Art.” Kataku lemah dengan senyum pahit.

Aku menyeret langkahku menjauh dari Arthur, membiarkan kakiku terbenam diantara pasir putih pantai itu. Suara burung camar yang beterbangan di sekitar pantai seperti nyanyian penghibur untukku. Angin berhembus bebas, membelai rambut panjangku, seolah-olah membisikkan senandung kemenangan dan kebebasan. Inilah akhir dari segala petualanganku di tempat ini, tidak berakhir dengan baik namun satu hal yang membuatku mengerti. Aku harus berhati-hati dengan keinginanku sendiri. Sebelum semuanya benar-benar dikabulkan Tuhan dan aku tidak cukup sanggup untuk mejalani segalanya. Bagaimana pun juga Boixos Nois adalah rumah dan kelompok terbaik yang pernah kukenal. Tidak ada momen yang lebih menyenangkan selain melakukannya dengan mereka.

Saatnya kembali ke hotel dan berkemas untuk kembali ke Spanyol.

....

Wow... udah deket akhir ternyata. gk nyangka kalo aku bakal ngepublish ini cerita dengan waktu yang lebih lama dari yang diprediksi. satu semester penuh tantangan. padahal ngedit dikit apa susahnya ya ?, tapi ya gitu... lebih senang nunda-nunda pekerjaan, dan akhirnya emang kelabakan sendiri. terlebih kemarin pas notebooknya mati total, takut bgt data-datanya hilang termasuk cerita ini. dua minggu lebih terombang ambing dengan ketidakpastian, but eventually dia baik-baik aja. masalah juga gk berhenti sampai disitu, notebook udah kembali, tapi ternyata wordnya bermasalah. yaudah... sekali lagi aku dibuat galau.

Terimakasih bgt buat reader yang setia ngikutin ini ff dari awal sampe sekarang. maaf aku gk mention those who may concern. ini adalah last part dr Lost in Brazil. beberapa hari terakhir aku ngerasa kalo aku harus segera ngepublish semuanya karena project baruku yang lain. gk ada lagi yang bisa aku ucapin selain terimakasih yang besar dan mohon maaf jika ada pihak-pihak yang merasa tidak berkenan dengan cerita ini. ^_^

Lost in BrazilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang