Lima hari berselang aku dan teman-temanku telah menjelajah hampir seluruh Belo Horizonte pada empat hari sebelumnya dan sekarang kami sedang dalam perjalanan menuju Brasilia. Selama di Belo Horizonte Rafael dan Arthur bekerja keras membuat perhitungan skor dari skema yang mungkin akan digunakan para mafia judi. Setelah penyerangan di Curitiba beberapa waktu yang lalu kami benar-benar menghentikan segala pekerjaan di Brasil dan menyerahkan sepenuhnya pada Paulo di Spanyol. Berdasarkan apa yang Rafael katakan, Macau dan Las Vegas kehilangan hampir empat juta dolar untuk seluruh pertandingan sebelumnya. Jika benar demikian, harusnya aku dan orang-orang ini sudah berakhir dengan mengenaskan di suatu tempat yang bahkan polisi pun tak dapat menemukannya.
Arthur dan Rafael membuat lima buah skema berbeda, dan tadi malam FIFA resmi mengeluarkan skema baru pada babak enam belas besar. Salah satu dari kelima skema bayangan itu ternyata benar, aku benar-benar terpukau pada keahlian mereka dalam melakukan perhitungan. Rafael mengatakan bahwa seharusnya ada lebih banyak kemungkinan pada skema itu, tapi ia telah memperhitungkan perkiraan mengenai negara-negara dengan peluang besar pada even ini. Pikiranku sepenuhnya telah tersita pada kegiatan ini hingga nama Jordi sepertinya sudah terkikis dalam otakku. Benarkah begitu ?, tidak juga. Aku mungkin hanya lupa sudah berapa lama kami tidak saling berkomunikasi, apakah ia sudah kembali ke Spanyol atau masih di sini.
Piala dunia rehat selama dua hari untuk menunggu pertandingan babak enam belas besar, beberapa negara yang tidak kusangka bisa lolos ternyata mampu mengalahkan nama-nama besar negara Eropa sekelas Italia, Inggris dan Spanyol.
Hentakan musik latin yang nyaring-melebihi yang biasa Paulo putar dalam mobilnya, nyatanya tak mengusik telingaku sama sekali kali ini. Aku menyukai musik latin, baik yang modern ataupun musik latin yang masih asli. Hanya saja aku tidak terbiasa dengan bagaimana musik-musik itu harus mengalun dengan volume diatas rata-rata. Arthur membawa kami ke sebuah klub malam di tepian danau Parańoa. Bukan klub malam yang besar, paling tidak kulihat masih ada beberapa klub lainnya yang tak jauh dari tempat kami. Tapi dari tempat ini kurasa adalah yang sudut paling tepat untuk menikmati jembatan Juscelino Kubitschek di malam hari. Lampu-lampu gemerlap pada jembatan seperti mengalahkan cahaya bintang dilangit sana, atau memang malam ini tidak ada bintang. Desain jembatan besi yang modern dan megah membuatku dengan cepat menyimpulkan bahwa ini adalah jembatan terindah yang pernah kulihat selama hidupku.
Klub malam itu terasa sangat sempit karena banyak yang berkunjung, terutama mereka dengan muka-muka Eropa atau paling tidak negara bekas jajahan Inggris. Asap rokok mengepul dimana-mana, seperti tidak mengizinkan aku untuk menghirup udara bersih. Bau alkohol memang sudah sangat sering kurasakan selama bekerja di klub malam milik Antoni, tapi tidak semenyengat yang kucium sekarang. Semoga saja aroma ini tak membuat efek mabuk untuk tubuhku, karena jika tidak-bagaimana jadinya Arthur akan menghadapi kegilaanku, atau apa yang akan kulakukan pada pria itu. Membayangkannya saja sudah terasa mengerikan.
Udara dingin karena angin malam tak membuat malam ini secara harfiah juga mengalami hal yang sama, Adrian beberapa kali mengajakku untuk turun ke lantai dansa sebelum ia menemukan seorang gadis Brasil dan menari bersamanya. Rafael jika kukatakan sama seperti Paulo, dia terlalu mencintai komputer-komputernya hingga memutuskan untuk berjaga di van . Kulihat Arthur sedang bicara dengan dua orang pria pirang di sebuah meja, sedangkan aku hanya menunggu tanpa melakukan apa-apa sambil memandangi jembatan JK sendirian. Tak ada yang benar-benar peduli pada keadaan sekitar. Aku menikmati kesendirianku, hentakan musik, udara pengap malam ini, semuanya seperti berada dalam porsi yang sama, tetap tak mampu membuatku beranjak dari tempat semula aku berdiri. Entahlah, aku tidak kacau. Hanya saja aku tak menyangka akan melangkah sejauh ini, meninggalkan rumah, meninggalkan Jordi, dan mempercayai orang-orang baru ini. Brasil bukan tempat yang buruk untuk berpetualang, aku mulai mengenal tempat-tempat persembunyian yang bisa kudatangi setiap waktu. Porto Alegre, Recife, Curitiba, Rio, Sao Paulo-aku bisa berlari sejauh mana langkah kaki menyeretku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost in Brazil
Action(cerita ditulis tahun 2014, maaf atas kelabilan dan alur yang masih abal-abal) Petualangan baru Ella kembali di mulai saat ia terpaksa harus ikut dengan Jordi ke Brasil untuk piala dunia. Kerinduannya akan petualangan ekstrim bersama Boixos Nois ad...