Chap 28

1.5K 130 10
                                    

1 tahun kemudian

Tahun sudah berganti, keadaan kota sudah sebagian berubah. Termasuk kegiatan warganya yang semakin sibuk dengan tujuan mereka. Saling sapa antara tetangga lebih jarang dilakukan saat berpas-pasan dipagi hari. Keadaan jalanan sudah sedikit ada kemacetan, walau beberapa menit kemudian sudah kembali berjalan lancar.

Para pekerja kantoran banyak yang lembur sampai malam untuk menyelesaikan deadline mereka di esok hari sampai menghabiskan beberpa cup coffee untuk menghalau rada kantul dimalam hari.

Kawasan sekolah masih sedikit sama dengan tahun lalu, semua serba sibuk bagi kelas 2 dan 3. Bedanya, kelas 2 tahun ini sudah mendapat jam tambahan pelajaran sesuai jurusan mereka. Kelas 3 lebih banyak lagi jam tambahan materi di sekolah hingga malam. Dan setelahnya, tempat les privat menjadi tempat belajar nya anak kelas 3 di malam hari sampai hampir tengah malam. Begitulah yang terjadi sekarang, semua hampir berubah.

"Kau tak pulang lagi Jim?" sapa Namjoon yang sudah membawa tas jinjingnya saat memasuki ruangan Jimin. 

Jimin yang menutup matanya langsung melirik ke Namjoon di depan pintu dari kursinya. "Sebentar lagi. Kau kapan memprivat Ji sa lagi?"

"Dia ada jadwal privat diluar untuk hari ini dan besok. Baru lusanya dia privat denganku." terang Namjoon.

Pria itu kembali mengingat jika semingguan ini Jimin dan Ji sa jarang bertemu sebab keduanya sibuk. Tapi mungkin hanya Ji sa yang sibuk, dan Jimin hanya berdiam diri di kantor entah memikirkan apapun dalam semingguan ini.

"Kau ada waktu luang kan malam ini? Temani aku minum!" ucap Jimin yang mulai beranjak dari kursi kerjanya untuk segera mendekati tiang kayu untuk menaruh jas kantornya. Ia menenteng tasnya dan segera meninggalkan ruangan dengan Namjoon dibelakang nya.

Alunan musik yang mengalun pelan  sudah menjadi pengiring untuk setiap curhatan Jimin sedari tadi. Sekarang Jimin sudah menghabiskan setengah botol soju sebagai selingan saat ia mengutarakan masalahnya.

Bahwa selama ini dirinya bingung akan sikap Ji sa. Sudah hampir satu tahun Jimin menunggu kata suka dari Ji sa,  itulah kenapa semingguan ini ia enggan bertemu Ji sa. Atau mungkin ia telah lelah menunggu, itulah kenapa ia lebih suka memandangi segelas bir di tangannya. Kemudian meneguknya dalam sekali. Membuat Namjoon selalu menghela nafas lelah dengan sikap Jimin yang sangat menjengkelkan. Lihat saja kelakuan Jimin, katanya minum bersama, memang benar, tapi bahkan mereka tak berbincang satu kata pun semenjak datang kesini. Membuatnya melinggarkan dasinya dan ikut meenggak segelas bir kemudian meletakkannya kemeja dengan agak cepat, yang penting bunyi yang ditimbulkan dapat memecahkan keheningan dimejanya.

"Jim! Kalau kau ada masalah, ceritalah! Tujuanmu minum mau curhat kan?"

"Majja. Aku hanya bingung harus menyerah sekarang atau nanti. Saat kepalaku dan tubuhku, apalagi ekspresi ku yang datar seperti ini mulai kunampakkan ke Ji sa dan bicara untuk memperjuangkannya." Jimin terkekeh, membayangkan hal itu yang membayanginya.

"Jika itu didrama, kau pergi, maka Ji sa akan datang padamu. Apa yang akan kau lakukan?"

"Benarkah? Aku tidak percaya. Geundae, kalau aku benar- benar sudah tak mengharapkannya, untuk apa diterima."

*****

Alarm meja menampilkan angka 6. 00 dan berdering dikamar Ji sa, sementara si pemilik mengernyit merasa terganggu dengan suara deringan alarm. Ia mengangkat kepala nya dan menegakkan badannya yang kaku dan sakit karena tidur di meja belajar.

Ia mengerjap matanya sebentar untuk mengumpulkan nyawanya. Apalagi kepalanya sedikit pusing, jadi ia mengerjap selama satu menit sambil melihat buku pelajarannya yang hampir selesai ia pelajari.

Ji sa menuruni tangganya dengan pelan, ia sudah siap berangkat kesekolah saat jam masih menunjuk angka 7, bahkan masih butuh 9 menit lagi untuk bisa disebut pukul tujuh pagi. Kakinya melangkah menuju meja makan, kebetulan baru dirinya yang duduk dimeja makan. Para maid saja masih belum menyelesaikan jamuan sarapan. Jadi Ji sa menunggunya dengan merebahkan kepalanya dimeja beralaskan lipatan tangannya.

"Kau mau sarapan atau tidur lagi!" suara berat milik ayahnya membuatnya berjingkat dan membenarkan duduknya. "Aku hanya menunggu sarapan siap."

"Nilaimu cukup meningkat, tingkatkan sampai batas 9.5, dan pertahankan disana. Appa tak memintamu untuk dapat nilai sempurna. Takutnya kamu ngedrop lagi. Kamu juga sibuk kan belajar buat Ujian masuk Universitas."

"Arraseo. Geundae, jika aku tidak diterimah di UNS bagaimana?"

"Kau masih bisa daftar di Yonsei."

"Kalau itu juga tak diterima?"

"Daftar di Seoyeon Universitas. Kalau itu juga gagal.... Ujian tahun depan!"

Ji sa hanya mengangguk mengerti, sekarang ia sudah benar- benar memikirkan belajar - dan belajar. Ia tak punya waktu lagi untuk mendengar berita Hye in. Waktu untuk makan dengan tenang saja tak pernah ada, 2 bulan lagi semester 5 akan segera berakhir. Ujian akhir semester akan ia tempuh. Waktunya tak banyak lagi untuk belajar. Bahkan belajar efektif di sekolah, di tempat privat, sampai belajar sendiri di rumah setelahnya masih belum cukup, sampai memotong waktu tidurnya juga.




"Menenangkan pikiran?"

"Hm."

"Aku masih bisa main- main di kelas dua, tapi aku menguranginya. Aku tahu aku sudah pintar. Tapi appaku masih mengirim ku ke tempat privat."

"Kau harus masuk ke sekolah polisi juga kan. Jadi kupikir itu bagus!"

"Geujeo! Kau sendiri?"

"Masih belum. Aku masih bercabang antara desain interior ataupun fashion." 

"Mungkin kita tak bisa lagi ngobrol seperti ini lagi dalam waktu dekat. Aku memang bisa menghubungimu, tapi akan sulit untuk menemukan waktu yang pas. Tapi perlu kutanyakan hal ini padamu."

"Mwoya?"

"Aku tahu kau sibuk, kau melupakannya. Temui dia dan ungkapkan perasaanmu sebelum terlambat. Biasanya, pria yang menunggu wanita menjawab, akan pergi duluan sebelum wanita itu menjawab setelah menunggu sekian lama." Ucap Vernon serius. Bahkan Gadis disampingnya masih diam, mungkin sudah saatnya ia pergi. "Aku pergi duluan, Ji." pamitnya kemudian.

Tidak tepat. Ji sa menggumam lirih seelah Vernon pergi, saat masih siang. Disaat ia pergi keatap untuk istirahat sebentar kemudian belajar lagi sampai 5 jam kedepan, otak. Kemudian otaknya sudah penuh untuk memikirkan perkataan Vernon. Sukses. Selama 5 jam pelajaran di sekolah kemudian, otaknya tak menyimpan materi pelajaran dengan benar. Kemudian di tempat privat, selama 3 jam, materi yamg masuk dikepalanya juga tak mampu ia simpan. Pikirannya masih tentang Jimin yang beberapa hari tak dijumpainya.

Jadi pikirannya kosong saat memandangi pintu apartemen yang masih tertutup. Waktu yang ia lihat batu pukul 11 malam. Seharusnya ia sudah pulang dan siap belajar lagi sampai 3 jam kedepan. Namun ia masih berdiri didepan pintu apartemen itu untuk segera menekan tombol bel, dan ucapkan tiga kata itu  dan pulang! Mudah!

Dengan lambat, Ji sa berhasil menekan bel sampai tiga kali. Mungki  si pemilik aparteu baru bangun dri tidurnya. Saat ia memundurkan tubuhnya satu langkah saat pintu dibuka, ia lalu bersyukur masih melihat pemilik Aparteu memakai sweater putih dengan rambut yang masih berantakan.

"Ji sa? Kenapa...."

"Aku.....



  *****

Hey guys!!!

Sudsh lama ya aku gak up
Aku belum mendapatoan pencerahan unruk nglanjutin kemaren.

Jadi aku nulis segitu dulu ya.

Oh iya, mungkin cerita ini hampir mendekati end chapter. Mohon maaf untuk saat ini aku pikir cerita ini akan berhenti di chapter 30. Karena, aku pengen ngrasain gimana nylesein satu cerita. Karena work aku masih banyak yang belum selesai, jadi kupikir sudah saatnya juga cerita ini diselesaikan.

Mohon pengertiannya ya

Terima ya yang sudah mendukung cerita ini.

Bye

MY LITTLE GIRL [Park Jimin X You] (FIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang