Chap 30

2.4K 106 4
                                    

Jisa membereskan buku-bukunya dan memasukkan ke dalam tas. Kemudian pergi ke kamar Jimin untuk meletakkan tasnya, lalu kembali keruang tengah sambil membawa selimut. Perlahan ia menyelimuti Jimin yang sudah terlelap di sofa. Kemudian ia melangkah kedapur untuk meminum air putih--dan tak sengaja matanya melihat sekotak susu di rak dalam kulkas yang membuat memori dalam otaknya terputar. Kenangan dimana dulu ia sering dibuatkan susu oleh mendiang eommanya. Matanya mengunang tak bisa fokus, karena pikirannya sibuk memutar kenangannya bersama eommanya dulu. Kenangan itu terputar tak beraturan hingga ia mengingat saat- saat terakhir ia bertemu dengan eommanya.

"Eomma, Bogoshipeo." gumamnya ketika ia mulai tersadar dari tidurnya. Ternyata matahari sudah bersinar terang. Saat ini waktu masih menunjuk kan pukul setengah tujuh, namun ia enggan memakai seragamnya setelah mandi dan malah memandang kosong seragamnya yang tergantung. Perlahan ia meninggalkan kamar dan menghampiri Jimin yang sudah rapi berpakaian itu sedang menikmati sarapannya di meja makan. "Kenapa belum siap-siap? Mau membolos?"

"Ya. Bersamamu." sahutnya sembari duduk dihadaan Jimin.

"Sudah kuduga! Kamu ada masalah dengan Abeohji. Mwondae?"

"Aku ingin berkunjung.......ke Makam eomma." ucap Ji sa cepat.

*****

Sudah limabelas menit mereka berdiri di depan makam mendiang Ny. Shin. Belum ada niatan untuk membuka pembicaraan, Jimin menoleh ke Ji sa secara berkala untuk memastikannya baik-baik saja. Kemudian menghadap ke makam lagi untuk melihat foto terakhir beliau.

"Aku sudah melakukannya......" ucap gadis itu setelah diam sedari tadi sampai. "Eomma. Aku juga sudah menuruti keinginan Appa untuk selalu belajar dengan keras satu tahun belakangan. Aku senang bisa sakit karena terlalu sering belajar. Maafkan aku, baru sekarang aku bisa mengabulkan permintaan Eomma. Aku sekarang--mungkin besok akan bahagia bersamanya. Eomma, aku sudah baik- baik saja--jangan khawatir." monolog Ji sa, gadis itu masih berekspresi datar, tak berapa lama Jimin, menggenggam tangan kanan Ji sa untuk memberinya kekuatan. Tak lama, mereka meninggalkan makam itu karena Jisa sudah selesai mendoakan mendiang eommanya.

Jimin memberikan minuman hangat untuk Ji sa setelah memasuki mobilnya. Kini, mobilnya menghuni di bahu jalan taman kota yang lumayan sepi. "Aku sudah menjelaskannya pada Abeohji, sekarang sudah baikan?" ucapnya setelah Jisa menerima minuman yang dibelinya.

"Aku hanya perlu istirahat, kita kembali ke rumahmu!" sahutnya singkat.

Jimin memilih untuk menuruti ucapan Ji sa, ia mencoba untuk bersabar menunggu waktu yang tepat untuk mengobrol dengannya. Ia tentu harus bersabar karena ia tahu, mungkin tidak akan terjadi dalam waktu dekat. Pikirannya terlalu sibuk dengan pemikirannya selama ia mengemudikan mobilnya hingga tak terasa ia sudah memarkirkan mobilnya di parkiran, kemudian turun untuk menuju lift yang akan mengantar mereka ke lantai dimana apartemennya berada.

Ji sa berjalan dengan tenang tanpa melirik Jimin. Bukan apa-apa, ia hanya terlalu pusing memikirkan jawaban jika pria itu bertanya. Bertanya tentang perasaannya yang bahkan ia belum berani mengakuinya. Ia masih bimbang memikirkan itu

Ketika mereka sudah sampai di apartemen, Jimin langsung melenggang ke kamar untuk ganti baju, dan Ji sa masih mematung di depan pintu meandnagi lantaid dan enggan melepas sepatunya saat ini. Ia terus berseteru dengan dirinya bahwa ini bukan dirinya, ini bukan kebiasaan nya. Dan tunggu, ayolah! Ia bukan pertama kalinya jatuh cinta ataupun punya kekasih. Sekali lagi, ia menghela nafas untuk memutuskan ia bisa bersikap seperti biasa bersama Jimin.

Jimin meraih ponselnya di kasur setelah kembalinya dari kamar mandi kamarnya, ia sudah mengganti kemejanya dengan kaos monokrom round neck berlengan panjang. Sekilas ia membaca si pemanggil dan membuatnya bersiap untuk berbicara sopan. "Ne, abeohji?"

MY LITTLE GIRL [Park Jimin X You] (FIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang