Bd 2

9.3K 458 5
                                    

Hay balik lagi nih. semoga suka dengan kelanjutannya

Jangan lupa kasih dukungannya ya...

Biasakan vote sebelum baca
Happy reading

.
.
.

Sudah seminggu lebih Gladis tidak pernah melihat Saga, padahal ia ingin mengucapkan terima kasih lagi karena waktu itu ucapannya tidak mendapat tanggapan. Gladis hanya sering melihat kedua teman Saga. Ingin bertanya, tapi ia tidak akan berani melakukannya

Tapi saat mendengar percakapan teman dikelasnya, Gladis tau bahwa saga memang tidak pernah masuk selama seminggu ini. Mereka mengatakan saga tidak masuk karena sedang sakit, tapi Gladis tidak tau apakah itu benar atau hanya perkiraan mereka saja

Semenjak kejadian Gladis jatuh dikantin dibawa ke UKS oleh saga, ia semakin mendapat tatapan sinis dari murid-murid satu kelas bahkan satu sekolahnya. Hal ini membuat Gladis tidak berani lagi memasuki kantin saat jam istirahat maupun jam-jam lainnya. Gladis hanya akan tinggal dikelasnya atau pergi ke taman di belakang sekolahnya. Seperti halnya hari ini, Gladis hanya duduk di salah satu kursi taman dengan membawa buku gambar, pensil, bekal makanan dan minumannya

Gladis menggoreskan pensil diatas buku gambarnya dengan sesekali menyuapkan makanan kedalam mulutnya. Sesekali juga ia melihat keatas awan memikirkan detail bentuk yang ia gambar saat ini

Pola garis-garis dibuat Gladis sehingga membuat gambar wajah seorang pria dengan guratan-guratan tua seperti pada aslinya. Gambar siapa yang ia buat?, Gambar seorang pria yang sangat berjasa dalam hidupnya yaitu ayahnya. Gladis menggambar dengan sangat serius hingga tidak menyadari seorang mengintip gambarnya dari arah belakangnya

'bagus' puji orang itu dengan membatin. Dilangkahkan kakinya dengan perlahan dan mendudukkan dirinya disamping Gladis setelah memindahkan kotak bekal milik Gladis

Disandarkannya kepalanya di bahu Gladis sehingga membuat Gladis menegang di tempatnya. Pria itu hanya tersenyum dengan menutup kedua matanya saat menyadari ketegangan dari gadis di sampingnya

Setelah menyadari satu hal, senyum juga ikut terbit di bibir Gladis, yaitu setelah mencium bau parfum yang dikenalinya. Bau parfum yang sama dengan orang yang sudah seminggu kemarin dicarinya

"Pinjam bahu kamu lima menit" ucap pria itu membuat Gladis semakin yakin dengan perkiraannya. "Bolehkan?" tanya pria itu meminta izin. Gladis sangat bingung harus melakukan apa, sedangkan pria itu sudah tertidur dibahunya dan terdengar suara dengkuran halus dari arah pria itu

Beberapa menit berlalu dengan begitu cepat.
Sudah sedari tadi bel berbunyi, bel yang menandakan waktu istirahat telah usai. Tapi Gladis masih terdiam ditempatnya. Apakah ia bolos pelajaran?, Jawabannya adalah tidak. Lantas?, Gladis masih terdiam ditempatnya karena pria yang bersandar di bahunya masih saja tertidur dan Gladis tidak berani untuk membangunkannya

Gadis menghela nafas berat untuk yang kesekian kalinya dan berusaha mengumpulkan keberaniannya, karena kalau tidak, maka ia akan ketinggalan banyak pelajaran

Gladis kembali membuang nafas berat sebelum membuka suaranya. "Kak. Kak Saga bangun" ucap Gladis pelan. Tapi, pria itu yang ternyata adalah Saga sama sekali tidak bergeming. "Kak bangun" ucap Gladis lagi dengan menaikkan volume suaranya, tapi masih sama, Saga sama sekali tidak bergeming

"Kak bangun" ucap Gladis dengan menepuk pelan pipi saga. Akhirnya dengan perlahan mata Saga terbuka dan senyum manis terbit di bibirnya. Saga sudah bangun tapi, masih saja menyandarkan kepalanya di bahu Gladis

"Terima kasih bahunya" ucap saga setelah menegakkan tubuhnya dan merenggangkan otot-otot tubuhnya kemudian berdiri dari duduknya

Gladis diam menunduk ditempatnya, ia merasa sangat canggung jika melihat ke depan, tepatnya ke arah wajah tampan milik saga

Ditengah mengambil barang-barangnya, sebuah tangan terulur di depan wajah Gladis "ayo, aku antar kamu kekelas" ucap saga dengan senyumnya yang masih belum luntur di bibirnya

"Saya bisa sendiri" ucap Gladis menolak. Saga yang tidak suka di tolak, langsung mengambil kotak bekal, tempat minum, pensil dan buku gambar milik Gladis. Dan dengan tangannya yang bebas, saga menggenggam pergelangan tangan Gladis dan menarik tangan Gladis untuk berjalan di sampingnya

Selama diperjalanan menuju kelas Gladis, saga sesekali melirik kearah Gladis yang terus saja menunduk

Tok tok tok
Saga meneguk pintu ruangan kelas yang ditempati Gladis saat melihat seorang guru sedang mengajar

"Permisi pak" ucap saga setelah guru yang bernama pak Toto itu melihat kearahnya. Pak Toto yang sedang mengajar langsung berjalan kearah pintu dan tak lupa seluruh murid yang kepo mengintip dari jendela ruang kelas XI IPA 1

"Ada perlu apa, nak Saga?" Tanya pak Toto dengan sopan karena mengetahui bahwa Saga adalah anak dari pemilik sekolah tempat ia mengajar saat ini

"Saya hanya mau antar Gladis kekelas. Maaf ya pak, saya pinjam Gladis tidak izin sama bapak terlebih dulu" ucap Saga menarik Gladis dari belakangnya. "Oh iya, tidak masalah" ucap pak Toto melihat kearah Gladis

"Ini" saga menyerahkan barang-barang milik Gladis yang ia pegang ke pemiliknya. "Sana masuk!" Ucap saga dengan mengusap lembut rambut Gladis, Gladis melangkah masuk kedalam kelasnya dengan kepala menunduk

"Kalau begitu saya permisi pak" ucap saga sopan diangguki pak Toto

Saat berjalan melewati meja-meja temannya, Gladis dapat mendengar ucapan temannya yang membuatnya merasa sangat sedih. Bagaimana tidak sedih, jika ia dikatai murahan, kecentilan dan masih banyak lagi

"Baiklah anak-anak, pelajaran akan kita lanjutkan" ucap pak Toto menghentikan keributan yang terjadi dikelas karena kedatangan Gladis yang diantar oleh Saga

Pelajaran kembali dilanjutkan, walau sesekali siswi-siswi kembali saling berbisik. Pak Toto adalah salah satu guru yang mengajar pelajaran fisika. Cara mengajarnya sangat menarik dan mudah untuk dipahami oleh murid-muridnya

Setelah jam pelajaran fisika habis, pak Toto digantikan oleh bu Amel, guru yang mengajarkan pelajaran biologi. Bu Amel adalah salah satu guru yang tampil dengan dandanan yang sangat menor dan sangat kecentilan. Wajahnya yang cantik membuat banyak guru pria tertarik padanya, tapi yang Gladis heran adalah status bu Amel yang masih singgel

Gladis sedari tadi sangat gelisah dikursinya. Bagaimana tidak ia selalu mendengar temannya berbisik-bisik tentang dirinya. Dan hal yang dibisik adalah hal yang tidak benar

Kedekatan kita...
Kenapa harus membuatku merasa sakit..
Kenapa?
Kenapa harus aku yang merasakan sakit itu..

.
.
.

Kuharap semoga kalian suka..

Jangan lupa kasih dukungannya

Salam manis:Riska Wahyuni

Terima kasih & see next chapter

Bukan Dia (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang