Chapter mendekati akhir
Semoga selalu suka
Biasakan vote sebelum baca
Happy reading.
.
.Saga mematikan tv-nya sebelum berjalan kearah istrinya dan merangkul bahu istrinya, mereka berjalan bersamaan kearah kamar dengan obrolan-obrolan ringan
"Kak Saga wudhu duluan saja, Gladis mau siapin alat shalat" ucap Gladis diangguki Saga yang akhirnya berjalan masuk kedalam kamar mandi
Tidak lama saga kembali keluar dalam keadaan telah berwudhu. Gantian Gladis yang masuk kekamar mandi untuk mengambil air wudhu. Beberapa saat kemudian Gladis keluar, ia melihat suaminya telah siap diatas sajadah dengan baju kokoh dan sarung
Gladis bergegas memakai mukenanya dan mereka akhirnya memulai shalat dengan Saga yang menjadi imam shalat untuk Gladis, istrinya
Selepas melaksanakan shalat Magrib Gladis mengajak suaminya untuk makan malam dan dibalas anggukan oleh suaminya
Mereka sudah duduk di kursi masing-masing. Gladis menyendok kan makanan terlebih dahulu di piring suaminya sebelum menyendok kepiringnya sendiri
"Hm.. enak" puji Saga setelah mencicipi hasil masakan istrinya. Gladis hanya tersenyum malu mendengar pujian suaminya tentang hasil masakannya
Setelahnya pasangan suami istri itu makan dalam sunyi hanya sesekali terdengar bunyi sendok yang beradu dengan piring
"Alhamdulillah" ucap Saga setelah seluruh makanan dalam piringnya berpindah ke perutnya. Gladis hanya tersenyum sebelum menumpuk piring kotor untuk ditaruh di wastafel, kemudian mengambil sisa makanan untuk ia simpan di kulkas
"Biar aku yang cuci" cegah Saga saat melihat Gladis yang hendak mencuci peralatan makanan kotor
"Tidak usah kak, biar Gladis saja. Inikan tugas Gladis" ucap Gladis lembut
"Kalau begitu aku bantu, kamu yang kasih sabun, aku yang bilas" putus Saga mambuat Gladis menghela nafas pelan sebelum mengangguk pasrah
Mereka mencuci piring dengan mengobrol ringan, hingga keisengan Saga mulai timbul lagi. Ia menyipratkan air ke wajah Gladis
"Ih kak Saga" Gladis mengeringkan wajahnya dengan lengan bajunya. "Berhenti kak" rengek Gladis karena Saga terus melakukan hal itu
Gladis membilas tangannya di air keran sebelum membalas perbuatan Saga dengan hal yang sama
"Ye tidak kena" mereka malah bermain air padahal peralatan makan yang di wastafel belum selesai mereka cuci
Tawa bahagia menghiasi kegiatan kekanakan yang mereka lakukan. "Sudah kak, kalau kita main-main terus ini tidak akan selesai dicuci" tegur Gladis setelah mengingat cucian piringnya
Saga tertawa lalu mengusap wajah basah istrinya dengan punggung tangannya yang kering
"Yaudah lanjut" Saga mulai membilas peralatan makan yang kotor lalu meletakkannya di keranjang
"Kak, mau minum kopi atau teh?" Tawar Gladis setelah mereka menyelesaikan cucian piring yang ada di wastafel
"Kopi saja"
Gladis mengangguk, "yaudah kakak tunggu di ruangan tv, nanti Gladis bawa ke sana"
"Kalau begitu aku keluar dulu" pamit Saga berjalan keluar dari dapur meninggalkan Gladis yang sedang berkutat didpur untuk membuat kopi dan teh
Selesai membuat secangkir kopi dan teh, Gladis membawanya ke ruang tv dimana suaminya berada
"Ini kak" Gladis menyerahkan cangkir kopi kepada Saga
"Terima kasih, sayang" ucap Saga sebelum menepuk tempat kosong disampingnya, meminta Gladis duduk disampingnya
Gladis menurut dan duduk disana. Saga mulai meminum kopi buatan Gladis "Terlalu manis.." ucap saga menggantung
Gladis yang terkejut langsung melihat kearah suaminya. "Kok bisa?, Tadikan kopinya aku kasih gula sedikit saja" ucap Gladis heran
"Terus gimana dong. Aku takut kena diabetes"
"Biar aku ganti, kak" Gladis hendak mengambil kopi ditangan Saga, tapi saga menjauhkannya
"Jangan diganti" saga merangkul bahu Gladis. "Tidak apa-apa deh aku kena diabetes, habisnya aku hanya suka yang ini" rangkulan Saga dibahunya semakin mengerat
Gladis merasa panas dipipinya. Ternyata sedari tadi suaminya sedang menggodanya
"Makin manis deh, kalau sudah merah-merah begini pipinya" saga mencubit kedua pipi Gladis dengan gemas
"Ihh sakit" Gladis melepaskan tangan Saga dari pipinya
"Yaudah aku tidak cubit lagi" cup Saga mengecup pipi Gladis sekali, membuat Gladis semakin memerah
Gladis melihat kearah Saga yang serius menonton tv seperti tidak terjadi apa-apa sebelumnya
"Aku tau aku ganteng. Awas matamu keluar" Gladis langsung mengalihkan penglihatannya kearah lain karena tertangkap basah sedang menatap wajah suaminya sendiri
"Kak"
"Hem"
"Tidak jadi""Kenapa tidak jadi, sayang?" Saga langsung melihat ke wajah istrinya yang kini menatap kearah tv yang menampilkan pertandingan sepak bola. Wajah Gladis sudah merona karena Saga memanggilnya dengan panggilan 'sayang'
"Sayang" panggil Saga membalik badannya ke arah istrinya dengan melipat kakinya diatas sofa. Gladis melihat kearah suaminya dalam diam
"Ada apa kak?" Tanya Gladis karena Saga hanya diam dengan terus menatapnya
Senyum kecil tebit dibibir Saga "kamu cantik, sayang. Apalagi jika memakai jilbab, jangan pernah lepas jilbabmu lagi kalau keluar rumah" Saga menangkup pipi istrinya dengan kedua telapak tangannya, kemudian mengusap rambut istrinya yang terurai
Gladis tersenyum malu-malu sebelum mengangguk lalu menundukkan kepalanya. "I love you, Gladis Dewi Sartika, my lovely wife" bisik Saga ditelinga Gladis yang masih saja menunduk
"I love you too, mas Saga Safir Rahman, my husband" balas Gladis berbisik sebelum memeluk tubuh Saga dengan erat dan menyembunyikan wajahnya yang sudah semerah tomat didada Saga
Saga membalas pelukan istrinya dengan sama eratnya. "Aku suka panggilan barumu" ucap Saga membuat Gladis semakin menyembunyikan wajahnya
Saga sangat bahagia, karena Gadis cupu kesayangannya semasa SMA kini telah menjadi istrinya
Jujur saat itu ia terlambat menyadari perasaannya yang sesungguhnya, jika ia memang mencintai Gladis sebagai Gladis sendiri bukan sebagai Anita, sahabatnya. Untung saja dia bisa menyadarinya dan berhasil menemukan Gladisnya yang sempat menghilang darinya
.
.
.Maaf bila terdapat typo
Ranina0412
Thanks & see next chapter
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Dia (COMPLETED)
Teen FictionSaga Safir Rahman seorang pria yang merupakan anak tunggal dari seorang pemilik sekolah dan pengusaha. tampan?, sudah pasti jangan ditanya lagi diantara sekian banyak wanita yang dengan terang-terangan menyukainya, kenapa pilihannya malah jatuh pada...