Bd 16

6.5K 336 4
                                    

Alhamdulillah bisa update lagi
Semoga kalian suka dengan kelanjutannya

Kalau gitu lanjut deh

Biasakan vote sebelum baca
Happy reading

.
.
.

Dunianya serasa berhenti saat itu juga
Cerita indahnya pun hanya tinggal menjadi kenangan
Dikedua matanya terus mengalir air
Kembali kedua tangannya meremas gundukan tanah didepannya
Gundukan tanah yang didalamnya telah terkubur orang yang sangat dia sayangi

***

"Sayang" panggil seseorang dengan merengkuh tubuhnya. "aku tau kamu sedih, tapi ingatlah pesan ayahmu. Dia tidak ingin kamu sedih seperti ini, dia ingin kamu bahagia dengan hidupmu. Dan ingatlah, jika ayahmu akan selalu ada bersamamu" diertkannya rengkuhan ditubuh wanita itu

"Kak Saga" lirihnya dengan langsung memeluk erat tubuh pria yang merengkuh tubuhnya

"Iya sayangku, aku disini bersamamu" Saga mengecup lembut kening wanita itu. "Baiklah, untuk sekarang, aku membiarkanmu menangis sepuasmu, tapi ingat cukup hari ini"

Saga membiarkan wanita itu menangis dalam pelukannya hingga bajunya terasa basah karena air mata wanita itu

"Gladis" sebuah suara memanggil namanya membuatnya mengangkat kepalanya lalu melihat dari ceruk leher Saga. Disana telah berdiri tiga orang yang sangat ia rindukan siapa lagi kalau bukan kedua orangtua kandungnya dan kakaknya

"Maaf, karena aku tidak mengatakannya kepadamu lebih dulu sebelum menghubungi mereka dan memberitahukan keberadaanmu" bisik Saga ditelinga Gladis yang masih saja diam didalam pelukannya

Gladis mengedipkan matanya beberapa kali sebelum melepaskan pelukannya ditubuh Saga

"Maaf, kak" lirih Gladis dan langsung berdiri ditempatnya

Saga yang melihat itu hanya tersenyum tipis. "Tidak apa-apa, lagi pula aku senang jika seperti ini, kamu berada dalam pelukanku"

Gladis meninju pelan perut Saga dengan pipinya yang sudah memerah

Saga mencubit pelan pipi Gladis sebelum bergeser kesamping agar Gladis bisa melihat ketiga orang yang masih saja berdiri diam ditempat semula

Gladis tersenyum kecil lalu berjalan perlahan mendekati keluarganya yang tersenyum kearahnya

"Sayang" Sarah menangkup pipi Gladis sejenak sebelum memeluknya dengan sangat erat

"Kenapa kau bersembunyi dari kami? Apa kau membenciku kami? Apa kau marah pada mama? Ap.." "maaf ma" Gladis memotong ucapan mamanya

Sarah melepaskan pelukannya dan beralih menangkup kedua pipi Gladis. "Mama sangat merindukanmu"

Gladis tersenyum lembut "Gladis juga rindu sama mama" Sarah mengecup kening Gladis sekali sebelum Gladis berpindah kepelukan papanya

Tidak ada yang keluar dari mulut papanya tapi Gladis merasakan pelukan papanya sangat erat ditubuhnya

Setelah cukup lama, Yandi mengecup kening Gladis sekali sebelum mulai berucap "kamu apa kabar, nak?"

"Gladis baik, pa"

"Aku mau minta maaf atas ucapanku waktu itu" Gladis melepas pelukannya dari papanya, kemudian beralih menatap sipemilik suara

Gladis tersenyum lembut kearah kakaknya dan langsung memeluknya "aku sadar aku bukan kakak yang baik untukmu, jadi aku mohon ajari aku untuk menjadi seperti kakak yang kau mau" Gladis menganggukkan kepalanya dengan perlahan "Terima kasih, adikku"

Sarah kembali memeluk tubuh Gladis dengan sangat erat. Dia sungguh sangat merindukan putri bungsunya ini

Saga hanya diam dengan menatap kearah keluarga kecil yang tengah berbahagia dihadapannya

"Terima kasih karena sudah memberitahukan keberadaan Gladis pada kami, nak Saga" Saga mengangguk pelan kepada Yandi

"Ayo sekarang kita berdo'a untuk ayahmu setelah itu kita pulang, kata Saga kamu masih perlu istirahat yang banyak"

Mereka akhirnya berjongkok mengelilingi makam milik ayah Gladis. Mereka kini berada di Indonesia karena ayah Gladis memang dimakamkan di Indonesia

Sarah dan Anita merangkul bahu Gladis untuk membantunya berdiri. Mereka berjalan meninggalkan makam itu dan berjalan kearah mobil yang tadi dikendarai oleh Yandi

Saga dan Yandi berjalan dibelakang ketiga wanita itu dengan senyum yang tidak pudar

Saga merogoh saku celananya dan memberikan kertas yang ia ambil kepada Yandi "Dari om Syawal" ucapnya

Yandi menerimanya dan memasukkannya kedalam saku celananya

"Terima kasih karena kamu sudah menjaga putri om beberapa bulan ini" Yandi menepuk bahu saga sekali

"Om tidak perlu berterima kasih. Karena saya melakukan ini, untuk diri saya juga. Gladis orang yang sangat penting bagi saya" Saga berucap jujur dengan menatap lekat punggung Gladis yang sudah semakin menjauh

"Lamar dia, kalau kamu memang serius"

Saga menganggukkan kepalanya sekali, "saya sudah melakukan itu tapi dia meminta waktu untuk menjawab"

"Yakinkan dia" Yandi kembali menepuk bahu Saga untuk memberi semangat

Saga hanya tersenyum kecil sebelum melangkah kearah mobilnya sendiri. Saga diam cukup lama didalam mobilnya membiarkan mobil Yandi berjalan lebih dulu

Saga mengeluarkan hp dari sakunya, ditekannya ikon berbentuk surat lalu mulai mengetik dan mengirimkannya kepada Gladis

Saga:aku akan sering menemuimu untuk memeriksa keadaan hati dan perasaanmu

Setelahnya Saga kembali memasukkan hpnya kedalam saku dan mulai melajukan mobilnya menjauhi area tempat pemakaman umum

.
.
.

Maaf bila terdapat typo

Ranina0412
Thanks & see next chapter

Bukan Dia (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang