Bd 15

6.9K 359 10
                                    

Alhamdulillah bisa update lagi

Terima kasih atas dukungan vote dari kalian. Juga yang masih stay baca cerita ini

Biasakan vote sebelum baca
Happy reading

.
.
.

"Ma, Nita minta maaf. Nita mohon jangan seperti ini terus" Nita kembali menyodorkan makan kemulut sarah tapi Sarah kembali menolak

Yandi hanya bisa mendesah pelan melihat putrinya yang terus berusaha menyuapi mamanya yang sedang sakit

"Sayang" Sarah melihat kearah suaminya dalam diam. "Nita memang salah, tapi kamu lebih salah lagi dengan nyiksa diri kamu sendiri"

Yandi mendudukkan dirinya di pinggir kasur yang ditempati istrinya, diusapnya kepala istrinya dengan sayang

"Apa mas udah menemukan, Gladis?" Tanya Sarah berharap jawaban baik yang akan ia temukan kali ini

Yandi menggelengkan kepalanya, "mas sudah hampir tiga tahun Gladis menghilang" tangis Sarah akhirnya Pecah saat itu juga

Anita yang melihat hal itu merasa sangat terpukul semua ini terjadi karena keegoisan dan rasa iri terhadap adiknya. Adiknya kini menghilang entah kemana. Bahkan dokter Nanda, dokter yang merawat adiknya tidak tau adiknya pergi kemana

"Aku akan berusaha lebih baik lagi, tapi sekarang kamu harus makan. Aku tidak mau kehilangan kamu juga"

"Mas, Sarah mau ketemu Gladis"

Yandi memeluk erat tubuh istrinya, sungguh ini memang sangat berat untuk mereka hadapi. Mereka kembali kehilangan putri bungsu mereka, padahal baru beberapa saat mereka bertemu

"Maafin Nita, ma. Semua ini terjadi karena Nita"

Sarah sama sekali tidak melihat kearah Anita, ia malah semakin erat membalas pelukan suaminya

"Sayang, Nita juga putri kita. Jangan memperlakukannya seperti itu terus" pinta Yandi dengan lembut ditelinga istrinya. "Dan ingatlah, Nita tidak sepenuhnya bersalah disini. Kita yang tidak pernah memberitahukan tentang Gladis yang sebenarnya padanya"

"Aku tidak mau karena hal ini kita malah kehilangan putri pertama kita juga" bisik Yandi membuat Sarah melepaskan pelukannya dan menatap suaminya dalam diam

"Apa kamu mau itu terjadi?" Sarah menggelengkan kepalanya sebagai jawaban tidak. "Kalau begitu lakukan apa yang seharusnya kau lakukan"

Sarah akhirnya menghela nafas pelan sebelum berbalik kearah putri sulungnya dan memintanya mendekat

Anita terkejut sekaligus senang saat mamanya memeluknya dengan sangat erat. "terima kasih, pa" ucapnya tanpa suara kepada papanya

*
Pria itu melangkah perlahan memasuki salah satu ruangan inap di rumah sakit besar. Langkahnya terhenti saat melihat seorang wanita yang terbaring lemah diatas bangsal rumah sakit itu dengan wajah pucat dan mata terpejam

Pria itu menghela nafas berat sebelum kembali melangkah mendekati bangsal wanita itu

"Aku menemukanmu" ia berbisik didepan telinga wanita itu sebelum mengecup kening wanita itu dengan sangat lembut

"Bangunlah putri tidur" bisiknya lagi

Diusapnya dengan sangat lembut rambut wanita itu. Tangan kanannya beralih mengusap pipi pucat dan hidung wanita itu

"Gladis sayang, bangunlah pangeranmu sudah disini"

Pria itu terus menatap wajah pucat wanita yang ternyata adalah Gladis. "Apa aku harus mengecup keningnya sekali lagi?" Tangannya beralih mengusap kening Gladis dengan lembut sebelum melakukan apa yang ia tanyakan

Helaan nafas berat keluar dari mulutnya karena Gladis masih tetap diam dengan mata terpejam

"Apa yang kau lakukan disini, Saga?" Tanya seorang yang baru saja masuk kepada pria yang ternyata adalah Saga

"Kenapa kau tidak pernah memberitahukan hal ini kepadaku, om Nanda?. Padahal kau tau kalau aku bertahun-tahun mencarinya. Keluar masuk dari satu rumah sakit ke rumah sakit yang lain hanya untuk mencari Gladis" saga menatap tajam kearah omnya

"Kenapa om melakukan hal ini kepadaku?" Saga kembali bertanya saat Nanda hanya diam ditempatnya

"Om sudah berjanji kepadanya, untuk tidak memberitahukan keberadaannya kepada orang lain"

Saga memejamkan matanya, tangan kanannya memijit keningnya dengan kepala yang menengadah keatas

"Sejak kapan dia seperti ini?" Tanya saga dengan posisi yang sama

"Sejak oprasi yang dilakukan padanya tiga bulan yang lalu"

"Oprasi?" Saga menatap terkejut kearah omnya

"Ya, transplantasi hati"

Saga menatap wajah damai Gladis dengan intens

"Oprasinya berhasil tapi entah mengapa ia belum juga sadarkan diri"

Saga mengambil tangan kanan Gladis lalu mengecup punggung tangannya dengan sangat lama

"Siapa yang mendonorkan hatinya kepada Gladis?"

"Pak Syawal nama pria paruh baya itu" Saga kembali terkejut dengan jawaban omnya. "Pak Syawal beberapa kali datang ke sini saat keadaan Gladis lemah, hingga saat itu dia datang dalam keadaan kritis setelah beberapa hari sebelumnya ia mengatakan jika ingin memberikan hatinya pada Gladis jika ia telah tiada"

Saga terpaku ditempatnya dengan pikirannya yang terus menerka-nerka apa yang akan Gladis lakukan ketika sadar dan tau jika didalam tubuhnya sudah ada hati milik ayahnya yang sangat ia sayangi

Nanda melangkah kearah meja nakas yang letaknya di samping bangsal kemudian berjongkok untuk membuka laci meja paling bawah untuk mengambil salah satu kertas dan memberikannya kepada Saga

"Mulai sekarang kau yang akan mengurusnya. Om percaya padamu" ucap Nanda sebelum melangkah keluar dari ruangan Gladis

Saga melepaskan jas putih yang masih terpasang di tubuhnya sebelum mulai membaca surat yang tadi diberikan oleh omnya

Ternyata itu adalah surat yang ditulis oleh om Syawal untuknya. Surat yang berisi permintaan om Syawal agar ia menggantikan posisinya untuk menjaga Gladis, bersama dengan keluarga kandung Gladis

Saga menghela nafas pelan sebelum kembali melipat surat itu dan menatap lembut kearah Gladis

"Saya akan menjaganya untuk om. Meskipun om tidak memintanya pada saya, saya akan tetap menjaganya. Karena saya mencintainya" saga kembali mengecup lama punggung tangan Gladis. Senyum terbit dibibirnya

.
.
.

Maaf bila typo bertebaran

Ranina0412
Thanks & see next chapter

Bukan Dia (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang